Sandra, gadis yang terbangun dari tidur panjangnya selama 2 tahun dan kini terbebas dari pengasingan selama 5 tahun.
Baru saja kemarin ia bertemu dengan teman teman kuliahnya, namun sekarang ia bahkan tidak mengenali tempat yang ia tinggali selama ini. Dunia seakan telah berubah, Alat-alat canggih yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari, anak kecil yang kini sudah memiliki smartphone masing-masing, dan cahaya gemerlap malam dari lampu-lampu yang memenuhi jalan ditengah kota serta Gedung-gedung yang menjulang tinggi dihadapannya.
Seberapa jauh ia tertinggal selama ini? dari sahabat-sahabat bodohnya, dan dari orang-orang yang selalu ada di keseharian Sandra saat itu. Apakah sandra masih dapat bertemu dengan mereka, apakah mereka masih menerima sandra setelah semua yang sandra lakukan kepada mereka.
Pikirannya berkecamuk memikirkan hal-hal yang telah ia lewati begitu saja.
‘Biarlah semua berlalu, kini ia harus memulai lembaran yang baru, orang-orang baru dan dunia ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adsetian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
02 - Hal Remeh
3 tahun sebelumnya
Hari itu sandra merasa sangat terpuruk, di kamarnya ia sedang menangis meringkuk di dalam selimut seperti anak kecil yang sedang ketakutan. Sandra tidak perduli dengan orang orang yang memanggilnya, dan mengkhawatirkannya di luar kamarnya. Bahkan sandra yang sangat patuh dengan ayahnya pun tidak menggubris panggilan ayahnya. Saat itu sandra hanya ingin sendiri dan tidak ingin ada yang menganggunya.
Baru saja empat jam yang lalu sandra bersama ayahnya mengunjungi dokter untuk mengecek hasil pemeriksaan kesehatan sandra. Memang akhir-akhir ini sandra sering merasakan sakit kepala mendadak, pusing, migrain, dan mual hingga muntah, bahkan rambutnya pun mengalami kerontokan parah.
Setelah beberapa lama di dalam ruangan pemeriksaan dengan dokter mereka pun keluar dengan wajah yang sangat sedih, bahkan sandra ingin rasanya menangis. Sandra memang sudah berusia 20 tahun, namun kenyataan yang dia hadapi bukanlah hal yang mudah baginya dan ayahnya pun tentu saja mengetahui itu. Karna bagi ayahnya pun hal ini bukanlah sesuatu yang mudah dilewati baginya.
Mengingat kembali dengan apa yang dokter katakan, bahwa sandra mengidap penyakit kanker otak, di perkirakan sandra sudah cukup lama mengidap penyakit tersebut terlihat dari semua gejala yang sandra rasakan. Bahkan dokter pun mengatakan penyakit tersebut sudah sangat serius bahkan kemungkinan sandra sembuh tidaklah besar.
Tentu saja Berat bagi sandra menghadapi semua ini. Ia baru saja menjadi seorang mahasiswi jurusan Teknik informatika di universitas ternama di kotanya. Memiliki teman-teman baru, bahkan ia memiliki sahabat-sahabat bodoh dan seseorang yang sangat ia cintai.
Sandra tidak ingin semua itu pupus begitu saja, cita-citanya untuk mejadi seorang programmer sebuah game, sahabat-sahabat konyolnya yang selalu ada, dan kekasihnya yang selalu mendukung sandra. Semua itu adalah hal yang baru saja Sandra rasakan
Dengan derai air mata, Sandra pun bangun dari kasurnya dan menatap dirinya di hadapan cermin.
“apa mau lo sekarang?” tanya Sandra kepada dirinya sendiri
“lo bisa aja mati kapan pun, semua yang lo punya sia-sia!” tekannya lagi
“hahahaha…” Sandra pun menertawakan dirinya sendiri.
Sandra memegang rambutnya dan menariknya secara perlahan, terlihat beberapa helai rambutnya yang rontok begitu saja saat ia tarik bahkan dengan pelan. Sandra meratapi nasibnya di dalam gelapnya kamar.
“nggak. Lo nggak lemah. Lo pasti bisa San. Lo itu kuat!” ucap Sandra kini menyemangati dirinya
“persetan dengan kata dokter nggak jelas itu”
“gue. Sakit. Terus kenapa kalo gue sakit, gue nggak semudah itu bisa ditumbangkan” kini sandra tersenyum memperlihatkan senyum manisnya di depan cermin.
Dengan tegar ia menguatkan hatinya untuk tidak kalah dengan hal remeh tersebut.
****
Keesokan harinya, seperti biasa sandra pergi kuliah menggunakan sepeda motornya. Dengan berbaga macam pikiran dan hal-hal yang sudah ia putuskan untuk masa depannya nanti. Tidak perduli mereka terima atau tidak dengan keputusan sandra, namun sandra tetap bertekat dengan caranya sendiri.
