Simon Magnoliet Kent, pria lumpuh yang bernasib buruk dengan penikahannya. Di hari pernikahan dengan sang kekasih, dia yang lumpuh dan tidak bisa bicara aibat kecelakaan yang disebabkan kekasihnya harus menanggung duka karena ditinggal pergi oleh sang kekasih tepat di hari pernikahannya dengan anak dari keluarga Raymond.
Jauh hari mereka sudah membicarkan pernikahan ini. Simon dan Cintia adalah pasangan yang dijodohkan oleh masing-masing pihak keluarga untuk menjalin hubungan kerja sama yang lebih erat.
Pernikahan mereka pun tiba, tetapi seluruh keluarga dibuat terkejut dengan pesan singkat yang cintia tuliskan di kamar mandi pengantin wanita. Dia memilih kabur daripada harus menikah dnegan pria lumpuh dan dia memilih bersama dengan pacarnya yang tampan dan sempurna.
Hidup Simon bak dipermainkan oleh dunia. Pada akhirnya, Laura Khiel Raymond, adik seayah beda ibu yang lahir dari kandungan seoang wanita malam dipilih menjadi tumbal menggantikan Cintia.
Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harsie Alive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Itu bukan salahmu
Simon tidak jadi pergi ke markas Tim Aryn, dia punya rencana lain terhadap mata-mata itu.
Pria tampan tempramental itu masuk ke ruangan minumnya di mansion itu. Terlalu banyak ruangan di sana sampai Simon memiliki ruangan khusus untuk mengumpulkan semua wine dan alkohol favoritnya dengan harga yang tentu saja fantastis.
Malam telah berkuasa, tetapi tampaknya hanya Simon yang belum terlelap.
Zayn juga tidak kembali ke mansion malam ini, Diego, Hendry dan Sadrakh beristirahat di dalam kamar mereka masing-masing.
Simon duduk di kursi kebanggaannya, kursi besar dan empuk, dengan mantel bulu hangat yang terbentang di sana.
Bruukk...
Tubuhnya dia hempaskan ke atas sofa lebar nan nyaman itu.
Dia berbaring sambil menggenggam sebotol wine dan menyesapnya perlahan.
Sudah menjadi kebiasaannya setiap kali pulang ke rumah, duduk dan bertemankan keheningan malam, dengan sebotol wine yang jadi pelampiasannya.
Tangan kekar Simon, yang kini telah terdapat cincin pernikahan terangkat ke atas langit-langit, kedua netranya menatap Cin Cin emas sederhana itu.
Cin Cin yang jadi saksi cinta sejati kakek, nenek dan juga kedua orangtuanya.
"Apakah cin-cin ini juga akan jadi saksi perjalanan cintaku?" gumam Simon.
Diangkat nya remote televisi, lalu dinyalakannya benda lebar di depannya itu. Sebuah video lama hitam putih pun mulai di putar.
"Selamat ulang tahun, Selamat ulang tahun, Selamat ulang tahun Simon, selamat ulang tahun.... wohohoooooo....."
suara tepuk tangan meriah terdengar jelas, tawa dan canda bahagia di perayaan ulang tahun Simon yang ke 17, tepat di hari kematian kedua orang tuanya.
"Anak Mama semakin tampan,hahahah... selamat ulang tahun sayang, Mama menyayangimu,"
"eitsss anak papa juga dong, hahaha...Waduh jagoan Papa, kembarannya kakek udah besar saja ya!!" Suara lembut sang ayah kembali terdengar di telinga Simon.
" Hohohoho... com here birthday boy, peluk Kakek!!" Tampak wajah sang kakek yang memeluk Simon remaja.
pertumbuhan nya di masa remaja sangat pesat, bahkan tinggi badannya melampaui tinggi badan kakek, Ayah dan ibunya.
Mereka tertawa bersama, merayakan ulang tahun Simon. Ulang tahun terakhirnya bersama kedua orang tuanya.
Simon duduk tegap, menatap Video itu tanpa sadar air matanya mengalir deras.
Dadanya sesak!
Rasanya sakit, jantungnya berdebar, Kehilangan harta paling berharga baginya, kehilangan tiga sosok yang selalu menyayanginya dengan lembut.
Simon menangis sesenggukan, sebuah rahasia yang tak pernah dia ungkapkan pada orang lain.
" Papa...Mama... hiks... Simon rindu kalian, pulang!!! pulang ke rumah Ma.... Pa... Simon kesepian!!!!" Pria itu berteriak, menangis penuh sesak, menatap mendiang kedua orangtuanya yang tak lagi bisa dia peluk.
Semua yang dia lalui tinggal kenangan.
Bahkan kakeknya tak bisa menemaninya lebih lama, dia hidup kesepian, hidup sendirian dalam kegelapan yang terus menelannya.
Dia menepuk dadanya yang terasa sangat sesak, air matanya berjatuhan, dia memukuli dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa orang tuanya.
" Ini salahku, ini semua salahku, Papa dan Mama mati gara gara manusia bodoh seperti diriku!!!!"
"Harusnya aku yang mati hiks ... Hiks... harusnya aku yang mati hari itu!!!!!" teriak Simon.
dia tersungkur ke atas lantai, setiap kali mengingat orangtuanya, bayang bayang kecelakaan naas itu selalu tiba.
