NovelToon NovelToon
The Bride Of Vengeance

The Bride Of Vengeance

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: fatayaa

Calista Blair kehilangan seluruh keluarganya saat hari ulang tahunnya ke-10. Setelah keluarganya pergi, ia bergabung dengan pembunuh bayaran. Tak berhenti di situ, Calista masih menyimpan dendam pada pembantai keluarganya, Alister Valdemar. Gadis itu bertekat untuk membunuh Alister dengan tangannya untuk membalaskan dendam kematian keluarganya.

Suatu saat kesempatan datang padanya, ia diadopsi oleh Marquess Everhart untuk menggantikan putrinya yang sudah meninggal menikah dengan Duke Alister Valdemar, sekaligus sebagai mata-mata musuhnya itu. Dengan identitasnya yang baru sebagai Ravenna Sanchez, ia berhasil menikah dengan Alister sekaligus untuk membalas dendam pada pria yang sudah membantai keluarganya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fatayaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecurigaan

Setelah terjadi insiden yang menewaskan beberapa orang di pesta rakyat, pihak kekaisaran masih terus menyelidiki dalang dibalik kejadian itu. Mereka juga mencari pasukan penyerang yang membuat kekacauan, namun hingga saat ini jejak mereka masih belum di temukan.

“Lily, malam ini aku akan pergi, saat waktu makan malam nanti, beri tahu Duke aku tidak bisa datang karena sakit,” ujar Ravenna setelah ia bersiap-siap pergi ke ruang kerjanya.

Lily mengernyitkan keningnya, “Tapi anda mau pergi ke mana nyonya, apalagi di luar sedang tidak aman sekarang” ucapnya khawatir.

“Aku harus pergi ke suatu tempat, jangan khawatir, aku tidak akan lama. Saat aku pergi, jangan biarkan siapapun untuk masuk ke dalam kamar ku, mengerti,” ujar Ravenna menatap Lily yang masih ragu.

“Baik, nyonya,” ucapnya kemudian, walau bagaimana pun juga ia tidak bisa menolak perintah dari majikannya.

Malam tiba, Ravenna berhasil keluar kediaman tanpa di ketahui siapapun kecuali Lily. Wanita itu memacu kudanya pergi menjauh dari kediaman. Ia mengenakan jubah hitam dan membawa sebilah pedang untuk membela diri jika saja nanti ia menemui bahaya.

Wanita itu berhenti di dekat alun-alun, tempat insiden beberapa waktu yang lalu. Ia ingin menyelidiki tentang pasukan serba hitam yang ia duga berhubungan dengan penyerangan keluarganya sepuluh tahun yang lalu.

Ravenna berjalan dengan hati-hati sembari mengawasi sekitar. Disana tidak ada rakyat biasa, namun beberapa prajurit istana berjaga dan mengawasi sekitar. Tempat ini tidak memungkinkan bagi Ravenna untuk bergerak, wanita itu kemudian masuk ke menara jam dan naik ke atas, dari atas menara, ia dapat melihat seluruh tempat di alun-alun.

Sudah beberapa saat ia berada di sana, namun tidak ada tanda-tanda kemunculan dari para pasukan hitam. Wanita itu mengernyitkan keningnya setelah menangkap sesuatu yang dicarinya, dari atas terlihat lima orang dengan pakaian serba hitam bergerak dari arah timur.

Ravenna memasang penutup wajahnya, kemudian turun dari menara jam itu menuju tempat pasukan itu berada. Saat ia mendekat, terdengar suara pertarungan. Ia berjalan mengendap-endap dan bersembunyi di balik pohon, wanita itu mengintip sedikit, ia melebarkan matanya, rupanya mereka tengah bertarung dengan Alister dan bawahannya.

Kenapa Alister bertarung dengan mereka, bukankan mereka adalah pasukan milik pria itu, pikir Ravenna bingung.

Setelah beberapa saat, akhirnya lima orang pasukan hitam berhasil di lumpuhkan, Alister memerintahkan bawahannya untuk membawa mereka ke istana untuk di introgasi. Sementara Ravenna masih di berdiam diri di balik pohon. Wanita itu menunggu Alister dan yang lainnya pergi baru ia bisa keluar. Namun sayangnya, kaki Ravenna tak sengaja menginjak sebuah ranting pohon, membuat Alister terlihat lebih waspada. Jantung Ravenna berdetak lebih cepat. Alister berjalan dengan hati-hati kearah sebuah pohon besar di dekatnya.

Ravenna dengan cepat keluar dari persembunyiannya dan menyerang pria itu, Alister dengan sigap menghindari serangannya. Alister menatap lamat-lamat lawan nya, rambut orang itu berwarna perak, terlihat tidak asing baginya. Kedua orang itu kembali beradu pedang, Ravenna mundur beberapa langkah akibat serangan pria itu. Kemampuannya tidak sebanding dengannya, Alister terlalu kuat untuknya. Pria itu mulai menyerang, pedangnya berhasil melukai punggung lawannya.

Ravenna tersungkur ke tanah akibat serangan pria itu. Saat Alister mendekat untuk membuka penutup wajahnya, Ravenna melemparkan sebuah bola yang mengeluarkan asap putih. Kesempatan itu ia gunakan untuk kabur. Wanita itu berlari sekuat tenaga, ia kemudian melompat keatas kuda dan menjauh dari tempat itu.

Setelah asap itu mulai menghilang, bawahan Alister berusaha mengejar Ravenna, namun pria itu menghentikannya. Alister segera naik ke atas kudanya untuk kembali ke mansion. Ia yakin, kalau wanita bersurai perak itu adalah Ravenna, karena di kekaisaran ini cukup jarang ada wanita yang memiliki rambut berwarna perak.

