NovelToon NovelToon
Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: NiSeeRINA

Lucianna Forger adalah seorang pelacur di sebuah klub malam. Walaupun hidup sebagai pelacur, Luci tetap memiliki impian untuk mempunyai suami dan anak.

Malam itu ia bertemu dengan Daniel Radcliffe, orang yang dia target menjadi pelanggan selanjutnya. Setelah melalui malam yang panas di rumah Daniel. Ia malah bertemu dengan tiga anak kembar.

Luci baru saja berpikir kalau dia bermalam dengan suami orang lain. Namun nyatanya Daniel adalah seorang duda. Ini memberikan kesempatan Luci untuk mendekati Daniel.

Sulit untuk mendekati Daniel, Luci pun memilih untuk mendekati anak-anaknya terlebih dahulu.

Apakah Daniel bisa menerima Luci dengan latar belakang seorang pelacur?

__________________________________________
Yang penasaran sama ceritanya silahkan baca🙌

[Warning!! konten dewasa]
[Karya ini hanya fantasi authornya, tidak membawa hal apapun yang berkaitan agama dalam novel ini🙌]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NiSeeRINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[PIAIT] Bab 3 : Berpura-pura menjadi pengasuh

"Aa!" Lucianna terkejut hingga sedikit melompat.

Tiga anak kecil berdiri di balik pintu. Mereka tampak sedang menunggu seseorang.

"Siapa kalian?!" tanya Lucianna dengan nada terkejut.

"Seharusnya kami yang bertanya. Siapa kau?" tanya balik salah satu anak yang berada di tengah. Lucianna terdiam, tak mampu menjawab.

"Apakah kau pengasuh baru kami?" tanya seorang anak.

"Pengasuh? K-kalian anak siapa?" Lucianna berharap ini bukan kenyataan yang ia bayangkan.

"Kami anak Papa, Papa Daniel Radcliffe," jawab mereka serempak.

Mata Lucianna membelalak. Ia kemudian menoleh ke arah Daniel yang masih terlelap. 'Pria ini sudah memiliki anak?! Berarti dia punya istri?!' batinnya panik.

Inilah hal yang paling ditakuti Lucianna sebagai seorang pelacur, yaitu menjadi simpanan suami orang. Karena itulah, Lucianna selalu mencari pelanggan yang berstatus lajang. Ia tak ingin mengalami kejadian tak mengenakkan seperti digerebek istri sah.

Jika ada anak, pasti ada ibunya. Akan tetapi, di mana ibunya? Mungkin saja sedang bekerja di luar kota, sehingga mereka membutuhkan pengasuh.

Seharusnya, Lucianna mendengarkan perkataan Daniel yang tak ingin didekati olehnya.

Lucianna berpikir cepat, lalu menatap anak-anak manis itu. "Betul, aku pengasuh baru kalian," ujarnya berbohong.

"Kalau begitu, apa yang kau lakukan di kamar Papa?" tanya seorang anak.

"Aku sedang membahas hal-hal terkait pekerjaan, seperti apa saja yang harus aku kerjakan dan berapa gajiku di sini." Anak-anak itu mendengarkan tanpa curiga sedikit pun.

"Kalau begitu, kalian turun dulu ke bawah. Aku akan menyusul," pinta Lucianna. Anak-anak itu menurut dan langsung turun ke bawah.

Lucianna dengan cepat menutup pintu lagi. Ia menghampiri Daniel yang tidur tanpa busana. Lucianna segera mengambil pakaian dari lemari dan memakaikannya ke tubuh Daniel. Ia harus melakukan itu agar Daniel tak terlihat seperti orang yang baru saja bermalam dengan wanita lain.

Lucianna juga mengambil pakaian yang berserakan dan langsung memasukkannya ke keranjang cucian kotor. Ia juga membersihkan sampah kondom yang berceceran dan memasukkannya ke dalam tas. Kemudian, ia memeriksa sekeliling, berharap tak ada barang yang tertinggal. Di ruangan itu pun tak terlihat adanya kamera pengawas. Setelah merasa aman, Lucianna segera turun menghampiri anak-anak itu.

"Baiklah, sekarang apa yang harus kalian lakukan?" tanya Lucianna pada anak-anak yang sudah menunggu di bawah tangga.

"Kami harus bersiap ke sekolah," jawab salah satu anak. Lucianna harus berpura-pura menjadi pengasuh terlebih dahulu. Ia harus membantu anak-anak itu bersiap ke sekolah.

Lucianna sedang memandikan mereka di kamar mandi yang berada di kamar anak-anak itu. Ternyata, kamar anak-anak itu berada di lantai satu. Syukurlah kamar mereka tak berdekatan dengan kamar utama. Lucianna khawatir anak-anak itu mendengar suara-suara panasnya semalam.

"Siapa nama kalian?" tanya Lucianna sambil mengusap punggung salah satu anak dengan spons.

"Aku Devan."

"Aku Rehan."

"Aku Revan."

"Kau pasti tidak bisa membedakan kami," ucap Devan.

"Bisa. Aku bisa membedakan kalian," jawab Lucianna percaya diri. Anak kembar itu memiringkan kepala, seolah bertanya bagaimana caranya.

