Tiba tiba seorang laki laki datang meminta Arumi Bunga Cantika menjadi istrinya. Sebagai balas budi karena Arumi sudah mendapatkan kornea mata dari mendiang adiknya.
Arumi menolak karena sudah memiliki kekasih hati yang bernama Michael. Akan tetapi masalah timbul saat Armellya teman Arumi mengirim foto pengkhianatan Michael.
Orang tua Arumi pun menerima lamaran Ernastan Alfred Warren, kakak dari pendonor kornea mata Arumi.
Apakah Ernastan tulus mencintai Arumi atau ada motivasi lainnya? Apakah Arumi akan mendapatkan kebahagiaan dengan pernikahannya? Jika tidak bagaimana cara Arumi untuk meraih kebahagiaannya?
Yukkk guys kita ikuti kisah Arumi..🙏🙏🙏🙏🙏♥️♥️♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 22.
“Maaf, saya melakukan itu ka..” ucap Ibu kepala pelayan takut takut menatap Arumi dan Ernestan.
Namun sebelum kalimatnya selesai Ernestan cepat cepat memotong ucapan Ibu kepala pelayan.
“Diam dulu kamu!” Bentak Ernestan pada ibu kepala pelayan dan dia dengan cepat menoleh ke arah Arumi.
“Sayang, dia kepala pelayan dan sudah lama bekerja di sini. Nanti aku beri sanksi pada dia tetapi kasihan kalau harus diusir malam ini.” Ucap Ernestan dengan lembut sambil memeluk pundak Arumi.
“Kamu harus konsisten dengan ucapan kamu sendiri. Kamu tadi bilang akan mengusir orang yang mencuri arloji kamu. Jangan pilih kasih dong.” Ucap Arumi sambil menatap tajam ke arah Ernestan.
“Ibu kepala pelayan sudah lama bekerja di sini. Bu Supri dan Chynthia juga sudah lama kerja di tempatku. Bukannya aku istri kamu? Nyonya rumah di sini?” ucap Arumi lagi.
“Iya Sayang tapi...” ucap Ernestan terlihat dia bingung menatap Arumi lalu menatap Ibu kepala pelayan yang kini wajahnya terlihat sangat pucat.
Ibu kepala pelayan memberanikan diri lagi berbicara..
“Nyonya maafkan saya Nyonya. Jangan usir saya malam ini. Saya tidak punya saudara di negara ini. Anak anak saya di Jawa, Nyonya.” Ucap Ibu kepala pelayan dengan nada penuh permohonan menatap ke arah Arumi.
“Ibu tidak perlu khawatir. Tuan Ernestan sudah menyiapkan kamar hotel untuk bermalam Ibu. Dan pasti dia akan memberikan pesangon pada Ibu.” Ucap Arumi sambil menatap Ibu kepala pelayan yang menatap diri nya dengan wajah memelas.
“Ibu langsung saja ke hotel Gardenia, bilang saja sudah dipesankan kamar oleh Tuan Ernestan.” Ucap Arumi selanjutnya sambil tersenyum mendapat Ernestan. Sedangkan Ernestan yang ditatap langsung terlonjak kaget.
“Sayang aku pesan kamar itu untuk bermalam kita.” Ucap Ernestan tampak semakin bingung..
“Aku capek. Aku sudah malas pergi pergi hari ini. Biar kamar hotel itu dipakai Ibu kepala pelayan. Sekalian hadiah ucapan terima kasih kamu ke dia karena sudah lama bekerja di sini.” Ucap Arumi lalu bangkit berdiri.
“Sayang tapi kita sudah siap akan berangkat..” ucap Ernestan namun Arumi tidak menghiraukan ucapan Ernestan malah menoleh ke arah Bu Supri.
“Bu Supri tolong pijiti aku. Pegel banget badanku tadi puter puter mall mencari keluwek.” Ucap Arumi lagi sambil melangkah meninggalkan sofa itu menuju ke tempat tidur.
“Iya iya Mbak, saya pijiti. Maaf karena mencari kluwek jadi kecapekan Mbak.. besok saya minta Bu Slamet mengirim bumbu bumbu ke sini.” Ucap Bu Supri segera bangkit berdiri mengikuti langkah kaki Arumi. Wajah Bu Supri pun kini sudah kembali dihiasi oleh senyuman di bibirnya.
“Chyn tolong ambilkan makan malamku dan Bu Supri bawa ke sini ya.” Ucap Arumi lagi sambil terus melangkah
.
“Baik Mbak.” Ucap Chynthia dan cepat cepat melangkah keluar dari kamar itu.
Ernestan yang masih duduk di sofa tampak garuk garuk kepala. Dia benar benar tidak menyangka rencananya semua gagal total.
Sedangkan ibu kepala pelayan masih berdiri, dengan tubuh yang masih gemetaran dan air mata terus meleleh di kedua pipinya.
“Tuan...” ucap lirih Ibu Kepala pelayan.
Ernestan lalu bangkit berdiri, sambil berkata pada ibu kepala pelayan, “Ayo ikut aku ke ruang kerjaku!”
“Ba baaa ik Tuan, tolong saya Tuan. Saya butuh penghasilan untuk keluarga saya di kampung.” Ucap Ibu kepala pelayan sangat lirih agar tidak didengar oleh Arumi.
