Praya Asteria, gadis Muda berumur 22 tahun yang rela menjadi istri kedua karena cinta, Asteria dinikahi pria tampan berwibawa berumur 37 tahun, pria itu menikahi Asteria hanya untuk memuaskan nafsunya saja di karenakan istri tercinta yang sedang sakit dan tidak bisa melayani sebagai seorang istri yang seutuhnya, Praya mencintai dengan tulus suaminya tapi tidak dengan suaminya yang bernama bara, karena sejak awal bara menikahi Praya hanya untuk di jadikan teman tidurnya saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kawatir
Praya terpaksa pulang berjalan kaki, untung saja Bara menurunkannya tidak jauh dari rumah, jadi ia tidak perlu naik angkutan umum lagi.
sesampainya di rumah, Praya langsung menidurkan diri di atas kasurnya, kepalanya sudah hampir pecah rasanya, Praya pijat pijat kepalanya untuk memberikan rasa rileks. selang beberapa menit langit yang tadi cerah berawan tiba-tiba hujan. begitulah hujan dan langit, kita tidak bisa memprediksi kapan langit menurunkan hujannya, Langit bisa saja terlihat gelap tidak berawan tapi belum tentu setelahnya akan turun hujan, begitu pun sebaliknya, langit cerah berawan bisa saja turun hujan seperti sekarang. tidak ada yang bisa menebak takdir dan ketetapan Tuhan, semuanya sudah berjalan sebagai mana mestinya, tergantung kita saja apa bisa menerima semuanya, karena tuhan pasti akan memberikan yang terbaik untuk setiap hambanya.
....
ketukan pintu membuat Praya terbangun.
"iya, sebentar" Praya tersenyum hangat saat di lihatnya ayu lah yang datang. Praya persilahkan ayu masuk ke rumahnya
"masuk yu"
"mau minum teh, yu"
"nggak usah, ya. aku bawa ini" satu keranjang berisi buah-buahan.
"ya Allah yu, kenapa repot-repot, pasti harganya mahal kan, kamu datang jenguk aku aja sudah senang yu" Praya letakkan keranjang buah-buahan di atas Nakas. ayu Menyunggingkan senyum, jaketnya ia lepas.
"aku nginap di sini boleh?" Praya Mengangguk antusias.
"kenapa nggak, aku senang Banget ada temannya tau, tapi ya gini keadaannya" Praya tersenyum menatap kamar kecil yang selalu ia sebut rumah.
"kamu kira aku tinggal di bangunan gedung, hah! kita sama Praya, ada buat berteduh dari panas sama hujan aja si harus di syukuri" Praya Mengangguk, ia berdiri untuk mengambil pisau dan piring.
"sini biar aku aja" Praya serahkan pisau, piring dan keranjang buah pada ayu.
"kamu kok pulang gitu aja si ya, kenapa nggak bilang sama mbak Mega"
"mbak Mega nggak akan kasih izin, yu."
"terus ini siapa yang izinkan kamu"
"Bapak Bara" ayu mendongak menatap dalam sahabatnya.
"Bapak Bara?" ayu Hanya meyakinkan Jika ia tidak salah dengar, Praya mengangguk.
"ko bisa?" ayu hanya tidak menyangka jika bos perusahaannya itu mau berurusan dengan pekerja kecil seperti mereka, selama ayu bekerja di sana, tidak pernah sekalipun ia menemukan kejadian serupa yang Praya alami.
"waktu itu aku buatin kopi untuk beliau, terus pak bara lihat muka ku pucat, dia Minta aku istirahat, dan dia juga yang akan bilang ke mbak Mega, gitu sih kata beliau" tidak ada kebohongan, emang seperti itu kejadiannya.
"ini makan" ayu dekatkan piring berisi buah apel untuk Praya.
"makasih ayu"
"mau apa lagi, jeruk mau?" Praya mengangguk polos.
"Baru kali ini aku dengar pak bara mau sibuk-sibuk ngurusin pekerja kaya kita, ya" Praya jadi bingung harus katakan apa, sebenarnya ia ingin sekali jujur jika Bara itu suaminya, tapi apa boleh buat, yang tau dia sudah menikah selain wali, penghulu hanya tuhan yang maha kuasa. bisa marah besar Bara jika tau ia memberitahu orang lain perihal pernikahan mereka.
"mungkin karena kamu cantik ya, jadi beliau suka"
"ISS, kamu ngomong apa sih yu, beliau itu cinta mati saja istrinya, nggak ada tuh niat-niat mau suka sama perempuan lain, apalagi sama aku, perempuan rendahan ini" Ayu masukkan satu belahan jeruk ke mulut Praya.
"tau dari mana kamu, ya. kita nggak tau aja kan kelakukan dia, secara istrinya..." Praya memukul pelan paha kanan ayu.
