Bebas promosi sesuka mungkin!
Ini kisah tentang jonathan Alexandre sang Ceo tampan yang di gemari begitu banyak wanita. Joe yang menganggap wanita seperti mainan yang kalau ia suka ia mainkan dan kalau ia bosan maka akan ia tinggalkan.
Hingga akhirnya, pertemuan nya dengan Tania yang tak di sengaja, membuat nya tau akan arti cinta yang sesungguh nya. Hmm, bisakah Joe setia dan menanggalkan status Playboy nya.
Penasaran kisah selengkap nya seperti apa🤔 yuk kita baca kisah selengkap nya😊😉
Happy reading!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fakrullah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Di pinggir jalan raya. Terlihat sesosok laki-laki berdiri di depan sebuah mobil mewah. Dengan wajah dingin nya ia melipat kedua tangan nya di dada. Lalu ia menatap kearah Tania yang sedang berjalan menghampiri nya dengan tatapan yang sangat tajam.
"Ya tuhan.. habislah aku. Melihat nya saja aku sudah takut
Meskipun dilanda kecemasan. Namun Tania tetap memberanikan diri untuk berhadapan langsung dengan Joe.
"Maafkan saya Tuan, karena sudah membuat anda menunggu lama." Ucapnya begitu tiba disana. Tak lupa ia juga memasang senyum seolah-olah ini hari yang sangat menggembirakan baginya.
"Ternyata kau masih bisa tersenyum karena sudah membuatku menunggu lama," Ujar Joe dengan tatapan sinis. Lalu perlahan ia melangkah mendekati Tania.
"Hah, mau apa dia? Apa jangan-jangan dia mau menghukum ku. Aaaaa... kabur aja deh.
Tania kemudian bergerak cepat berjalan menuju pintu depan. Lalu dengan cepat ia kini sudah masuk dan duduk disana.
Braak!
Suara pintu mobil terdengar cukup nyaring saat Tania menutup pintunya. Sehingga membuat Pak Min terkejut dengan kehadiran Tania.
"Maaf Nona, tempat anda bukan disini. Silahkan anda duduk di kursi belakang bersama Tuan," Ucap Pak Min dengan wajah datar nya.
"Apa! Bahkan seorang supir tua seperti Pak Min sengaja menyuruhku untuk duduk bersama Joe. Aaaaa.... mereka berdua pasti sudah berkomplot!
"Hai Pak Min, maaf ya karena saya tidak ingin duduk di belakang. Hari ini saya sengaja duduk di depan karena ingin merasakan suasana yang beda dengan duduk disini. Yah katanya sih jika duduk di bagian bisa dengan jelas melihat-lihat pemandangan kota. Haha," Ucap Tania seraya tertawa meskipun ia merasa sedikit canggung.
Sementara itu di kursi belakang.
"Pak Min, jalan!" Seru Joe dengan tatapan dingin. Tania berusaha menelisik wajahnya dari kaca depan. Terlihat sekali aura gelap dari sudut wajah Joe sehingga membuat Tania tak berani menerawang lebih jauh.
Sedangkan Pak Min, begitu menerima perintah. Kini ia langsung menghidupkan mobil nya dan menjalankan nya dengam kecepatan sedang.
Pagi ini tak ada kata disana. Keheningan tercipta diantara mereka. Hingga akhirnya tanpa terasa mobil telah tiba didepan kantor.
Setelah Pak Min memarkirkan mobilnya. Tanpa menunggu lagi Tania langsung keluar dari sana dan berjalan dengan sedikit tergesa-gesa. Ia pergi tanpa pamit dari sang pemilik mobil dan meninggalkan nya tanpa rasa bersalah disana.
"Tania.. Awas kau. Berani sekali kau membuatku seperti ini
Tatapan Joe terlihat sadis menatapi kepergian Tania. Sementara itu Pak Min yang melirik dari kaca depan terlihat merinding saat melihat raut wajah tidak senang dari Tuan nya.
"Nona, ini semua salahmu.
Gumam Pak Min.
Setibanya di dalam kantor. Tanpa sengaja Tania bertemu dengan Miska.
"Hai Tania," Sapa Miska seraya berjalan menghampiri Tania
"Hai juga Miska," Sahut Tania seraya berhenti ditempat nya.
Jika awalnya ia memanggil Mba kepada Miska. Namun sekarang Tania mulai membiasakan diri dengan memanggilnya cukup dengan namanya saja. Karena itu semua Miska yang minta. Agar terkesan lebih akrab katanya.
"Kok buru-buru gitu sih tadi jalan nya. Kenapa?" Tanya Miska.
"Iya, aku takut telat Mis. Kamu tau sendiri kan bagaiman dingin nya wajah Ceo kita. Aku takut dia akan marah jika aku terlambat datang untuk bekerja di kantornya." Ujar Tania mencari alasan.
"Kamu itu terlalu parno ya. Ini tuh masih awal tau." Sahut Miska seraya menepuk bahu Tania." Mending sekarang kita ngopi dulu yuk di kantin." Ajak nya seraya meraih tangan Tania agar ikut bersamanya. Sehinga mau tak mau akhirnya Tania ikut bersama Miska.
Setibanya di kantin perusahaan. Miska memesankan dua gelas Coffe Latte untuk dirinya dan juga Tania. Lalu tak lama kemudian pesanan mereka pun tiba diatas sebuah meja kecil yang mereka tempati.
