NovelToon NovelToon
BAYANGANMU DI HARI PERTAMA

BAYANGANMU DI HARI PERTAMA

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Cintapertama / Spiritual / CEO Amnesia / TKP / Tamat
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sarifah31

Bayangmu di Hari Pertama
Cinta yang tak lenyap meski waktu dan alam memisahkan.

Wina Agustina tak pernah mengira hari pertama OSPEK di Universitas Wira Dharma akan mengubah hidupnya. Ia bertemu Aleandro Reza Fatur—sosok senior misterius yang ternyata sudah dinyatakan meninggal dunia tiga bulan sebelumnya. Hanya Wina yang bisa melihatnya. Hanya Wina yang bisa menyentuh lukanya.

Dari kampus berhantu hingga lorong hukum Paris, cinta mereka bertahan menantang logika. Namun saat masa lalu kembali dalam wajah baru, Wina harus memilih: mempercayai hatinya, atau menerima kenyataan bahwa cinta sejatinya mungkin sudah lama tiada…

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarifah31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 - Tumpangan Tak Terduga & Wajah Itu Masih Sama

Langit Jakarta sore ini tampak malas mengucapkan selamat tinggal pada panas.

Aku berdiri di depan gerbang gedung kantor, menatap sekeliling. Trotoar sudah ramai pejalan kaki. Suara klakson bersahutan. Sementara itu, aku menunduk, menatap layar ponsel yang menunjukkan angka ongkos ojek online: Rp52.000.

Saldo dompet digital: Rp0.

Sisa uang di dompet: seribu rupiah logam dan dua lembar seribu lusuh, yang tadi kupakai buat makan nasi padang dengan lauk tempe goreng dan kuah rendang gratis.

Aku menghela napas panjang. Mau tak mau, aku melangkah. Jalan kaki.

Mungkin ini memang hari yang harus ditutup dengan peluh.

Setengah jam berjalan, kakiku mulai pegal. Jalanan mulai gelap. Aku memilih jalur pinggir yang lebih tenang, dengan deretan pepohonan kota yang nyaris tak menghasilkan angin.

Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti perlahan di sisi trotoar, kaca bagian sopir menurun.

“Wina Agustina?”

Aku langsung menoleh.

Fatur.

Ia duduk di balik kemudi mobil hitam mengilap, kemejanya masih rapi, dasi sudah dilepas, dan lengan baju digulung sampai siku.

Aku terpaku sejenak.

“Kamu mau ke mana?” tanyanya.

“Pulang,” jawabku, kaku. “Tapi... agak jauh.”

Dia mengangguk ringan, membuka pintu penumpang depan. “Masuk. Aku anterin.”

“Aku... nggak enak, Pak.”

Dia tertawa singkat. “Nggak usah formal, Win. Lagian kamu bisa pingsan juga kalau terus jalan.”

Aku ragu sejenak, lalu masuk. Mobilnya dingin. Aromanya mirip sesuatu yang dulu pernah melekat di jaket Ale. Aromaterapi kayu manis... atau kenangan?

Mobil melaju perlahan menembus senja kota.

“Kamu tinggal di mana?” tanyanya sambil tetap menatap ke depan.

“Di Rawamangun. Masih sama Umi dan Abi.”

Dia mengangguk. “Senang ya, bisa pulang ke rumah. Aku udah jarang ke rumah sejak balik dari Paris.”

Aku menoleh pelan. “Berapa lama di Paris, Kak?”

“Lima tahun. S2 hukum bisnis. Sempat kerja di firma juga di sana.”

Aku menelan ludah. Suara, nada, struktur kalimat... semuanya terlalu mirip. Tapi aku tidak mau terjebak ilusi.

Lalu dia tiba-tiba berkata, “Kamu pernah kuliah di Wira Dharma, kan?”

Aku terdiam.

“Iya... kamu tahu?” tanyaku hati-hati.

Dia tersenyum samar. “Aku lihat dari CV kamu kemarin. Aku dulu pernah diceritain soal kampus itu. Sama temen... waktu kecil. Katanya dia pengen banget kuliah di situ.”

“Namanya siapa?” tanyaku pelan, nyaris berbisik.

Dia menoleh sekilas, lalu kembali fokus ke jalan. “Lupa. Tapi kayaknya namanya Ale... atau Reza? Nggak tahu pasti.”

Darahku seperti berhenti mengalir sejenak.

Aku menatap wajahnya yang diterpa cahaya lampu jalan. Rahangnya. Senyum tipisnya. Kedipan matanya.

Ini... bukan Ale. Tapi sesuatu dari dirinya... tertinggal di pria ini.

Mobil berhenti di depan rumahku.

“Terima kasih, Kak,” kataku.

Dia tersenyum kecil. “Besok jangan lupa bawa uang cadangan ya. Jakarta keras.”

Aku tertawa. “Iya, Kak. Terima kasih tumpangannya.”

