Senja merasa menderita dengan pernikahan yang terpaksa ia jalani bersama seorang CEO bernama Arsaka Bumantara. Pria yang menikahinya itu selalu membuatnya merasa terhina, hingga kehilangan kepercayaan diri. Namun sebuah kejadian membuat dunia berbalik seratus delapan puluh derajat. Bagaimana kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Mu bukan Pembatu
Kenangan pernikahan mereka semalam masih berputar di benaknya, membuka kesadaran akan sikap acuh sang suami yang sekarang ia tahu bukan tanda malu, tapi kebencian.
Tubuhnya kembali gemetar, wajahnya basah oleh air mata. Mimpi untuk mendapatkan cinta dari suaminya kini musnah. Hidup yang keras menanti tanpa pelukan kasih sayang. Pada sudut kamar yang sepi, ia terduduk meringkuk, memeluk lututnya sementara isak tangis meledak, membenamkan wajahnya dalam cengkeraman lengan yang erat. “Hiks… Ya Tuhan, kemana lagi aku harus lari?” desahnya dalam kegetiran. Ia membiarkan air mata mengalir, mengurai sedikit beban di dadanya, sambil perlahan mengakrabi realita pahit yang harus ia hadapi.
Setelah berjam-jam menangis, wanita itu akhirnya mengangkat kepalanya. Matanya yang merah dan bengkak mengamati ruangan sepi. Pupus sudah harapannya untuk meraih kebahagiaan rumah tangga yang ia impikan. Dengan jari telunjuk Ia mengusap air mata yang masih tergantung di kelopak matanya. Lelah, ia menarik napas panjang, menelan segala kekecewaan dan rasa sakit."Tak apa," bisiknya pada dirinya sendiri, mencoba mengumpulkan pecahan semangat yang berkeping di setiap sudut jiwanya. "Kau sudah terbiasa dengan rasa diabaikan, dibenci, dihina, bahkan ditusuk dari belakang. Tapi, tetaplah kuat bagai batu karang yang di hempas ombak," ujarnya sambil mengusap dadanya.
Di tengah keheningan yang menyesakkan dada itu, tiba-tiba suara dering telepon membuyarkan lamunannya. Refleks, dia meraih telepon dari tas hitamnya. Melihat nama seseorang di layar membuat jantungnya semakin berdebar-debar. “Halo, Tante!” jawabnya, suaranya terdengar parau.
“Hallo Senja , Sayang. Bagaimana dengan malam pertamamu?” tanya suara seberang telpon dengan nada yang mengejek.
Mendengar pertanyaan itu, hatinya yang sempat tenang sejenak kembali terasa perih. Nada suaranya bergelombang, tertahan di kerongkongan, seakan bertempur dengan kata-kata yang ingin keluar. "Ada apa Tante menelpon?" tanyanya, berusaha tegar layaknya seorang prajurit yang tidak ingin menyerah di medan perang.
Di sisi lain telepon, suara wanita itu terdengar tajam, menusuk langsung ke telinganya "Kau kira setelah menikah dengan orang kaya, aku akan takut padamu?" bentaknya, seperti ingin menantang.
Napas Senja tercekat, dada bergerak naik turun mengikuti emosi yang memuncak.
"Ingat, ya Senja," lanjut wanita itu, suaranya melengking tinggi, "kamu masih punya hutang seratus juta yang harus dibayar!" ujarnya dengan penuh penekanan. "Jangan karena sudah berubah status, kamu lupa daratan."
"Seratus juta?" Senja meremas erat teleponnya, berjuang menahan amarah dan ketidakadilan yang kembali menghujam dadanya. "tapi bukannya aku sudah membayarnya dengan gajiku...."kata-katanya terputus karena langsung disambar oleh lawan bicaranya.
“Hey sadar diri!" teriak wanita di sambungan telepon itu. "Kau itu baru kerja sebulan, itu juga anakku yang memberimu pekerjaan!" sarkasnya dengan suara lantang. "Dan kau tahu, karena kau! dia mendapatkan teguran dari bosnya! Uang gaji pertama mu itu di bayarkan kompensasi atas pekerjaanmu yang amburadul," omelnya. "Enak saja kau.. Mau potong hutangmu!” Protes wanita itu,”harusnya kau ganti rugi pada Della. Kasih dia sepuluh juta, karena dia juga kau bisa menikahi orang kaya itu kan?”
Senja hanya bisa meneteskan air mata mendengar tuntutan dari tantenya itu, akhirnya dia tahu siapa yang menjebaknya, hingga pernikahan itu terjadi. Tapi sudahlah, nasi sudah jadi bubur, lagi pula ia sudah terbiasa dengan sikap kasar dari tantenya itu.
"Iya Tante, Aku... " kata katanya terputus dan langsung di sambar oleh wanita di ujung telpon.
“Jangan banyak basa basi! Jadi kapan kau akan bayar, Hah?!”
Seketika Senja kembali tersentak kaget.“Hiks, saat ini aku belum punya uang, Tante!” jawabannya dengan suara yang terisak.
“Apa?! Tidak punya uang?!” teriakan menggema di seberang telepon membuat telinga wanita malang itu terasa panas. Refleks ia menjauhkan androidnya jauh dari daun telinga.
“Kau bilang tidak punya uang?! Hey! Kau baru saja menjadi istri seorang jutawan! Bagaimana mungkin kau bilang kau tidak punya uang?!”
Senja menggigil menangis pilu, kenyataan yang di hadapi tak semanis dengan pandangan orang.
