“Addunya kulluhaa mata', wa khoyru mata’uddunya al mar’atushshalehah”
“Dunia seluruhnya adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang shalihah."
Kelanjutan cerita di Balik Cadar Aisha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Agresi
Lela mundur beberapa langkah hingga akhirnya dia berlari keluar kamar Zayn dengan membawa isak tangisnya.
Zayn hanya melihat dengan perasaan pilu, dia merasa telah sangat menyakiti istrinya.
Zayn menyesal, seharusnya tadi dia mengatakan dengan jujur siapa Meisya sebenarnya, dengan kondisi mental istrinya yang belum stabil, Zayn tahu jika Lela akan memiliki berbagai macam prasangka yang tidak bisa dia kendalikan.
Dia lalu bergegas keluar kamarnya, menyusul sang istri dan mencoba untuk menjelaskan semuanya.
Sementara di dalam kamar, Lela menangis sesenggukan, dia merasa jika Zayn telah menolaknya. Kini dia menjadi yakin jika dugaannya mungkin memang benar adanya, sang suami dan wanita tadi memang memiliki hubungan lebih dari sekedar pertemanan.
Tak lama terdengar suara pintu diketuk, dia langsung mencoba menghentikan tangisnya.
"Aku ingin bicara denganmu."
Lela tak segera menjawab, dia terdiam.
"Sepertinya kamu sudah salah paham," ucap Zayn lagi.
Lela memilih untuk tetap diam.
"Aku dan dia, maksudku Meisya. Kami hanya berteman saja." Zayn memilih untuk tetap menjelaskan walaupun istrinya tak kunjung membuka pintu kamarnya.
"Tidak ada apapun di antara kami." Zayn tetap berdiri di depan pintu kamar istrinya.
Cukup lama namun Lela tak juga memberikan reaksi.
***
Sementara itu.
Sepulang pesta Meisya mampir ke rumah bibinya.
Dia tersenyum melihat sebuah berkas atas nama Lela didepannya, dia lalu membukanya untuk melihat perkembangan hasil terapi Lela selama ini yang rupanya menunjukkan kemajuan yang pesat.
Dia tersenyum sinis, dari wajahnya tampak jelas jika dia sangat kecewa mengetahui jika sebentar lagi mungkin Lela akan terbebas dari traumanya.
"Istri temanmu menunjukkan kemajuan yang bagus, tante yakin jika sebentar lagi dia akan sembuh." Seorang wanita paruh baya yang ternyata adalah terapis Lela selama ini duduk menghampiri keponakannya.
"Iya Tante. Aku senang mendengarnya, Tidak salah jika aku merekomendasikan temanku untuk membawa istrinya terapi pada Tante." Meisya langsung berusaha merubah mimik wajahnya menjadi senang.
Terapis yang ternyata bernama Diah itu tersenyum.
"Kamu tahu tante merasa sangat kasihan pada wanita itu, di usianya yang masih terbilang muda, dia sudah harus mengalami penyiksaan yang begitu keji dari suaminya."
"Bayangkan olehmu. Hampir setiap hari, dia dipukuli dan disiksa dengan atau tanpa melakukan kesalahan. Bagi suaminya, istrinya adalah samsak tinju yang harus mendapatkan pukulannya setiap hari."
"Dan dia diam saja?" tanya Meisya tak percaya.
"Hanya itu yang bisa dia lakukan, melawan hanya akan membuat suaminya semakin kalap saja."
"Aku tak percaya jika manusia seperti itu ada di dunia." Meisya terlihat masih tak percaya.
"Iya. Tante sudah berkali-kali menangani kasus KDRT. Namun menurut Tante ini yang paling parah. Kamu tentu tahu di dalam dunia psikologi kita menyebutnya sebagai Agresi."
Meisya mengangguk, sebagai seorang psikolog dia tahu benar apa itu agresi. Agresi yang merupakan dorongan dalam diri seseorang yang memotivasi dan muncul dalam bentuk perilaku tertentu. Sayangnya, agresi memunculkan perilaku yang tujuannya merusak seperti intimidasi, ancaman, cemoohan dan hinaan. Namun menurutnya mantan suami Lela memiliki agresi yang sudah masuk dalam tahap yang ekstrim yakni dorongan untuk menyakiti orang lain dan memiliki beberapa tujuan. Seperti diantaranya mengungkapkan amarah, menunjukkan kepemilikan dan dominasi.
"Wajar kiranya jika istri temanmu mengalami trauma yang begitu mendalam, sehingga tidak mudah baginya untuk memulai kehidupan baru lagi bersama suaminya yang baru. Butuh waktu untuk menghilangkan rasa traumanya. Namun dia beruntung mendapatkan suami seperti temanmu itu. Tante sangat salut padanya, rasa cintanya begitu besar untuk sang istri hingga Tante yakin cinta itu juga yang membuat istrinya bisa sembuh dengan cepat."
Meisya tertegun. Ternyata bukan hanya dirinya, sang Tante pun dapat melihat jika Zayn memang sangat mencintai istrinya.
Beberapa saat kemudian.
Sambil menyetir, Meisya termenung memikirkan Zayn. Pria yang sudah lama ditaksirnya semenjak mereka kuliah itu memang tak mungkin lagi di dapatnya, dia telah menjadi suami orang lain. Kecewa sudah pasti, harapannya untuk mendapatkan lelaki yang dicintainya seakan musnah ketika tiba-tiba saja di suatu hari dia mendengar selentingan kabar di kantor tempat mereka bekerja jika Zayn akan menikah dengan wanita pilihannya.