Wanita itu beberapa kali menengok ke belakang untuk memastikan apakah mereka mengejarnya. Beruntung, sepertinya Alister tidak mengejarnya.

Ravenna masuk dengan tergesa-gesa melalui jendela kamarnya, ia segera menyembunyikan pedangnya dibawah kasur dan berganti pakaian tidur. Wanita itu membuka laci nakas, mengambil sebuah pil dan memakannya.

“Tuan Duke, apa yang membuat anda kemari?” tanya Lily yang saat ini berjaga di depan kamar Ravenna.

“Dimana Ravenna?” tanya Alister.

“Nyonya sedang sakit, dia sedang beristirahat tuan,” jawab Lily sopan.

Alister tak menghiraukan ucapan Lily dan terus berjalan menuju pintu kamar wanita itu. Ia kemudian membukanya dengan kasar. Pria itu berjalan cepat menuju tempat tidur Ravenna untuk memastikannya sendiri.

“Ada apa? Kenapa kau masuk ke kamar ku?” tanya Ravenna yang masih terbaring lemah di tempat tidurnya.

“Apa kau baru saja dari luar?” tanya Alister menatap tajam wanita di depannya.

“Apa maksudmu? Aku sedang sakit, sejak tadi aku berada di kamar ini,” bohongnya, ia memasang raut kebingungan.

“Benarkah? Jangan berbohong!” Alister menyingkap selimut wanita itu, Ravenna mendudukkan tubuhnya tergesa-gesa kemudian menangkup kedua tangannya didada, wanita itu terlihat terkejut Alister membuka selimutnya tiba-tiba, padahal dia sedang memakai baju tidur tipis tanpa lengan.

Alister meraih salah satu tangan wanita itu dengan kasar, keningnya mengernyit, rupanya Ravenna tidak berbohong, tubuhnya cukup panas, kalau bukan wanita ini, siapa orang bersurai perak yang menyerangnya di alun-alun, apa itu orang lain.

“Lepaskan!” Ravenna melepaskan cengkraman Alister. “Sejak tadi aku berada di kamar ini, kalau kau tidak percaya tanya saja pada pelayan pribadiku,”

Alister mendengus kesal, ia kemudian berjalan keluar dari ruangan itu tanpa sepatah katapun.

Beberapa saat setelah Alister keluar, Lily berjalan masuk, “Nyonya, syukurlah anda sudah kembali, tapi anda masuk lewat mana? Saya tidak melihat anda masuk tadi, jangan-jangan anda masuk lewat jendela,” tanya Lily penasaran.

“Mana mungkin aku masuk lewat jendela, aku masuk lewat pintu, kau saja yang tidak memperhatikan,” bohong Ravenna sembari tersenyum. Lily mengerjabkan matanya, bingung. Sepertinya ia tidak melihat Ravenna masuk tadi. “Sudahlah, sekarang kembali lah ke ruangan mu dan istirahat,” perintah Ravenna.

Akhirnya hanya ada dirinya di kamarnya, Ravenna menghembuskan nafas lega, untung saja ia kembali lebih cepat di banding Alister, kalau tidak pasti Alister sudah mencurigainya. Ravenna meraba lukanya di belakang punggungnya, ia meringis kesakitan. Wanita itu harus mengobati lukanya sebelum semakin parah.

***

“Katakan siapa yang menyuruhmu melakukannya?” tanya Alister sembari mencambuk seorang pria bersurai coklat yang ia tangkap beberapa waktu yang lalu di alun-alun. Seharusnya hari ini ia menghadiri rapat di istana, namun karena kondisi kesehatan kaisar kurang baik akhirnya rapat bulanan di tunda.

“Kau tidak akan mendapat apapun dari ku!” ucapnya menatap Alister sinis. Pria itu terlihat lemah, kedua tangannya di ikat pada sebuah kayu, tubuhnya penuh dengan luka siksaan.

Alister melemparkan cambuknya ke tanah dengan amarah, ia kemudian mendekat dan mencekik leher pria itu. “Rupanya kau lebih memilih untuk mati dari pada mengaku,” ucapnya, pria itu kesulitan bernafas, “tapi, aku tidak akan membuatmu mati dengan mudah,”

Alister melepaskan cengkraman leher pada pria itu, ia mengambil sebuah besi panas yang ada di ruang penyiksaan ini kemudian berjalan perlahan menuju tahanannya, “Apa kau masih tidak mau mengaku?” tanyanya dingin.

Pria bersurai coklat itu menelan salivanya, sudah beberapa kali besi panas itu diberikan padanya, rasanya benar-benar menyakitkan.

“Ba-baiklah aku akan mengaku!” ujarnya dengan raut ketakutan, besi panas itu hanya berjarak beberapa centi dari perutnya, Alister menghentikan tindakannya, ia kemudian mengembalikan besi itu ke tempatnya semula.

“CEPAT KATAKAN!” perintah Alister tegas.

“Tu-tuanku lebih berkuasa dari mu, di-dia adalah…” suara pria itu tercekat, seolah tidak bisa mengatakan siapa orang yang berada di baliknya.

Mata Alister melebar, mulut pria di depannya itu mengeluarkan banyak darah, matanya melotot seolah sedang merasakan sakit yang luar biasa, tak lama kemudian matanya tertutup rapat. Alister segera memeriksa tubuh pria itu, keningnya mengernyit, pria didepannya itu sudah meninggal dunia. Alister mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat, padahal hampir saja ia tau siapa dalam di balik penyerangan itu, namun kenapa pria itu malah mati.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!