Sri tidak menyangka jika rumah tangganya akan berakhir karena orang yang paling dia cintai dan hormati, entah bagaimana dia mendeskripsikan hati yang tidak akan pernah sembuh karena perselingkuhan suami dengan perempuan yang tak lain ibunya sendiri.
Dia berusaha untuk tabah dan melanjutkan hidup tapi bayangan penghianatan dan masalalu membuatnya seakan semakin tercekik.
mampu ka dia kembali bangkit setelah pengkhianatan itu diatas dia juga memiliki kewajiban berbakti pada orangtua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Mendengar kata tajam dan menusuk dari Siti, Tarjo hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia tahu Siti begitu membencinya karena saat mereka menikah Tarjo memaksa Siti untuk melayaninya sebagai suami istri padahal dia tahu jika Siti tidak pernah ingin menikah dengannya, apalagi mereka masih sangat belia
"Bu jangan berkata seperti itu pada bapak, dia hanya menanyakan kabar ibu, bukan mencari masalah". Sri membela sang ayah karena ibunya bicara ketus seperti itu.
"Tidak usah ikut campur dan membelanya Sri jika kamu tidak tahu apapun, diam saja, ini urusan ibu dan orang ini". Tunjuknya dengan kasar kepada mantan suaminya itu.
Tarjo yang melihat itu, tidak tinggal diam, dia tidak mau anak dan mantan istri nya itu bertengkar gara-gara dirinya.
"Sudah tidak apa nak, bapak pergi dulu yah, kamu baik-baik sama suamimu di sini, nanti bapak kesini lagi untuk ketemu kamu, bapak pulang yah". Ucapnya mengelus kepala sang anak dengan sayang.
"Iya Pak, bapak hati-hati, nanti hubungi Sri kalau bapak mau kesini supaya tidak berantem sama ibu". Ucapnya dengan sayang.
Tarjo mengangguk kemudian menarik motornya dan pergi dari sana, dia tidak bisa berlama-lama karena mantan istri nya masih sangat membencinya.
Kedua perempuan itu memandang kepergian Tarjo dengan berbagai ekspresi, Sri memandang ayahnya dengan sendu sedangkan Siti memandang nya dengan penuh kebencian.
Sri menghampiri sang ibu dan menatapnya dengan marah, dia tidak terima bapaknya diperlakukan seperti itu oleh ibunya.
"Jangan begitu bu, ibu sendiri mengizinkannya semalam, jika ibu keberatan, ibu bilang supaya aku tidak membawa bapak kesini untuk bertemu, kasihan bapak jauh-jauh datang tapi malah sikap ibu seperti itu". Ucapnya dengan memelas.
Dia tidak mau kurang ajar pada ibunya walau bagaimana pun ibunya adalah orang yang telah mengandung dan membesarkan dirinya.
"Diam saja, biarkan ibu berurusan dengan bapakmu ini bukan urusanmu, cukup itu saja". Siti meninggalkan sang anak yang menatapnya kesal.
"Loh kamu kenapa dek?? ". Tanya suaminya yang baru datang dan menepuk pundaknya karena tidak merespon apa yang dia katakan
Dia pulang kerja dan melihat istrinya bengong didepan pintu rumah entah apa yang dia pikirkan.
"Eh mas sudah pulang,. Maaf aku melamun". Ucapnya terkejut mendapatkan tepukan pada bahunya.
Dia langsung berbalik dan menatap suaminya dengan senyuman, berusaha menutupi masalah yang terjadi pada kedua orangtuanya.
"Iya dek, aku baru pulang, aku sapa sejak tadi tapi kamu tidak menyahut, memang ada apa dek, kok melamun depan pintu??". Tanyanya dengan penasaran.
"Tidak apa-apa mas, kamu tidak perlu khawatir, masuk yuk". Ajaknya sambil menggandeng suaminya.
Saat didalam, Irfan yang bertemu dengan mertuanya kini berusaha tenang, walau suasana canggung terasa.
"Kalian mandi lah, dan makan malam nanti, makanan nya sudah siap". Ucap Siti dengan pelan.
Wajahnya tiba-tiba bersemu entah karena apa, dia kini berhadapan dengan sang menantu apalagi sejak insiden tadi siang.
Keduanya mengangguk kemudian masuk kedalam kamar dan membersihkan diri bergantian.
Irfan yang lebih dulu selesai langsung keluar dari kamar dan mendapati mertuanya sedang sibuk menyiapkan makanan.
"Aku bantu yah bu". Ucapnya dengan canggung.
Dia bahkan menggaruk kepalanya tidka gatal karena salah tingkah.