Mengganggunya, merusak pikirannya, mencengkeramnya semakin kuat, dan menariknya terus sampai ke dalam Hinga dia terjebak di dalam lautan kekelaman.
Seorang anak yang belum siap untuk kehilangan orangtuanya, dipaksa menghadapi kenyataan kalau kedua orangtuanya pergi terlebih dahulu.
Kakek yang selama ini menjadi temannya juga pergi meninggalkan dirinya.
Dengan siapa lagi dia berbagi keluh kesah, pada siapa lagi dia mengharapkan kasih sayang.
Simon menangis di keheningan malam yang begitu kelam.
Ditemani memori dan kenangan indah bersama orang-orang yang sangat dia sayangi. Hidupnya hancur, kematian membawa pergi semua kebahagiaan.
Rasanya sesak, ingin dia pergi dari bumi ini dan meninggalkan semua nya begitu saja.
Simon duduk, dia menenggak minumannya sambil menangis sesenggukan, kedua netranya menatap foto keluarga terakhir yang dia ambil dengan ibu dan ayahnya, lagi lagi air matanya keluar.
"Ma, Pa apa kalian tidak merindukanku? aku sangat putus asa di sini, aku sendirian, Simon butuh kalian...." lirihnya.
Jika orang mengatakan kalau pria tak mungkin menangis sesenggukan,maka Simon melakukannya.
Dia lemah, dia ingin menangis, dia ingin bertemu kedua orangtuanya walaupun hanya sekali, dia ingin memeluk mereka lagi.
Kerinduan seroang anak yang ditinggal mati oleh orangtuanya, keinginan untuk hidup bahagia tapi dengan siapa dia akan melakukannya.
Simon terlelap, dengan semua video menyenangkan di masa lalunya yang tetap berputar di ruangan penuh dengan alkohol itu.
Pria itu tertidur dalam kesepian, meringkuk pilu dalam genggaman trauma masa lalu.
Tak ada yang lebih sakit dibandingkan dengan luka hati ditinggal orang tua.
Tanpa Simon Sadari, dia terlelap dengan begitu nyenyak sampai tidak tahu kalau Laura mendengarkannya dari balik pintu sambil menahan tangis pilu.
Beberapa menit lalu,Laura berjalan menuju lantai satu untuk mengambil air hangat, tangga yang dia gunakan kebetulan berada dekat ruang minum Simon.
Saat menyusuri lorong, dia melihat cahaya remang dari ruang yang pintunya sedikit terbuka itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, tepat di mana semua orang seharusnya sudah terlelap.
Gadis itu penasaran, dia mengintip ke dalam dan berjalan perlahan .
Betapa terkejutnya dia saat melihat Simon sedang minum Alkohol sambil tertawa sesekali menatap televisi itu.
Laura berdiri di sana dan menyaksikan apa yang sedang Simon lakukan. Dia pikir awalnya Simon bahagia karena melihat ulang rekaman lama yang punya tanggal dan tahun itu.
Tetapi betapa terkejutnya Laura saat mendengar Simon menangis sesenggukan, begitu pilu bahkan terdengar sangat sedih.
Beberapa kali dia mendengar Simon mengumpat dirinya sendiri.
Saat itulah Laura sadar, video itu adalah video mendiang orangtua suaminya dan Simon menyebabkan kematian mereka.
Laura hanya diam membatu di balik pintu sambil menahan Isak tangis.
Entah kenapa, dia merasa sedih ketika Simon juga Sedih, rasanya sesak, seolah dia tahu rasanya meski mereka punya nasib berbeda dalam hubungan orangtua dan anak.
Hingga Simon terlelap, Laura berdiri di sana menemaninya secara tidak langsung.
"Ternyata dia punya luka se dalam itu, " batin Laura.
Dengan langkah berani dia masuk ke ruang minum suaminya. Sedikit terkejut melihat betapa banyaknya minuman beralkohol di dalam sana.
Gadis itu berjalan perlahan, menghampiri Simon yang berbaring di atas Sofa sambil meringkuk kesepian.
Deg .. deg... deg...
Jantung Laura berdebar, ingin sekali dia memeluk pria itu, pria yang menurutnya punya dua sisi berbeda tapi sebenarnya dia adalah orang baik yang dikecewakan oleh dunia.
Perlahan Laura menghampiri Simon, dia duduk berjongkok dan menatap wajah suaminya.
Tangannya yang lembut mengusap wajah dan kepala Simon," kamu anak baik, itu bukan salahmu, semua yang terjadi di masa lalu di luar kendali kita, jangan menyalahkan dirimu tuan," bisik Laura dengan senyum lembut .
Dia memakaikan selimut pria itu, menepuk punggungnya saat melihat Simon gemetar.
Laura duduk di samping Simon, sambil menonton video itu dan tersenyum sesekali menatap betapa bahagianya Simon yang dulu.
"Karena kau telah membawaku dari rumah itu, maka aku ingin kau kembali jadi dirimu yang dulu tuan, Tuan Simon yang terlihat ceria dengan senyum yang bahagia seperti dirimu saat usia 17 tahun," ucap Laura sambil memejamkan matanya dan ikut terlelap di sana.
.
.
.
Hai hai hai, jangan lupa Like, vote dan beri komentar ya🤗
Simon dan Laura memang diciptakan untuk saling melengkapi.
