Kembali Ke Masa Lalu

Tiga minggu berlaku dengan begitu cepat, secepat itu juga wajah Sania sudah tak berbentuk, wajah nya kini tampak mengerikan dengan luka keropeng yang membekas.

Bahkan masih ada beberapa bisul yang mengeluarkan darah dan nanah, bau nya juga begitu busuk hingga orang yang dekat dengan Sania akan langsung muntah-muntah.

Selama itu juga Mariana tak pernah ingin dekat dengan anak nya, jika dia memberikan obat.. dia akan memberikan nya melalui pelayan.

Semenjak itu juga sedah banyak pelayan yang mati mengenaskan karna siksaan Sania, karna jika mereka muntah dan berpenampilan cantik, maka Sania akan menghancurkan wajah pelayanan itu hingga pelayan tersebut mati akibat siksaan Sania.

"Sania... sampai kapan kamu akan terus seperti ini? kenapa kamu selalu mem-bu-nuh para pelayan mu?" Mariana berteriak dengan marah di balik tirai yang menjadi penghalang antara dirinya dan Sania.

"Mereka sangat kurang ajar!! dan mereka juga sangat cantik, aku tak suka itu" Sania mengatakan kekesalan nya hingga dia berani berbuat kal sekejam itu.

"Sania.. jika terus menerus seperti ini Ayah mu akan marah besar Sania" Mariana tak suka atas kecemburuan anak nya itu.

"Aku tak perduli.. yang aku inginkan sekarang adalah wajah ku kembali ke semula" Sania tak perduli jika sang ayah marah, karna kini yang dia inginkan hanya kesembuhan wajah nya.

"Bersabarlah.. Ayah mu sedang berusaha keras mencari penawar racun itu" Mariana terus mencoba menenangkan Sania yang terus saja mengamuk.

"Lalu bagaimana dengan wanita bodoh itu?" Sania ingat pada Ciara.. dia pernah datang sekali saja untuk mengunjungi dirinya.

"Apa yang kamu harapkan dari orang bodoh seperti dia.. Ciara hanya diam di kediaman nya, sambil melompat-lompat tak jelas, dan memainkan lumpur seperti biasanya" Mariana menaruh mata-mata yang selalu mengawasi pergerakan Ciara di kediaman nya.

Mendengar itu kemarahan Sania mereda sedikit, setidaknya nya pemikiran nya tentang Ciara salah, karna Ciara tetap lah wanita bodoh yang tak tau apa-apa.

Padahal tanpa mereka ketahui, Ciara tau jika Mariana menyimpan mata-mata do kediaman nya, jadi Ciara tetap memainkan peran nya sebagai wanita bodoh.

……………………………………

"Ciko apa ada hal baru yang tak aku ketahui?" Ciara dengan santai menyeruput teh herbal yang di buat kah khusus oleh Ciko untuk nya.

"Tidak ada Tuan.. tapi seperti nya ayah Nona Sania akan mendapatkan penawar racun itu" Jika sudah mendapatkan penglihatan tentang apa yang akan terjadi pada Sania.

"Cepat juga kerjanya.. dari mana Paman Abra mendapatkan penawar itu?" Ciara cukup kagum dengan kinerja paman nya yang super cepat.

"Dari orang yang selama ini dekat dengan nya" dapat Ciko lihat jika paman tuan nya itu mempunyai orang kuat yang selalu mendukung nya.

"Maksudnya orang dekat?" Ciara kurang paham dan tidak mengerti dengan ucapan Ciko.

"Saya belum bisa mengambil kesimpulan Tuan, yang pasti ada orang yang selalu mendukung paman Tuan, dan orang itu mempunyai ke kedudukan tinggi" Ciko masih menyelidiki tentang orang itu.

"Begitu ya.. ya sudahlah biarkan saja, lagi pula aku sudah merasa bosan, aku rindu bermain-main dengan Adik tercinta ku" Ciara merasa harinya membosankan karna tak ada gangguan dari Sania juga bibi nya.

"Bukan nya Tuan menyukai kedamaian ini?" Ciko heran, baru saja beberapa hari buang lalu Tuanya merasa gembira karna tak ada gangguan dari Sania juga Mariana, tapi sekarang dia mengeluh kan tentang kebosanan nya.

"Mungkin aku lebih menyukai tantangan Ciko" Ciara menjawab pertanyaan Ciko sekenanya, karna memang membosankan juga jika terus seperti saat ini, setidaknya dengan gangguan dari Sania Ciara bisa bersenang-senang.