Dua orang itu terus melangkah meninggalkan kamar menuju ke ruang kerja Ernestan yang juga ada di lantai dua itu.
Tidak lama kemudian Ernestan membuka pintu ruang kerjanya dan segera masuk ke dalam ruang itu. Ibu kepala pelayan pun mengikuti langkah kaki Ernestan.
“Duduk.” Titah Ernestan pada Ibu kepala pelayan. Ernestan terus melangkah menuju ke kursi kerja nya.
“Baik Tuan, tolong saya Tuan..” ucap Ibu kepala pelayan yang duduk di kursi di hadapan Ernestan bersekat meja kerja Ernestan.
Ernestan tampak membuka laci mejanya. Dia mengambil sebuah amplop coklat ukuran standar dan beberapa lembar uang juga kartu namanya.
“Sekarang kita ikuti kemauan Arumi dulu. Agar dia percaya kalau aku mencintai dirinya. Ibu pergi dari rumah malam ini juga. Dan pergilah ke hotel Gardenia.” Ucap Ernestan dengan serius sambil mengulurkan amplop coklat yang berisi uang dan kartu namanya.
“Hu... hu... hu... Tuan yang harus tanggung jawab dengan penghidupan saya dan keluarga saya hu... hu... hu.. Saya melakukan itu atas perintah Tuan.. hu.. hu.. hu..” ucap Ibu kepala pelayan itu sambil menangis tersedu sedu.
“Sstttt jangan bicara hal itu lagi. Ibu tenang saja. Besok pagi datang ke kantor saya dan Ibu bisa bekerja di sana. Biar Viona nanti yang mengaturnya.” Ucap Ernestan sangat lirih agar tidak ada yang mendengar selain ibu kepala pelayan itu.
🌸🌸🌸
Waktu pun terus berlalu pagi hari pun telah tiba. Arumi selamat dari hukuman Ernestan karena Bu Supri menemani tidur di kamarnya.
“Sayang kamu lihat kan Ibu kepala pelayan sudah aku usir. Aku konsisten dengan ucapan ku dan tidak pilih kasih.” Ucap Ernestan sambil tersenyum saat mereka berdua sarapan di ruang makan.
“Hmmm dan Bu Supri aku angkat menjadi Ibu kepala pelayan di sini.” Ucap Arumi dengan suara pelan dan nada santai namun serius.
Akan tetapi Ernestan yang mendengar langsung tersedak makanannya..
“Huk... huk... huk... huk...” Ernestan terbatuk batuk dan segera menegak air mineral.
“Sayang apa dia bisa?” tanya Ernestan dengan ekspresi wajah yang tampak sangat khawatir.
“Kamu tenang saja. Bu Supri sudah berpengalaman dia pernah juga jadi kepala pelayan di luar negeri di rumah Pak De Lukman saat ibu kepala pelayan di sana sedang sakit beberapa bulan.” Ucap Arumi tampak tenang.
Sesaat di ruang makan itu muncul sosok Bu Supri sudah mengenakan baju seragam hitam putih khusus untuk ibu kepala pelayan. Bibir Bu Supri tersenyum lebar.
Akan tetapi tiba tiba terdengar bunyi dering hand phone di saku kemeja Ernestan. Tangan kiri Ernestan segera mengambil hand phone itu.
“Viona.” Gumam Ernestan di dalam hati dan segera menggeser tombol hijau.
“Ini bagaimana Ibu kepala pelayan ke kantor minta pekerjaan. Dan Jhon bilang Arumi membatalkan...” Suara Viona di balik hand phone milik Ernestan dengan volume suara sangat rendah.
“Okey okey aku segera datang.” Ucap Ernestan dan segera mengakhiri panggilan suara dari Viona.
“Sayang aku terburu buru, ada meeting pagi hari.” Ucap Ernestan segera mengelap mulutnya.
“Silakan..” ucap Arumi santai.
Ernestan bangkit berdiri, mencium puncak kepala Arumi dan segera melangkah keluar dari ruang makan itu.
“Aku suatu saat harus ke kantornya.” Gumam Arumi di dalam hati sambil menatap punggung Ernestan.
Setelah selesai sarapan, Arumi melangkah menuju ke luar dari ruang makan akan menuju ke lantai dua. Dia sangat penasaran pada ruang kerja Ernestan dan juga satu kamar yang terus terkunci.
“Mbak Arumi jadi mau melihat kamar dan ruang itu? Ini saya sudah membawa kunci kunci kamar lantai dua, mungkin ada kunci kamar dan ruang itu.” Ucap Bu Supri yang melangkah di belakang Arumi.
“Iya Bu, tapi saya mau ke toilet di kamar saya dulu.” Ucap Arumi sambil terus melangkah menaiki anak tangga
Bu Supri dengan setia mengikuti langkah kaki Arumi.
Arumi terus masuk ke dalam kamar, namun dia mengernyitkan keningnya saat melihat ada sesuatu yang hilang...
Jhon & Armeliya selamat atas di tangkapnya kalian berdua... Nikmatilah hadiah buat kalian menginap di 🏨 prodeo gratis buat kalian