“Hiks, tapi aku serius tante! Aku tidak punya uang! tolong berikan aku waktu, aku janji akan membayarnya, "pintanya dengan nada mengiba, berharap mendapatkan pengertian.
Wanita itu mendengus di sebrang telpon. “Pokoknya aku tidak mau tahu! Kau bayar hutangmu atau aku akan menagihnya kepada suamimu dan keluar… “
“Jangan tante!” potong Senja dengan cepat suaranya bergetar hebat.” Iya aku akan membayarnya, tapi jangan beritahu keluarga suamiku,” pintanya setengah menangis.
“Baiklah, aku beri kau waktu seminggu untuk melunasi… “
“Apa?” Senja kembali memotong. “Itu tak mungkin tante! Bagaimana aku bisa membayarnya dalam waktu seminggu?” ucapnya dengan nada setengah menangis.
“Eh, kau tinggal minta saja pada suami mu! Bilang jika kau berhutang untuk membayar biaya pengobatan ibumu sebelum dia meninggal.”
Senja kembali menangis ketika mendengar wanita itu mengingatkan tentang almarhum ibunya yang sudah berpulang ke Rahmatullah.
“Kenapa kau menangis, hah? Jangan pikir dengan air mata buaya mu itu aku bisa kasihan terhadapmu, pokoknya aku tidak mau tahu, aku beri waktu selama sebulan kau harus membayar lunas! Jika tidak, akan aku tagih suami dan keluarganya agar mereka malu punya menantu seperti mu!” pungkas wanita itu sambil menutup sambungan teleponnya.
Benda pipih yang ia genggam terjatuh, tangan yang gemetar tak mampu mempertahankannya.
Hiks… sekali lagi tubuh mungilnya terguncang dengan air mata yang mengalir deras.Kedua kaki jenjang itu seperti tak sanggup menahan tubuhnya hingga berlutut. "Ya Tuhan!bagaimana aku bisa dapatkan uang sebanyak itu selama sebulan, hiks.’ rasa frustasi membuatnya bersujud lalu kembali menangis mengenang nasibnya yang malang. Senja yang tadinya tegar, kembali rapuh, dalam keputusasaan dia menangis sejadi-jadinya meluapkan emosi dan kesedihannya.
Tiba-tiba terdengar pintu diketuk membuatnya berhenti menangis untuk memastikan telinganya tak salah dengar..
Tok...tok..kali ini suara itu terdengar lebih kencang dan lebih mendesak. Ia pun buru-buru bangkit dan menghapus air matanya, berusaha melupakan beban berat yang kini melekat di pundaknya.
kreak pintu berderit..sang suami berdiri di depannya dengan pakaian yang rapi, wangi dan terlihat begitu tampan, berbeda dengan dirinya yang kacau dan berantakan.
Seperti tak peduli dengan keadaan istrinya, Saka tak bertanya apapun tentang wajah Sang istri yang sembab. Ia lantas mengeluarkan sekebat uang dengan pecahan seratus ribu. “Ini uang lima juta untuk kamu selama sebulan,” ujarnya sambil menyodorkan uang tersebut.
Senja terdiam terpaku terkejut dengan situasi itu.
“Ayo ambil!” desak Saka lagi ketika melihat sang istri tak bereaksi. Dengan kasar dia meraih tangan Senja lalu meletakkan setumpuk uang itu di telapak tangannya. “Ini ambil! Tidak perlu malu-malu,” bentaknya dengan emosi.
Senja yang termenung seketika mengalihkan pandangannya pada pria itu
“Aku tahu kau butuh uang ini, ya memang tak seberapa,” ujar Saka remeh. "Tapi setidaknya itu lebih banyak dari gajimu sebelumnya, kan?”
Senja terdiam memandangi setumpuk uang itu, tatapannya seperti kosong. Sementara Saka menyandarkan punggungnya di pintu sambil melipat kedua tangannya, matanya menatap gadis yang ada di hadapannya. “Oh ya, tapi itu tak gratis ya," Ujarnya dengan nada mengejek. "Tugasmu bersihkan rumah ini, ruangan ku, setiap hari aku ingin kau mengganti sprei, selimut, harus wangi dan bersih, kamar mandi juga, harus selalu bersih, bla bla.. "
Entah apa yang di bicarakan oleh Saka, karena seketika pikiran Senja melayang entah kemana. "Jadi ia berikan uang ini untuk gajiku, bukan nafkah untuk ku?"
Bruak... Senja tersentak kaget, lamunannya buyar, pandangan tertuju pada Saka, dan bunyi kasar tadi ternyata tendangan suaminya pada pintu. Lalu perhatian tertuju pada Saka yang wajahnya memerah, seperti menahan amarah.
"Kau dengar tidak!" teriaknya dengan lantang, seperti sengaja ingin memecahkan gendang telinga Senja.
"I.. iya, Mas! aku dengar, kok," Jawabnya gugup.
"Bagus!" Ujar Saka, sambil tersenyum menyeringai. Lalu ia pergi meninggalkan Senja dengan luka baru yang lebih dalam lagi.
ku rasa jauh di banding kan senja
paling jg bobrok Kaya sampah
lah ini suami gemblung dulu nyuruh dekat sekarang malah kepanasan pakai ngecam pula
pls Thor bikin dia yg mati kutu Ding jangan senja
tapi jarang sih yg kaya gitu banyaknya gampang luluh cuma bilang i love you