"Yuk Nia diminum. Ini tuh Coffe nya terasa banget loh." Ucap Miska seraya meraih kopi miliknya. Lalu di ikuti juga dengan gerakan tangan Tania.
"Slurrp! Hmm, benar-benar enak ya." Tania mulai menyeruput kopinya.
"Aku bilang juga apa. Disini itu kopinya enak banget loh! Sayang jika di lewatkan begitu saja," Ujar Miska.
Pagi itu Tania merasa terlena menyeruput kopi bersama Miska. Mereka juga berbincang-bincang dan sesekali mengeluarkan tawa saat ada hal yang menurutnya lucu. Hingga akhirnya
Drrt.. Drrt.
Ponsel Tania berdering. Lalu dengan cepat ia meraih nya dan melihat ternyata Joe yang menelfon nya.
"Miska, bentar ya. Boss nelpon nih." Ucapnya seraya berjalan menjauh.
"Santuy.." Sahut MMiskia
Tania kemudian berjalan kearah depan untuk mengangkat telfon nya.
"Dimana kau sekarang! Aku mau dalam lima menit kau harus sudah ada diruangan ku!" Intonasi suara Joe terdengar sangat tinggi sehingga membuat Tania seketika mematikan ponselnya. Kini dengan wajah gugup ia kembali kemeja menghampiri Miska.
"Mis, aku duluan ya. Ada urusan penting soalnya." Ucap Tania.
"Ya sudah, pergilah. Hati-hati ya," Ucap Miska sembari memancarkan senyum nya.
Sebelum pergi Tania menyempatkan untuk menyeruput kembali kopi nya. Baru setelah itu ia berjalan pergi meninggalkan Miska disana.
Setibanya didepan ruangan. Dengan perasan gelisah Tania memantapkan hatinya untuk segera masuk kedalam.
Ceklek
Pintu terbuka. Dengan ragu Tania melangkah masuk dan berjalan menghampiri meja kerja Joe.
Meski ia menundukkan pandangannya dari atasan nya itu. Namun ia dapat melihat dengan jelas bagaimana tatapan dingin Joe saat ini kepadanya.
"Selamat pagi Tuan, apa ada hal yang perlu saya kerjakan sehingga anda dengan khusus memanggil saya kemari."
Meskipun saat ini ia sedang takut. Namun Tania tetap memberanikan diri bertanya dengan sopan kepada Joe.
"Dari mana saja kau!" Ucap Joe
"Dari kantin habis ngopi." Sahutnya polos.
"Hmm, enak sekali ya. Sementara aku disini tidak ada satupun yang menawarkan kopi." Wajah Joe terlihat kesal.
"Bukankah ini perusahaan mu. Cuma kopi saja siapa juga yang ingin menawarkan. Kamu kan bisa langsung menyuruh pelayan membuatkan satu untukmu.
Gerutu Tania dalam hati.
"Kenapa masih berdiri disini!" Joe menatap tajam
"Saya sudah boleh keluar Tuan?" Tania mulai bingung.
"Apa kau bodoh! Buatkan aku kopi yang sama seperti yang kau minum bersama teman mu." Ucap Joe tegas.
"Oh, ba-baik Tuan. Segera saya buatkan," Tani merasa tertekan dengan situasi itu. Sehingga kini membuatnya berucap dengan terbata-bata.
Ia kemudian segera berbalik dari tempat nya. Hendak berjalan menunaikan tugasnya. Namun seketika langkahnya terhenti manakala Joe yang tiba-tiba saja menarik tangan nya dengan kasar.
"Tuan lepaskan saya. Segera saya akan buatkan kopi yang anda minta," Ucap Tania. Ia berusaha melepaskan tangan nya yang di genggam kuat oleh Joe. Namun sayang nya itu hanya membuatnya merasa lebih sakit.
"Tuan tolong lepaskan! Anda menyakiti pergelangan tangan saya" Ringis Tania seraya terus berusaha melepaskan.
"Tidak, karena sepertinya aku sudah tidak ingin meminum kopi. Karena kini aku ingin mencicipi rasa kopi yang ada di mulut mu," Seringai Joe.
Tania semakin ketakutan. Dengan segenap jiwa dan raga ia berusaha melepas pegangan tangan Joe yang melingkar di pergelangan tangan nya. Namun itu sia-sia karena kini Joe mulai mendekap tubuhnya sehingga membuatnya tak bisa memberontak.
"Ya tuhan.. habislah aku. Sekarang aku sudah tidak bisa melawan nya
Glek
Tania terlihat menelan ludah nya saat wajah Joe yang kian mendekat.
Ceklek
Suara pintu terbuka sehingga kini membuat Joe melepaskan pandangan nya dari Tania dan menatap kearah pintu.
"Angeline," Lirih nya.
Ia kemudian melepaskan dekapan nya dan membiarkan Tania berlari meninggalkan nya bersama Angeline disana.
Dengan perasaan lega Tania kemudian berlari ke ruangan nya.
"Hufft! Untung aja ada si cewek matre. Jika tidak entah apa yang akan dilakukan nya kepadaku hanya dia dan Tuhan lan yang tau." Lirih Tania. Kini ia kembali melanjutkan aktivitasnya di kantor.
BERSAMBUNG