Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03 Salah Paham
Sebulan sudah Rangga tinggal di rumah Mayang, berkat kegigihannya dan perawatan penuh kasih sayang dari Mayang kini Rangga telah bisa berjalan dengan sempurna. Walaupun sebelah wajahnya kanannya mengalami cacat akibat luka bakar yang dialaminya, Rangga tidak pernah mengeluh atau merasa malu dengan kondisinya. Baginya bisa selamat dari maut saja sudah sangat bersyukur sekali.
Seperti biasa Mayang berangkat ke pasar sebelum matahari muncul kepermukaan. Sayuran yang telah siap di ikat-ikat, di letakkan dalam dua keranjang untuk diangkut menggunakan sepeda buntutnya. Sejak ada Rangga, Mayang sangat terbantu karena mulai dari memanen sayur sampai mengikat sayur dibantu oleh Rangga yang sudah mulai mahir dengan aktifitas barunya itu.
Bahkan pagi ini Rangga akan ikut kepasar membantu Mayang menjual sayurnya kepedagang pasar yang sudah menjadi langganannya.
''Beneran Mas Rangga mau ikut May ke pasar? Kalo jalan kaki lumayan jauh lo Mas. Ntar kaki Mas sakit lagi.'' Kata Mayang sambil menyusun sayuran kangkung dan daun ubi kayu ke dalam keranjang.
''Iya May, InsyAllah Mas sudah sembuh. nih liat nih..hop..hop..lompat aja Mas kuat, apa lagi jalan. Bahkan jalan sambil gendong May juga Mas bisa
'' Goda Rangga sambil melompat.
''E a lah, sombongnya.., ya sudah kalo gitu, tapi kalo capek bilang ya. Nanti kita jalannya pelan-pelan aja.'' Jawab Mayang.
''Ok bos.'' Jawab Rangga.
''May, nanti di pasar jangan lupa beli ikan teri tapi jangan yang asin. Nenek lagi kepengen makan cah kangkung ikan teri, udah lama kita ga masak itu.'' Kata Nek Murni.
''Iya Nek, Nenek baik-baik di rumah ya. Jangan keluar dulu, masih gelap.'' Ucap Mayang.
Akhirnya Mayang dan Rangga pergi ke pasar dengan berjalan kaki sambil menggiring sepeda dengan dua keranjang penuh sayur mayur. Setiba di pasar Mayang langsung mendatangi tiap pedagang pasar yang sudah jadi langganannya.
''Alhamdulillah Mas, akhirnya selesai juga.'' Ucap Mayang dengan senyum merekah yang membuat Rangga tak bisa pangling kalau menatapnya.
''Iya May, makasih ya udah ajak Mas ke pasar. Mas seneng banget.'' Ujar Rangga.
Tapi tiba-tiba tubuh Rangga agak oleng, sekilas suatu kejadian seperti kaset kusut mulai melintas di pikirannya. Sekilas dia melihat ada seorang wanita cantik dalam pikirannya dan kemudian Dia melihat sebuah api yang menyala. Namun dia tidak bisa mengingat jelas, bahkan kepalanya makin sakit jika dia memaksa untuk mengingat-ingat sesuatu. Terlihat Rangga meremas rambutnya sambil menutup mata seperti meringis menahan sakit.
''Mas..Mas..Mas Rangga ga apa-apa?.. Ya Allah Mas..Mas kita duduk dulu yuk, tu ada tukang batagor, kita duduk disana aja yuk. Sini Mayang bantu.'' Ucap Mayang sambil melilitkan sebelah tangan Rangga ke bahunya guna membantu Rangga berjalan.
Terlihat seseorang sedang mandang kesal dari kejauhan. ''Awas kamu Rangga, akan ku buat kamu pergi jauh dari kampung ini. Aku harus bertindak cepat, bisa-bisa Mayang ku diambil sama dia lagi .'' Gumam Joko yang sudah mengikuti Mayang sampai ke pasar.
Tepat sebelum jam 8 pagi Mayang dan Rangga sudah sampai di rumah. Karena Rangga tadi sempat pusing, Rangga akhirnya dibonceng sama Mayang. Terlihat jelas wajah bahagia Rangga saat dibonceng Mayang, bagaimana tidak, Mayang menyuruh Rangga berpegangan ke pinggangnya agar tidak jatuh. Hal itu sungguh membuat jantung Rangga bergetar kencang.
''Nah Mas, sebaiknya Mas langsung istirahat dulu. Nanti May bangunkan kalo udah siap masak ya, sana gih tiduran dulu di kamar.'' Ucap Mayang penuh perhatian. Nek Murni yang mendengarnya dari dapur hanya bisa senyum-senyum sendiri melihat sebegitu perhatiannya Mayang sama Rangga.
''Iya Maylov ku..upss..'' Rangga keceplosan.
''Apaa? Mas bilang May apa?.'' Ucap Mayang yang kurang mendengar apa yang di katakan Rangga.
''Mayuur maksudnya, May sayur mayur haha
'' Kata Rangga sambil berlari kedalam kamar.
'' Apaaa..., apa kamu bilang Mas, kamu ledek aku ya hah..awas ya..'' Mayang mengerjar Rangga namun Rangga sudah lebih dulu mengkunci pintu kamarnya.