"Revan punya mata bulat dan besar seperti manik-manik. Rehan, matanya kecil seperti mata elang. Devan, matanya juga kecil, tetapi bulu matanya lebat seperti rubah," Lucianna menjelaskannya dengan detail. Lucianna adalah orang yang sangat terobsesi dengan tatapan mata manusia. Sampai-sampai, ia juga mempelajari arti dari setiap gerakan mata.

Tentu saja, mata tak pernah berbohong. Dengan cara inilah, Lucianna mencari pelanggan-pelanggannya. Sayang sekali, ia tak bisa membaca apakah seorang pria masih lajang atau tidak dari sorot mata mereka.

Ketiga anak itu terkejut sekaligus kagum karena Lucianna bisa membedakan mereka dengan cepat. "Bagaimana Kau bisa membedakan kami?" tanya Rehan.

"Itu sudah menjadi keahlianku. Kenapa kalian terkejut? Apa pengasuh sebelumnya tidak bisa membedakan kalian?" tanya Lucianna sambil mengeringkan tubuh mereka satu per satu dengan handuk.

"Tidak, mereka tidak bisa. Padahal, mereka sudah bekerja di sini lebih dari seminggu. Kau sangat hebat," ucap Revan.

Lucianna merasa bahagia ketika dipuji anak-anak itu. Padahal, ini sudah menjadi hal biasa baginya, sehingga tak terasa spesial.

"Oh, ya. Siapa namamu?" tanya Devan.

"Lucianna Forger. Biasa dipanggil Luci." jawabnya.

"Apa kami bisa memanggilmu Luci saja?" tanya Revan.

"Itu sedikit tidak sopan, tapi tidak masalah untukku" Luci merasa lebih baik dipanggil dengan namanya dibandingkan dipanggil Bibi atau Tante.

Selesai memandikan mereka, Lucianna membawa mereka ke ruang ganti. "Pakaian apa yang harus kalian kenakan hari ini?"

Devan menunjuk sebuah kertas yang menempel di lemari mereka. Di kertas itu tertulis pakaian apa saja yang harus mereka kenakan setiap hari sekolah. Lucianna kemudian melihatnya dan mencari pakaiannya.

"Di mana pakaian itu? Aku tidak menemukannya," ucap Lucianna bingung mencari pakaian sekolah si kembar.

"Mungkin masih ada di ruang cuci," jawab Devan. Setelah itu, Lucianna dan si kembar pergi ke ruang cuci. Lucianna akhirnya menemukan pakaian itu tertumpuk di antara pakaian lainnya, dan pakaian itu terlihat kusut.

"Apa kalian bisa menunggu? Aku harus menyetrika pakaian ini terlebih dahulu," pinta Lucianna. Anak-anak itu mengangguk paham. Mereka duduk menunggu Lucianna menyetrika.

Lucianna menyetrika baju atas terlebih dahulu. Setelah selesai menyetrika, ia memakaikan baju itu pada si kembar. Ia tak memasang kancing bajunya. Biarkan anak-anak itu yang memasang kancing sementara ia menyetrika bagian celana.

Akan tetapi, setelah selesai menyetrika celana, si kembar masih belum memasang kancing baju mereka.

"Kenapa kalian belum memasang kancingnya?" tanya Lucianna.

"Kami tidak bisa," jawab mereka serempak.

"Apa? Kalian sudah berumur enam tahun dan sebentar lagi akan memasuki sekolah dasar. Dan kalian masih tak bisa memasang kancing? Kalian harus belajar memasang kancing!" ucap Lucianna tegas.

"Tidak mau! Ini adalah tugasmu sebagai pengasuh untuk memasangkan kancing baju kami. Kenapa kamu yang menyuruh kami?!" Revan berucap sedikit berteriak.

"Apa kalian tak akan malu? Saat kalian sekolah dasar nanti, di jam olahraga, kalian harus berganti pakaian. Jika kalian tak bisa memasang atau melepas kancing baju sendiri, kalian akan meminta bantuan teman kalian?" ucap Lucianna berusaha menakuti si kembar.

"Kemudian, teman-teman kalian akan menertawakan kalian karena tak bisa memasang kancing sendiri. Hahaha," ejek Lucianna. Si kembar yang mendengar perkataannya langsung berusaha memasang kancing baju mereka sendiri.

Lucianna terkekeh melihat sikap mereka. Anak-anak itu terlihat kesulitan, dan Lucianna mengajarkan mereka cara memasang kancing baju. Setelah selesai bersiap, Lucianna membawa mereka ke dapur.

Lucianna membuka-buka laci dan kulkas mencari bahan makanan. 'Sepertinya, aku bisa membuat sandwich,' batinnya.

Ia lalu memanggang roti dan mengisinya dengan daging ham, keju, selada, tomat, dan saus. Ukuran rotinya terlalu besar, jadi ia memotongnya menjadi berbentuk segitiga. Dari dua sandwich besar, kini ada empat potong sandwich.

'Satunya bisa dimakan oleh Daniel,' batin Lucianna sambil menghidangkan sandwich itu ke si kembar.