"nggak boleh ngomong gitu" ayu terkekeh
"iya maaf, aku khilaf" obrolan mereka terus berlanjut, tidak ada lagi obrolan mengenai keburukan orang lain, mereka hanya saling curhat mengenai masalah hidup yang Meraka hadapi bersama. sesekali tawa terdengar saat mereka menemukan momen lucu, Praya jadi sedikit bersemangat sekarang, padahal tadi ia benar-benar lesu.
ponsel di sampingnya berdering, Praya lihat nama Bara lah yang tertulis di sana, setelahnya panggilannya putus kemudian masuk pesan dari pria itu.
*" suruh ayu pulang, saya mau masuk"
"ayu mau nginep, mas"
"jangan aneh-aneh, suruh dia pulang" tegas Bara.
"kenapa harus pulang, mas aja lah yang pulang, aku nggak akan Setega itu minta dia pulang, apalagi cuacanya hujan gini, mas. mas kan pakai mobil sedangkan Ayu pakai motor, mending mas aja lah yang pulang" Praya benar-benar kesal dengan suaminya itu, bisa-bisanya ia meminta Praya untuk mengusir ayu, yang benar saja, begitu juga dengan bara yang di dalam mobil, ia kesal dengan balasan pesan istri mudanya.
"kamu lebih mementingkan dia dari pada saya suami kamu, Praya"
"terserah deh mas mau ngomong apa, mas mau marah juga hak mas, paling mas mau kerumah Praya cuman untuk marah doang, mending di tahan dulu aja deh mas, aku lagi sakit, hadirnya ayu buat aku sedikit rileks, mending mas pulang aja" gigi Bara saling bergesekan, sungguh ia kesal, setir mobil menjadi pelampiasannya, ia melirik keranjang buah juga beberapa jajanan yang ia bawa untuk praya. pesan Praya tidak lagi ia balas, Bara putuskan untuk balik arah dan pulang. semua bawaannya Bara buang ke bak sampah di depan rumah Praya.
"kenapa ya, kamu kelihatan kesal gitu"
"orang nggak jelas, nggak penting juga, mending Kita tidur, besok harus kerja Lagi"
....
di rumahnya bara tidak bisa tidur nyenyak sebelum tau kondisi istrinya, di sikapnya selimut dan turun dari tempat tidur, bara kembali menelpon Praya, mungkin wanita itu sudah tidur jadi panggilannya tidak di angkat.
benar saja dugaannya, Praya sudah tertidur lelap, ayu yang justru terbangun saat mendengar ponsel Praya terus berdering, ayu memicingkan mata melihat nama kontak yang tertulis di layar ponsel Praya
"mas love" gumam ayu membaca nama kontak Praya.
ayu tidak ingin kurang ajar, tapi ia juga tidak tega membangunkan Praya yang terlihat begitu lelap tidurnya, tapi ponsel itu juga tidak berhenti berdering, sampai satu pesan masuk
*"angkat Praya, saya ingin pastikan kamu sudah nggak papa*" ayu Menyunggingkan senyum, ia berpikir orang yang menghubungi Praya adalah pacarnya, ayu akhirnya membangunkan Praya.
"Praya bangun"
"Pray"
"Praya, ini mas love mu menelpon " Praya sedikit terkejut saat ayu menyebutkan nama kontak yang meneleponnya, Praya bergegas bangun dan merampas ponselnya dari tangan ayu.
"aku keluar dulu " ayu terkekeh geli, Praya terlihat lucu sekali.
"tenang praya, aku nggak angkat ko, cuman baca pesannya aja" Teriak ayu dan kembali membaringkan tubuhnya.
di luar, Praya mengangkat panggilan bara
*"kenapa baru di angkat Praya!" bentak Bara kesal dari sebrang sana
"mas! ini tengah malam, aku tidur, kamu bisa mikir Nggak sih" bara di yang berada di balkon kamar memukul pagar kesal
"hampir aja tadi ketahuan ayu, kamu tau kan sekarang ada ayu di rumah ku" kesal Praya
"gimana keadaan kamu sekarang, sudah mendingan" bara alihkan perbincangannya, ia tidak ingin terbawa emosi lagi. Praya di sebrang sana memutar matanya jengah
"iya, aku sudah mendingan, Alhamdulillah "
"ubah panggilannya jadi Vidio call, saya ingin lihat muka kamu"meskipun malas, Praya tetap menuruti kemauan suaminya.
"kenapa cemberut gitu, Nggak suka saya telpon, hm?"
"nggak gitu mas, aku cuman kesal karena tadi hampir ketahuan" Praya memaksakan senyum.
"kepalanya masih pusing? " Praya menggeleng
"udah enggak, cuman perut aku aja masih keram,coba kamu ada di sini, aku mau di Elus perutnya "
"siapa suruh tadi ngusir saya "
"Emang kalau mas nginep, mas mau ngelus perut ku? nggak kan?" Bara terdiam,ia jadi kikuk sendiri
"ya udah, saya matiin, kamu juga lanjutin istirahatnya"
"hem, mas juga istirahat, assalamualaikum "
"waalaikumsallam "