Sesampainya di kampus, sandra langsung di sambut oleh dua orang sahabatnya Boni dan Reyhan. Sandra memang anak yang tomboy, dan ia bahkan tidak suka bergaul dengan wanita-wanita lainnya, itu sebabnya Sandra memiliki lebih banyak teman pria.
Melihat dua sahabatnya, Sandra pun tersenyum dengan ceria menghampiri mereka.
“yo sandra...” panggil Boni dengan melambaikan kedua tanggannya.
“yo bon... tumben lu dateng awal gini, biasanya juga 2 menit sebelum jam mulai lo baru otw...” ucap sandra mengejek.
“biasa... abis konsul sama pak kumis, abis gue di ceramahin ama tuh pak kumis” keluh Boni.
“yang sabar bonbon, mr. potato mah emang begitu orangnya” jawab sandra sambil menepuk nepuk pundak boni.
Sedangkan Reyhan hanya tersenyum bodoh seperti biasa yang ia lakukan.
Tidak lama kemudian saat mereka berbincang bincang, datang seorang pria berkulit coklat eksotik datang dengan wajah datar menghampiri mereka, jonathan alias nathan atau bahkan junet.
“sepertinya saya tertinggal dari sebuah pembicaraan yang seru saat ini, apakah sekiranya saudara dan saudari mau membagikan hal menarik apa yang sedang kalian bicarakan” ucapnya nathan dengan sopan sangat-sangat sopan dan bahkan menggunakan bahasa indonesia yang baku.
“ini...ini si bonbon, bisa juga dia bangun pagi ternyata. Hahaha” jawab Rayhan.
“oh ya?!.... astaga..., gue terharu dengernya. Akhirnya bonbon sahabat kita yang sangat anti bangun pagi ini bisa bangun pagi, gue yakin tuh alarm yang dia pasang pasti banyak banget, udah berapa kali tuh hp lu lempar? hahaha” ucap nathan mendramatisir.
“ah udah lah, lu semua tenang aja, karna hari ini itu adalah kali pertama dan terakhir gue bangun pagi, dan gue akan kembali menjadi bonbon yg seprti dulu, huahuahua” ucap boni dengan bangga.
“iya, bonbon yang bodoh berkepala pentol korek yang kosong!” balas Rayhan
“ye… sewot aja lu!” balas Boni dan rayhan hanya menatapnya remeh.
Sandra menatap Nathan dan ke-2 sahabatnya dengan sirat mata yang tak dapat diartikan, apa yang harus ia katakan kepada mereka, dan bagaimana cara menyampaikan itu semua kepada sahabat-sahabatnya dan tentu saja Nathan kekasihnya.
Boni dan reyhan pun pergi terlebih dahulu, bukan ke kelas melainkan kantin. Mereka meninggalkan sandra dan nathan berdua di tempat parkir, karna bagi mereka lebih baik makan dari pada meliha dua orang tersebut sedang dimabuk cinta.
“panas di sini, cari tempat yang teduh yuk, kita ke taman aja di sana” ajak nathan menunjuk kursi di bawah pohon rindang di sebuah taman kampus.
“ yuk ” ucap sandra sambil mengikuti nathan.
“kamu kenapa? Dari tadi kok mukanya kusut gitu. Meskipun yg lain nggak sadar tapi aku tau loh ya san...” tanya nathan disela perjalan mereka menuju taman.
“enggak... itu... aku Cuma mau es krim tapi aku juga mau minuman soda aku juga laper tapi aku lagi nggak mau makan, tapi aku pingin ayam bakar, tapi aku juga mau bakso...emmm, hehehe” jawab sandra panjang lebah di akhiri senyum kudanya.
“tau nggak, untung ya... untuuunggg aja aku sayang sama elu, kalo engga udah gue sumpel tuh mulut pake kaos kaki pak kumis” jawab nathan gemas
“ yeeee... biasa aja sih, sensi amat lu bang” jawab sandra,
“ya elu nya juga sih nyet” balas nathan
“kita ke kantin aja lah, nyusul tuh pentol korek” ucap Nathan dan di balas anggukan oleh Sandra.
Merekapun tidak jadi menuju taman, namun berbelok menyusul ke-dua sahabatnya yang lain di kantin.
Penbincangan kecil nan absurd pun berlanjut, candra dan tawa riang yang terlontar dia antara dua insan yang sedang dimabuk cinta yang membuat suasana taman semakin ramai.
Untuk sejenak, Sandra dapat melupakan keresahan dihatinya. Suasana kampus, candra yang terlontar dari Rayhan dan Boni. Kelakuan Nathan yang terkadang di luar nalar, meskipun kelakuan Boni lah yang paling tidak masuk akal diantara yang lainnya.