Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa.
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata.
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 03
Erinna menatap penampilannya di depan cermin, rambut panjang di ikat secara asal dan juga wajah yang di penuhi dengan flek hitam beserta sedikit jerawat. Kulitnya juga terlihat kusam, di tambah lagi badan yang mulai kurusan, membuat penampilannya semakin tidak enak untuk di pandang. Wajar saja jika Azka berkata seperti tadi, dia memang tidak pernah lagi memperhatikan penampilannya.
Namun, itu semua juga bukan karena keinginannya, tetapi karena uang bulanan yang di berikan Azka semakin lama semakin berkurang. Sehingga tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Erinna membuang napasnya kasar lalu menatap fotonya bersama Azka saat masih berpacaran dulu. Dia meraih foto yang ada di samping ranjang, dan menatap wajahnya yang ada di sana dengan lekat. Wajah mulus dan berisi, rambut lurus berwarna caramel, di tambah lagi dengan senyuman penuh kebahagiaan yang terlihat dengan jelas. Sangat berbeda dengan dirinya sekarang. Dia seperti tidak mengenal wanita yang ada di foto itu lagi, apakah benar jika itu dia?
"Ehem!"
Erinna langsung tersadar dari lamunannya mendengar deheman dari Azka, dia menatap pria yang sedang berdiri menatapnya dengan gugup. Dia langsung meletakkan foto itu kembali ke tempatnya lalu berdiri mendekati suaminya itu.
"Mas mau istirahat?" tanya Erinna tersenyum canggung.
"Badanku lelah. Tolong pijitin."
Azka melepaskan bajunya lalu berbaring di atas ranjang dengan posisi telungkup. Tidak berpikir panjang, Erinna langsung ikut naik ke ranjang lalu memijit tubuh suaminya itu dengan telaten. Erinna memang istri yang sangat bisa di andalkan dalam urusan segala hal, tetapi entah mengapa belakangan ini Azka merasa tidak nyaman di dekatnya lagi.
Setelah selesai memijit Azka, Erinna mencoba menyentuh leher pria itu dengan lembut. Tidak perlu di pertanyakan lagi, dari sentuhan itu saja sudah di mengerti apa yang di inginkan wanita itu. Dengan malas, Azka mencoba memenuhi keinginan sang istri. Dia membaringkan tubuh istrinya itu lalu melaksanakan tugasnya sebagai suami. Ya, ini yang tidak Azka sukai dari Erinna, dia tidak ganas di atas ran-jang.
Keringat mulai bercucuran, di ikuti dengan deru napas yang tidak karuan. Azka duduk bersandar di headboard sambil mengatur napasnya. Dia menatap Denis yang tertidur lelap di samping mereka, lalu menghidupkan sebatang rokok untuk merilekskan pikirannya.
"Apa Denis masih mengeluh sakit?" tanya Azka membuka suara.
"Ia, Mas! Tadi pagi dia mengeluh sakit perut lagi. Tapi setelah aku berikan obat, dia langsung tidur. Tadi siang juga dia tidak mengeluh lagi, tapi dia seperti sangat kelelahan, padahal dia tidak melakukan apapun. Hanya duduk memainkan mainannya.''
Azka hanya biasa saja mendengar ucapan Erinna, seperti tidak ada rasa khawatir sedikitpun, sama seperti ibu dan adiknya tadi.
"Kalau begitu jika dia merasakan sakit lagi, berikan aja obat itu. Jika perlu beli lagi di apotik."
"Tapi, Mas! Denis masih kecil, apa tidak masalah jika di berikan obat seperti itu terus? Lebih baik kita periksa aja, Mas. Takutnya."
"Itu bukan apa-apa. Mungkin kamu saja kurang memperhatikan makannya."
Erinna langsung melayangkan tatapan kesal mendengar ucapan pria itu. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu, wajahnya juga terlihat biasa saja, tidak ada rasa khawatir sedikitpun. Azka hanya diam tidak memperdulikan tatapan Erinna, dia terus menikmati rokoknya tanpa memperdulikan sang putra yang tertidur lelap di dekatnya.
Tidak mau berdebat, Erinna memilih untuk mengalah dan tidur. Tubuhnya juga sangat lelah karena harus mengerjakan semua pekerjaan rumah seorang diri. Dia juga harus mengumpulkan tenaga untuk besok. Mengerjakan semua pekerjaan rumah seorang diri, padahal penghuni rumah itu sudah bertambah. Bukannya meringankan pekerjaannya, malah membuat pekerjaannya semakin banyak.
*
*
*
Erinna menatap Amrita sedang melakukan vidio call di teras rumah. Terlihat wanita paruh baya itu sangat bahagia, senyumannya dan juga tawa yang begitu lepas terlihat dengan jelas, padahal suaminya baru saja meninggal, tetapi kenapa wanita itu sangat bahagia seperti itu? apa orang yang sedang melakukan video call dengannya itu adalah orang yang sangat spesial. Bahkan selama mengenal wanita itu, Erinna tidak pernah melihatnya sebahagia itu.
"Ia! Nanti kalau pulang bawa oleh-oleh ya. Mama sudah tidak sabar bertemu kamu."
Degh...
Perasaan Erinna langsung tidak enak ketika mendengar ucapan ibu mertuanya itu, walaupun terdengar samar-samar, Erinna sangat yakin apa yang dia dengar tidak salah. Mama! siapa yang vidio call dengannya? kenapa dia bisa mengucapkan kata mama? Apa jangan-jangan itu pacarnya Aruna? tapi tidak mungkin. Sepertinya itu suara wanita, Erinna juga sangat yakin.
Tidak mau berpikir yang macam-macam, Erinna mencoba fokus pada pekerjaannya. Dia kembali mengangkat jemuran lalu masuk ke rumah tanpa bicara apapun. Dia terlihat biasa saja, seperti tidak mendengar apapun. Dia kembali mengerjakan tugasnya tanpa menghiraukan siapapun.
Jujur, sebenarnya dia sangat kesal melihat kelakuan ibu mertua dan juga adik iparnya. Ya, dia tau jika ibu mertuanya itu sudah tidak muda lagi, tetapi apa salahnya ikut mengerjakan pekerjaan rumah, setidaknya mencuci pakaiannya sendiri. Namun, semuanya harus Erinna yang mengerjakan, mulai dari bangun tidur, sampai tidur lagi, semua waktunya dia habiskan untuk melayani keluarga itu.
Denis juga sudah mulai sering merasakan sakit pada perutnya, bahkan di juga sering demam dan juga muntah tanpa sebab, membuat Erinna semakin kewalahan untuk mengurus semuanya. Aruna juga kuliah, pergi pagi pulang malam, entah apa yang dia kerjakan di kampus sehingga setiap hari menghabiskan waktu di kampus seharian.
Sedangkan jika hari libur, dia lebih sering menghabiskan waktu di kamar, dengan alasan banyak tugas dan capek. Sehingga membuat Erinna harus mengalah dan mengerjakan semuanya seorang diri, bahkan dia juga harus turun tangan membereskan tempat tidur mertua dan adik iparnya itu.
"Ma! Hiks ... hiks ...."
Erinna langsung terkejut mendengar suara tangisan dari kamar, dia bergegas masuk ke kamar itu dan membelalakkan matanya terkejut melihat Denis kondisi memegang dada seperti susah bernapas dan juga mata juling.
Bersambung.....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