"Tuan kau ada-ada saja" Ciko menggeleng-geleng kan kepala nya merasa aneh dengan pemikiran sang Tuan nya.

"Ciko.. seperti nya enak jika makan makanan pedas.. aku menjadi lapar karna bosan" perasaan Ciara benar-benar hampa karna tak ada gangguan dari Sania.

"Apa Tuan mau hotpot?" Ciko sudah dapat menebak makanan apa yang di inginkan Tuan nya itu.

"Kau memang yang terbaik Ciko.. kau selalu tau apa yang ku inginkan" Ciara tanpa ragu langsung menyiapkan bahan-bahan untuk hotpot nya, orang suruhan Mariana sudah tak asing dengan kegiatan Ciara.. dan memang Ciara juga bisa memasak, sebab dia tak pernah di berikan makanan oleh Mariana.

Jadi Ciara dulu dan sekarang memang suka memasak, karna memang Ciara sudah terbiasa memasak sendiri.

………………………………………

"Aku kecewa padamu sayang" Selir itu tampak cemberut membuang pandangan matanya ke segala arah.

"Maafkan aku sayang.. kamu tau sendiri bukan, Kaisar itu memberikan tugas banyak padaku ku.. belum lagi urusan di rumah ku yang sangat kacau" Jendral membujuk sang selir agar tak marah padanya.

"Lagi pula kenapa mereka begitu bodoh" sang selir heran dengan kebodohan anak jendral tersebut.

"Mereka memang bodoh, apa lagi ibu nya.. kamu pasti tau sendiri dia seperti apa" jendral terus membujuk sang selir agar kemarahan nya segera berakhir.

"Hahh.. kamu juga kenapa memiliki anak dari wanita itu? sudah ku katakan bukan, jika aku tak suka milik ku di sentuh orang lain" selir kembali marah karna dia merasa di khianati.

"Sayang kamu tau sendiri.. aku di jebak, aku mana mungkin mengkhianati mu, karna aku begitu menyayangi mu.. kamu tau sayang di dunia ini hanya kamu wanita yang pantas untuk ku, dan hanya kamu wanita yang boleh menikmati semua tubuh ku" jendral itu meraba lembut bagian tertentu yang sensitif sehingga selir itu tak bisa marah berlama-lama karna dia sudah merindukan belaian sang jendral.

"Aku memaafkan mu.. tapi puaskan aku" pintar selir yang langsung telentang melebarkan kedua kaki nya.

"Tentu sesuai keinginan mu sayang" jenderal tentu merasa gembira dengan penawaran tersebut, karna dia juga merindukan desahan sang selir.

Belum lagi akhir-akhir ini dia begitu sibuk, hingga dia tak mendapatkan service di anggota badan nya, istri nya pun yang biasanya menggodanya setengah gila, kini tak menggoda nya lagi.. karna terlalu sibuk dengan urusan anak mereka.

"Aahhh.. yang dalam sayang aahhh.. terus" selir itu mendesah keenakan dan terus menjabat rambut sang jendral untuk meminjam kekuatan.

"Tentu sayang" sang jendral memperdalam lumatan nya pada inti tubuh sang selir.

"Kamu.. aaahhh.. jangan khawatir aahh.. aku sudah mendapatkan aahhh.. penawar racun aahh.. itu.. " racau selir di sela-sela kenikmatan yang di berikan sang jenderal.

Sang jendral mendongak menatap wajah selir yang saat ini sudah sangat sayu.

"Maka aku akan memuaskan mu, karna kamu selalu membantu ku dalam segala hal" sang jenderal langsung melumat inti tubuh sang selir penuh nafsu, dia pun sesekali berpindah arah ke melon besar sang selir.

Semua anggota tubuh selir itu di jilati dan di lumati bagai permen, bahkan sesekali jenderal menggigit menghisap dan meremas-remas bagian tertentu, tentu saja perbuatan nya itu membuat sang selir berteriak keenakan.

Jeritan kenikmatan tersebut berlangsung selama beberapa jam, dan mereka melakukan hal tersebut tanpa ada gangguan, tempat itu di bersihkan hingga disana tak ada satu pun orang yang mengganggu aktivitas panas mereka.

(panas dingin gak? 🤣🤣🤣🤣)

Yah... bersambung.