Sebelum keluar, aku memberanikan diri bertanya, “Kakak... pernah kecelakaan bus waktu ke Bali, nggak?”

Dia memandangku. Lama. Diam.

“Belum pernah,” jawabnya akhirnya. “Tapi... aku sering mimpi tentang itu.”

Bab ini membangun intensitas misteri dan kedekatan emosional antara Wina dan Fatur. Apakah Febriansyah benar-benar bukan Ale? Atau ada bagian dari Ale yang masuk ke dalam hidupnya?

💥💥💥

Febriansyah Fatur Fahrezi, pria yang tidak hanya hadir dalam hidupnya… tapi menyeret kenangan masa lalu yang belum benar-benar pergi.

***

Aku menutup pintu kamar pelan-pelan. Lalu bersandar di baliknya.

Diam.

Napas panjang keluar, berat, seperti menahan sesuatu yang sejak tadi nyaris tumpah.

Langkah kakiku terasa ringan menuju kasur. Tanpa melepas baju kerja, aku langsung rebah, memandang langit-langit yang senyap.

Lampu kuning remang di sudut kamar menciptakan bayangan samar. Dan di antara keheningan itu, satu-satunya yang terus muncul di kepalaku adalah…

Wajahnya.

Fatur. Ale.

Atau siapa pun dia.

“Kenapa kamu muncul lagi?” bisikku tanpa suara.

Aku memejamkan mata, dan semuanya kembali, suara napas Ale yang dulu hanya bisa kudengar saat semua orang tak melihatnya, cara ia berdiri di balik pohon taman kampus, suaranya yang lirih saat berkata "Kamu sensitif, ya."

Sekarang, wajah itu hadir kembali. Tapi lebih nyata. Lebih tegas. Lebih berdaging.

Tapi tidak dengan ingatan yang sama.

“Kalau kamu bukan Ale, kenapa kamu... begitu mirip?” tanyaku dalam hati.

Aku menoleh ke meja kecil di sebelah ranjang. Ada foto saat wisuda, aku dan Nayla berdiri berdua, memeluk map ijazah, tersenyum lebar. Tapi dalam senyumku… ada ruang kosong. Yang hanya aku sendiri yang tahu letaknya.

Tangan kiriku perlahan menyentuh dada sendiri. Di sana, jantungku berdetak cepat, dan sebuah rasa asing mulai muncul kembali.

Bukan rasa kehilangan. Tapi kerinduan.

Aku bangkit perlahan, membuka laci kecil. Menarik sebuah jurnal lama jurnal tempat Ale dulu pernah menulis surat kecil sebelum akhirnya... pergi.

Kucoba membuka halaman terakhir. Di sana, ada bekas tulisan pudar tinta hitam.

"Kalau suatu saat kamu ketemu orang yang mirip aku, jangan buru-buru percaya. Tapi jangan langsung menghindar juga. Dunia kadang ngulang cerita... supaya kita bisa menulisnya dengan akhir yang berbeda."

Tangisku pecah.

Dunia ini sedang bermain-main lagi.

Dan aku... belum siap kehilangan untuk kedua kali.

1
Nurul An-nisa
iya ya, sampe sekarang belum ada alasan kenapa harus Wina
drpiupou
duh apa ada kemungkinan Fatur gidup
drpiupou
sedih banget omongan si Ale Ale ini
Sarifah Aini: Ale Ale rasa apa kak 😂
total 2 replies
drpiupou
apakah kamu akan memilih Ale?

ku harap kamu milih aku sih
Afriyeni Official
tetaplah di sisinya Wina, lambat Laun ia akan pulih dari lukanya yang tak terlihat.
Afriyeni Official
cuma Wina yang belum tahu kalau Fatur adalah Ale
bluemoon
sarapan dulu win lain kali
Aquarius97 🕊️
keren Thor 👋🏻 semangatt
Aquarius97 🕊️
huwaaaaa.... beneran kan Ale ternyata koma .. eh firasat ibunya Ale kuat banget yak
Aquarius97 🕊️
Alee... ahhhh jadi Ale.... masih hidup /Sob/
sjulerjn29
tu kan bener ceuk aku oge ale eta teh..🤭
wina akhirnya pujaan hatimu masih hidup
Iqueena
Yang jelas perasaanmu itu untuk Ale Win, karena dia yg pertama kamu liat, walau bukan sebagai manusia 🥹
Iqueena
Wahhhh, keren plot twist nya kak 👏🏻
Iqueena
Jadi Fatur itu Ale?
Xlyzy
Ale sebenarnya kamu ini manusia apa atau hantu si
Dewi Payang
Sampai kini aku tetap berharap Fathur adalah Ale.....
Ceyra Heelshire
kalau orang liat, bisa dikira gila sih
Drezzlle
Betul Wina
Dasyah🤍
aku doain yah moga moga Fatur benaran Ale
༺𝑨𝒕𝒉𝒆𝒏𝒂_𝟐𝟓༻
Ale km hrs bersyukur bertemu mereka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!