Entah kenapa, anak-anak itu terlihat bersemangat seperti belum pernah makan sandwich sebelumnya. Selagi mereka makan, Lucianna menyiapkan susu hangat untuk mereka.

Saat Lucianna berbalik, ia melihat Revan dan Rehan melepas selada dari roti isi mereka. Sementara Devan melepas tomatnya.

"Kenapa kalian mengeluarkan selada dan tomatnya?" tanya Lucianna sambil menghidangkan susu hangat mereka.

"Aku tidak suka tomat," ucap Devan.

"Dan kami berdua tidak suka selada," jawab Rehan dan Revan bersamaan.

"Kenapa? Ini adalah sayuran yang bagus untuk pertumbuhan kalian." Lucianna mengambil selada dan tomat itu kemudian memotongnya menjadi ukuran kecil.

"Apa kalian tak ingin menjadi kuat dan sehat seperti Papa kalian?" rayu Lucianna.

"Kami sudah kuat dan sehat," jawab Rehan.

"Iya, tetapi tubuh Papa kalian itu gagah dan besar. Coba lihat kalian, terlihat sedikit kurus dan lemas." Lucianna menyentuh pergelangan tangan Devan yang kecil.

"Dari mana kau tahu tubuh Papa kami besar dan gagah?" tanya Devan.

'Karena aku sudah melihatnya,' jawab Lucianna dalam batinnya.

"Bukankah sudah terlihat jelas dia sangat gagah?" Anak-anak itu mengangguk membenarkan perkataan Lucianna.

"Sekarang kalian harus memakan sayuran ini. Taruh satu potongan kecil sayuran ini di atas roti kalian, kemudian lahap bersama. Potongan sayur sekecil ini tak akan terasa dengan roti isi yang punya rasa kuat." Lucianna memberikan selada dan tomat yang sudah ia potong kecil-kecil.

Anak-anak itu sangat penurut. Mereka mengikuti saran dari Lucianna dan menghabiskan roti isi dan sayuran yang tadinya tak ingin mereka makan.

Lucianna tersenyum bahagia melihat anak-anak itu makan dengan lahap. Ini persis seperti bayangan dari impiannya. Impian yang konyol.

"Kalian sudah harus berangkat, kan? Siapa yang mengantarkan kalian?" tanya Lucianna.

"Papa!" jawab mereka serempak. Lucianna kemudian menyadari bahwa sedari tadi Daniel masih belum juga bangun. Dari tadi juga tak ada tanda-tanda kedatangan ibu dari anak-anak ini.

Sepertinya hari ini aman.

"Kalau begitu, kalian harus membangunkannya," ucap Lucianna. Anak-anak itu mengangguk. Selesai menghabiskan susu mereka, mereka segera pergi ke kamar Daniel.

Saat mereka pergi menemui Daniel, ini menjadi kesempatan bagi Lucianna untuk melarikan diri. Ia segera mengambil tasnya dan pergi melalui pintu depan. Apakah ini hari keberuntungan bagi Lucianna? Satpam itu masih saja tertidur di posnya. Pintu gerbangnya juga tak dikunci lagi.

'Sangat ceroboh,' batin Lucianna. Lucianna segera memesan taksi daring dan pergi dari sana sebelum dilihat warga sekitar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Bersambung...

1
Cut syifa
biarlah soal profesi, yg penting hatinya baik
Cut syifa
dasar lucianna benar benar 😄😄, meresahkan sekali kmyyuuuu🤭
mama Al
jangan bilang Luci nekat bawa anak anak ke kebun binatang. 😁
mama Al
berasa ibunya anak-anak 🤭
mama Al
si Daniel antisipasi takut para emak emak smake down lagi
Dewi Ink
Daniel kuat bgt imannya 😂😂
Dewi Ink
wadduuuww di tepi kolam loh itu 😭
Dewi Ink
di rumah kan ada kolam renang
Istri Zhiguang!: anggap aja liburan bersama kak😭
total 1 replies
Cut syifa
untung bukan ramadhan dasar kamu lucianna 🤣🤣🤣
Drezzlle
ayo ajak ke Zoo Lucianaa kasihan mereka
Drezzlle
ya pasti anak-anak pilih kamu lah Lucianaa
Nurika Hikmawati
mantaaaap... kamu masih kuat iman aja Niel. padahal Luci udh mengerahkan semua skillnya tuh /Facepalm/
Nurika Hikmawati
Beda tenaga ya Luc... kalau utk yg gini mah tenaganya gak akan prnh habis
Rosse Roo
aah dasar bocahhh🤣🤦‍♀️
Rosse Roo
yeeeey aku juga ikutt senang.... 😌😄
Rosse Roo
tidak akan ada waktu untuk mengulang kebersamaan dengan anak-anak pak Daniel... nanti kalau mereka udah dewasa. menyesal lah kau, tak pernah menyenangkan mereka.
mama Al
wkwkwkwk kalah telak
mama Al
tetap saja harus berusaha keras, Luci.
mama Al
Daniel ini gengsinya gede ya.
padahal dalam hati 🤭
Cut syifa
gak semua pelacur benar2 niat jadi pelacur🥺😫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!