Dirinya yang waktu itu masih tak percaya diam-diam mencoba mencari tahu, dia sangat ingin memastikan jika kabar itu benar adanya maka ia ingin melihat calon istri Zayn.
Suatu hari karena rasa keingintahuannya yang besar, dia mengikuti Zayn yang terburu-buru pergi setelah pulang kerja, dia yang yakin jika mungkin Zayn akan menemui calon istrinya lalu berinisiatif mengikuti di belakang. Namun siapa sangka jika dugaannya salah, Zayn rupanya pergi ke toko buku dan terlihat mencari buku dengan wajahnya yang serius.
Dirinya yang diam-diam memperhatikan dibuat kaget ketika ternyata Zayn membeli banyak buku tentang ilmu psikologi dan kesehatan mental. Tak bisa menahan rasa penasarannya, akhirnya dia menghampiri Zayn dan berpura-pura jika keduanya tak sengaja bertemu disana.
"Aku punya lebih banyak lagi buku seperti ini di rumah."
Zayn yang awalnya cuek langsung tertegun sejenak sampai akhirnya dia baru teringat jika Meisya adalah mahasiswa lulusan ilmu psikologi.
"Benarkah?" tanya Zayn antusias.
Dari situlah awal mulai keduanya menjalin komunikasi.
Meisya lalu meminjamkan beberapa buku miliknya, membuat komunikasi diantara mereka semakin lancar walaupun hanya lewat pesan singkat saja. Namun hal itu tetap membuat Meisya senang dan bahagia, dia merasa akhirnya dirinya bisa menaklukkan lelaki yang semenjak kuliah terkenal dingin dan anti wanita.
Walaupun sebenarnya sifatnya itulah yang justru menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa, termasuk itu dirinya. Zayn menjadi lelaki idaman kampus. Banyak wanita yang mencoba mendekatinya namun sayang dia tak pernah sekalipun memberi respon, Zayn malah menghindar dari semua wanita dan hanya berteman dengan laki-laki saja.
Meskipun ketika di kantor mereka tak pernah berkomunikasi selayaknya di pesan singkat, namun itu tetap membuat Meisya senang walaupun komunikasi mereka hanya membahas tentang ilmu psikologi dan penyembuhan trauma seseorang. Zayn yang rajin bertanya selalu dijawab dengan semangat oleh dirinya yang memang ahli di bidang itu. Dia kini yakin jika kabar Zayn akan menikah itu hanyalah gosip belaka, karena dia pikir Zayn justru akan kembali berkuliah mengambil program Pascasarjana ilmu psikologi.
"Jadi di universitas mana kamu akan mengambil program Pascasarjana?" tanyanya suatu hari di pesan singkat.
"Tidak. Aku tidak akan mengambil program Pascasarjana."
"Lalu? Kenapa kamu tertarik pada ilmu psikologi?"
"Aku melakukannya untuk seseorang."
"Apa ada temanmu yang menjadi korban penganiayaan lalu mengalami trauma?"
"Iya."
Meisya yang cukup kaget lalu berniat membantunya dengan merekomendasikan psikiater dan terapis yang menurutnya bagus untuk membawa teman Zayn berkonsultasi.
Komunikasi di antara mereka perlahan berkurang, Zayn tidak lagi banyak bertanya padanya, hingga akhirnya terdengar kabar jika dia sudah menikah.
Meisya menjadi sangat kecewa, dia menjadi sangat marah karena merasa Zayn sudah mempermainkannya. Dia pikir komunikasi diantara keduanya kemarin akan membuka peluang baginya untuk menjalin hubungan dengan Zayn, namun rupanya dia salah, Zayn tetap menikah dengan wanita lain.
Kecewanya semakin menjadi ketika tantenya memberi tahu jika ada temannya datang karena rekomendasi darinya. Setelah di telisik dia kaget jika itu adalah Zayn yang membawa istrinya untuk terapi.
Rupa-rupanya teman yang dimaksud adalah calon istrinya saat itu, kini dia seakan mengerti semuanya.
Zayn menikahi janda yang mengalami trauma akibat kekerasan fisik oleh mantan suaminya dulu.
Meisya semakin meradang, dia pikir Zayn terlalu sempurna untuk menikahi janda, apalagi yang berpenyakit mental seperti itu.
Kecewanya memuncak ketika di acara pesta ulang tahun tadi, dia melihat sendiri penampilan istri Zayn. Tertutup dan bercadar. Dia merasa banyak kekurangan pada wanita itu hingga tak pantas mendapatkan Zayn yang sangat dicintainya.
Meisya yang kesal dan menyimpan dendam karena merasa Zayn sudah memanfaatkannya saja lalu menyusun rencana untuk memporak-porandakan kembali kejiwaan Lela yang sebenarnya sudah mulai pulih, untuk pertama kalinya dia mengajak Zayn berbicara berdua dengan dalih ingin memberitahu cara efektif untuk menyembuhkan istrinya berharap istri Zayn akan melihat dan membuatnya cemburu. setelah itu dia akan menghampiri Lela untuk mengatakan sesuatu yang pasti akan melukai perasaan dan rasa percaya dirinya.
Dan kedua rencananya berhasil. Dia tersenyum meyakini jika sekarang Lela tengah menangis. Kesehatan mentalnya yang sebenarnya sedikit lagi akan pulih kembali akan hancur berkeping-keping.
soalx jau dri suami😚😚