NovelToon NovelToon
Transmigrasi Gadis Angkuh

Transmigrasi Gadis Angkuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Misteri / Romansa / Reinkarnasi
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: Adira_Mutiara

Lisa Anggraeni , seorang gadis yang tengah berjalan dengan sahabatnya setelah dari aktifitas kuliah mengalami kecelakaan saat dia tengah menunggu bus yang ada di sebrang jalan. Dia menoleh dan melihat ada motor melanu cepat membuatnya mendorong Hani. Dan membuatnya menjadi korban kecelakaan. Lisa yang mengalami luka luka sempat di bawa ke rumah sakit. Namun sayang, saat dirinya sedang di operasi, nyawanya tak bisa di selamatkan.
Lisa yang tahu dirinya mengalami kecelakaan sebelumnya mengira dia selamat, dan berada di salah satu rumah sakit.
Tapi saat dia sadar justru, dia sedang di salah satu ruangan kosong gelap dan pengap.
Namun saat dirinya berusaha mencari jalan keluar, dia justru melihat bayangan seseorang dari kaca hias kecil.
"Aaaaaa... Wajah siapa yang ada di mukaku ini!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adira_Mutiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Amnesia?

Suasana hening begitu terasa di telinga Lisa saat ini. Lisa terbangun dengan kepala yang terasa berat, pandangannya kabur menatap langit-langit ruangan rawat yang sunyi. Suara detak jam di dinding seolah menggema dalam kesunyian, menambah riuh kegelisahan di dalam pikirannya. "Bagaimana bisa gue malah berpindah raga?" gumamnya serak, bibirnya bergetar menahan kebingungan yang merambat ke seluruh tubuh.

Ia menoleh ke sekeliling, ruangan itu asing namun terasa begitu nyata. Tubuhnya kini mungil, tak seperti yang dulu. Seorang gadis SMA tingkat dua, dengan seragam yang terasa ketat dan bau parfum dari tubuh ini begitu menyengat. Jantungnya berdebar tak menentu, pikiran yang seharusnya jernih kini berputar liar tanpa arah. "Haniii... gue malah berpindah jiwa, Hani. Ini dunia yang sama apa beda dunia, Han?" Suaranya nyaris pecah, hanya nama sahabat yang mampu keluar dari mulutnya, seolah itu satu-satunya jangkar di lautan kekacauan ini.

Lisa bangkit perlahan, tubuhnya yang kecil terasa canggung saat ia duduk di tepi ranjang rumah sakit. Matanya menatap kosong ke seluruh sudut ruangan yang penuh peralatan medis dan tirai putih yang tersibak angin. Ia merasa terperangkap di antara kenyataan dan mimpi buruk, antara tubuh yang kini asing dan jiwa yang masih berontak mencari jalan pulang. Napasnya memburu, tangan gemetar menyentuh kain seragam yang terasa tak pernah dikenalnya sebelumnya.

Dalam keheningan itu, rasa takut dan bingung menggerogoti hatinya. Lisa berusaha merangkai potongan ingatan yang tersisa, berjuang menerima kenyataan bahwa dirinya kini terjebak dalam tubuh orang lain, di dunia yang tak pernah ia bayangkan. Hanya satu yang pasti, ia harus menemukan Hani, satu-satunya yang bisa ia percaya, di tengah kekacauan yang belum bisa ia mengerti.

Pintu terbuka, Lisa segera menoleh ke arah pintu. Seorang perawat dan seorang wanita paruh baya masuk bergantian. Keduanya terbelalak melihat ke arah dirinya yang sudah berdiri di dekat bangkar. 

"Nona... Anda sudah sadar!!" Peliknya bahagia dan segera mendekat lalu memegang tangan nya dengan erat. 

Air mata wanita itu bahkan menitis menyusuri pipi gembul wanita itu. Lisa yang melihat hatinya terenyuruh sakit. Baru sekarang ada seseorang asing yang menangis dirinya begitu dalam. Dia merasakan dari genggaman tangan dan elusan di lengannya. 

"Nona.. Duduk dulu. Saya panggilkan dokter untuk di periksa."

Lisa yang bingung menurut dan duduk. Tapi tangannya masih di genggam erat oleh wanita paruh baya itu. 

"Maaf, anda siapa?"

Degh.... 

Beberapa saat kemudian, dokter menatap Lisa dengan lekas. Dari beberapa pertanyaan  yang dokter tanyakan. tidak ada satupun jawaban yang pas dari apa yang terjadi dan apa yang dia dengar. 

"Saya simpulkan jika nona Rubby mengalami amnesia ringan."

"Apa dok!!" Pekik wanita paruh baya itu. 

Dokter mengenal nafasnya, "semua yang di katakan nona Rubby tidak ada yang sesuai dengan yang Anda katakan, bu. Nona Rubby bahkan tak mengingat namanya sendiri. Atau nama sekolahnya."