Siti menatap suami anaknya ini sekilas kemudian mengangguk pelan.
Irfan bergegas membantu sang mertua menyiapkan makan malam mereka.
Tapi Saat ibunya berbalik dan akan duduk, dia tersandung meja dan beruntung Irfan langsung menangkapnya, terjadi aksi tatap menatap diantara keduanya.
Siti segera bangkit sebelum anaknya salah paham melihat kejadian ini.
"Maaf Bu, aku tidak sengaja". Ucapnya terbata-bata.
Matanya malah fokus pada pakaian rumah yang dikenakan oleh ibu mertuanya dan belahan dadanya terlihat jelas.
Dia menelan salivanya, wajar jika dia berpikiran yang tidak-tidak, dia lelaki normal. Wajahnya memerah, nafsunya terasa naik seketika tapi dia menutup matanya berusaha menahan gejolak itu.
Sedangkan Siti tidak jauh berbeda, badan kekar menantunya saat dia peluk tadi terasa sangat pas
"Loh kenapa, kok wajah kalian memerah seperti itu?? ". Tanya Sri yang baru bergabung dengan mereka.
"Tidak apa kok dek, tadi mas kepanasan makanya wajahnya merah, aku masuk kamar dulu yah mau ngadem sebentar". Ucapnya langsung berlari ke kamarnya.
Sri menoleh heran kepada suaminya yang langsung berlari ke kamarnya sedangkan ibunya seperti sedang mengatur nafasnya.
"Bu, suamiku kenapa? , kok dia salah tingkah begitu?? ". Sri tidka langsung percaya begitu saja.
"Ibu tidak tahu, sekarang ayo makan, ibu sudah lapar, panggil lagi suamimu kalau sudah mendingan". Ucapnya langsung berjalan menuju meja makan tanpa menunggu Sri.
Sri kini kebingungan menatap keduanya, entah feelingnya terasa tidak enak tapi dia berusaha menepisnya karena biar bagaimanapun itu ibunya.
"Mas, ayo makan malam dulu, kamu ngapain sih??". Ucapnya melihat ke dalam kamar.
Suaminya kini berasa dibawah AC yang ada di kamarnya, mungkin dia memang kepanasan pikirnya.
Irfan menoleh, wajahnya sudah tidak memerah seperti tadi, dia berhasil menghilang kan pikiran kotor itu dari kepalanya barulah dia menghampiri istrinya.
"Maaf yah dek, aku kepanasan, jadi langsung lari ke kamar". Ucapnya dengan memelas.
Sri hanya mengangguk pelan dan keluar makan bersama sang suami dan berhadapan dengan sang ibu, pikiran kotor Irfan kembali lagi, setelah makan dia langsung mengajak istrinya ke kamar, dia sangat tidak tahan dan segera menuntaskan hasratnya pada istrinya sambil membayangkan tubuh mertuanya.
Istrinya tertidur pulas karena lelah bermain dengannya, sedangkan dia harus ingin ambil minum
Setelah semuanya selesai dia pun keluar kamar, dia bisa melihat ibu mertuanya yang sedang gelisah entah karena apa.
"Kenapa bu?, ada yang bisa aku bantu? ". Tanyanya dengan pelan.
Ibu mertuanya ini terlihat tidak nyaman, apalagi dia menyentuh pundaknya, tubuh mertuanya bergetar hebat.
"Ibu kenapa? , kok ibu gemetaran seperti ini, ibu sakit?? ". Dia memegang kening dan leher mertuanya dengan pelan.
Sensasi tangan menantunya membuat bulu kuduk Siti berdiri semua, pertahanan Siti akhirnya jebol, dia bahkan memeluk sang menantu dan menggesekkan tubuhnya padanya.
Irfan tercengang melihat tindakan mertuanya seperti orang terangsang, apa mertuanya ini sedang ingin melakukan hal itu?? ".
"Bu, kenapa ibu seperti ini?? ". Tanyanya dengan penasaran
"Tolongin ibu, ibu tidak kuat, bantu ibu yah". Suaranya berubah serak menandakan sedang berada di fase ingin dibelai.
Irfan yang sudah menunggu momen itu akhirnya mengangguk kemudian menggiring mertuanya memasuki kamar dan melakukan hal tidak pantas.
Malam itu keduanya menyatu tanpa tahu jika perbuatan mereka menjadi bencana kedepannya.
"Ibu hebat juga, aku tidak menyangka, ibu bahkan serasa gadis ". Pujinya saat mereka selesai melakukannya.
"Lebih baik kamu masuk kamarmu, lupakan kejadian tadi". Usirnya