"Ya Tuhan!! " Lirihnya, air mata kembali menitih pelan. "Apa ingatannya akan kembali?" Lanjutnya dengan tangan yang masih menggenggam jemari Lisa. 

"Saya tidak tahu. Kemungkinan bisa cepat sembuh atau justru amnesia permanen dan itu akan membuat nona Rubby seperti kehilangan arah."

*

*

Lisa duduk terdiam di kursi belakang mobil, matanya menatap kosong ke luar jendela yang mulai gelap diterpa senja. Suara mesin kendaraan dan deru jalanan menjadi latar yang sunyi baginya, seolah-olah dunia di luar tak lagi berarti. Ketika punggung tangannya di sentuh bi Ning, dia menoleh sebentar ke Bi Ningrum, yang dengan lembut menyebut namanya, "Rubby." Lisa tak mengelak, justru hatinya terasa sedikit lega mendengar sapaan itu—nama yang dulu sering ia tolak kini ia terima tanpa perlawanan.

"Non Rubby, mau makan apa nanti?" suara Bi Ning terdengar hangat dan penuh perhatian, menyelipkan rasa nyaman yang selama ini ia rindukan.

Lisa menoleh kembali, menghela napas panjang sebelum akhirnya menjawab dengan suara pelan tapi tegas, "Yang penting buat kenyang aja, Bi."

Tersenyum kecil, Bi Ning merasa bahagia. Senyum itu tak hanya untuk Rubby, tapi juga untuk harapan kecil yang perlahan mulai tumbuh di antara mereka, bahwa luka itu bisa sembuh, dan penerimaan menjadi langkah pertama menuju kedamaian. Di dalam hati Lisa, meski banyak yang masih tak terucap, kini ia memilih diam dan menerima—menerima apa pun yang akan terjadi selanjutnya.

"Mungkin aku harus menerima kenyataan ini.. Tapi kemana jiwa dari raga ini?"

*

*

(Langsung pake nama Rubby) 

Rubby berdiri terpaku, matanya membesar menatap bangunan megah yang menjulang di hadapannya. Dinding-dinding bercat putih bersih, jendela kaca besar yang memantulkan sinar matahari sore, dan taman yang tertata rapi seolah tak pernah lepas dari sentuhan tangan ahli. "Ini rumahku?" suaranya bergetar, lirih tak percaya.

"Iya non, ayo masuk. Tuan sama nyonya pasti nungguin non," sahut Bi Ning dengan senyum tipis, tapi nada suaranya membuat dada Rubby terasa sesak. Nama itu, tuan dan nyonya mengusik sesuatu di hatinya, campuran antara ragu dan rasa sakit yang tak bisa dia jelaskan.

Keduanya melangkah pelan, sepatu Rubby berderak ringan di atas granit teras yang dingin. Setiap langkah seakan menembus batas antara dunia lama yang sederhana dan kehidupan baru yang penuh kemewahan ini. Saat pintu terbuka, aroma wangian mahal dan bunga segar langsung menyambutnya, sementara mata Rubby tertuju pada dekorasi mewah yang memenuhi ruang tamu, lukisan klasik, lampu gantung kristal, dan perabot berlapis emas yang membuat jiwanya berguncang.

Rubby menelan ludah, pikirannya berbisik pelan, "Rubby, anak orang kaya." Namun bisikan itu terasa asing dan berat, seperti topeng yang tiba-tiba harus ia kenakan.

Perlahan, mereka melangkah menuju ruang makan, di mana suara ramai dan gelak tawa terdengar menggema, membelah keheningan yang menyesakkan dada Rubby. Ia merasakan tatapan-tatapan hangat sekaligus penuh harap mengarah padanya, dan jantungnya berdetak cepat, antara takut dan penasaran akan kehidupan yang kini harus ia jalani.

"Rubby.. Kamu kembali nak!!!"

"Siapa mereka bi?"

Degh... 

1
Gedang Raja
balas dengan cara lebih Badas Dan bar bar lagi Ruby tapi tetap bagus dengan elegan biar kapok, untuk author nya semangat untuk terus berkarya lanjut ke bab selanjutnya ya Thor hehehe 💪💪💪👍👍👍🤭
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut thor💪💪💪💪💪
Sribundanya Gifran
lanjut thor
riani
ini ngak bakal gantung kan ceritanya, jadi up dong kak
Nur Ani
up LG dong ka
Nur Ani
cerita bagus suka bngettt alurnya
Nur Ani
d tunggu kelanjutannya
Daina :)
Ada apa thor, kok lama update updatenya? Aku berharap cerita ini tidak berhenti di tengah jalan.
khun :3
Thor, update dong! penasaran banget nih 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!