Setelah selesai dengan aktifitas dapurnya, Mayang kemudian mengajak Neneknya dan Rangga makan siang itu. Terlihat hidangan yang sangat menggugah selara telah tersaji dengan indahnya. Ada goreng ika peda, sambal terasi, telor ceplok dan pastinya pesanan Nek Murni sayur cah kangkung ikan teri yang begitu wangi di hidung Rangga.
''Wah May, ini apa? sepertinya menu baru?.'' Kata Rangga sambil menyendok sayur cah kangkung ke dalam piringnya.'' Mmmmm nyam nyam...enak banget May, ini bakal jadi makan favorit aku deh May. Enak banget.'' Ucap rangga yang mulutnya masih mengunyah makanannya.
'' Ais..ish..mas Rangga ga sopan, habisin dulu dalam mulutnya baru ngomong''. Cubit Mayang pada bahu Rangga.
''Aduuuhh..May sakit.. Iya deh maaf, maaf ya Nek''. kata Rangga lagi.
''Sudah-sudah, jangan bertengkar dulu. Nenek Lapar mau makan enak.'' Ucap Nek Murni yang lansung membuat Rangga sedikit malu.
Jika sudah selesai makan, seperti biasa Rangga akan siap langsung mencuci piring. Sedangkan Mayang akan bersih-bersih rumah. Jika sudah malam, Rangga dan Mayang kadang akan menghabiskan waktu bercerita berdua di teras rumahnya. Walaupun Rangga hanya menjadi pendengar setia, karena hanya Mayang yang bercerita mulai dari masa kecilnya di tinggal kedua orang tuanya hingga masa remajanya yang dihabiskan untuk membantu Neneknya. Begitulah keseharian yang di lakukan Mayang dan Rangga, bahkan kadang mereka berdua sering ke sungai mencari ikan untuk dimasak. Bermain air adalah kesukaan Mayang, dan terlebih lagi bermain air bersama Rangga.
Bisa dikatakan benih-benih cinta telah tumbuh di hati mereka, namun hanya saja mereka belum menyadarinya. Sekarang tepat tiga bulan Rangga hidup bersama Mayang dan Nenek Murni. Seperti biasa Rangga dan Mayang subuh ini akan berangkat ke pasar untuk menjual sayurannya.
''Assalammu'alaikum Nek, kami pergi dulu.'' Ucap Rangga dan Mayang sambil mencium takzim tangan Nek Murni.
''Wa'alaikumsalam,kalian hati-hati ya. Tadi malam hujan, jalanan sangat licin. Pelan-pelan aja jalannya.'' Jelas Nek Murni.
''Iya Nenekku yang cantik.'' Jawab Mayang dengan manja dan kemudian berjalan di belakang Rangga sambil mendorong keranjang sayur agar meringankan Rangga menggiring sepedanya.
Ditengah perjalanan sepeda yang di pegang Rangga mulai oleng karena jalanan yang berlumpur dan sangat becek.
''Aduh aduduh..Mas Mas Mas awaaas.'' Teriak Mayang tepat saat sepeda berisi keranjang sayurnya jatuh ke tengah lumpur.
'' Ya Tuhan, kamu ga apa-apa May? ada yang kena ga?.'' Ucap Rangga mencaskan Mayang.
''Aduh Mas, May ga apa-apa, tapi liat sayuran kita udah tumpah ke dalam lumpur.'' Rengek Mayang.
''O iya, ayo bantu Mas berdirikan sepedanya lagi.'' Jelas Rangga.
Namun saat Rangga akan menarik keranjang sayur, tiba-tiba kaki Rangga terpeleset karena licin dan tubuh Rangga jatuh membawa serta Mayang yang berada tepat di depannya. Alhasil, Tubuh Mayang di himpit oleh tubuh Rangga. Bibir Rangga langsung menempel sempurna di bibir Mayang.
Untuk sesaat mata mereka saling menatap penuh makna. Tapi tak lama Mayang kemudian menggeliatkan tubuhnya karena geli oleh lumpur yang lembek dan cukup berair. Gerakannya terlihat seperti orang yang sedang penuh gairah apalagi bibir mereka masih menempel sempurna. Tiba-tiba beberapa sorotan cahaya menyilaukan mata mereka ,dan seketika Rangga langsung turun ke samping Mayang.
''Hei!!..kurang ajar, apa yang kalian lakukan hah. Kurang ajar kamu.. bugh...bugh.. bugh..''bJoko yang sudah emosi langsung memukul wajah dan perut Rangga.
''Aaa.. Mas Ranggaaa, hentikan Joko! apa yang kamu lakukan.'' Teriak Mayang yang takut malihat Rangga yang di pukul oleh Joko, dan beberapa warga yang lain juga ikut menendang Rangga.
''Sudah..sudah sudah!! Hentikan semua! .'' Bentak seorang bapak yang agak berumur karena takut warga kebablasan.
''Sebaiknya kita bawa ke aula Desa, Didit kamu cepat panggil Pak Kades. Kita bawa mereka berdua sekarang juga.'' Jelas Bapak itu.
''Dia harus kita usir dari kampung ini. jangan sampai banyak lagi anak perempuan yang di lecehkannya! .'' pancing Joko.
'' Ya iya..betul..ya ya beutul. kita usir saja dia.'' Teriak warga-warga yang lain.
''Sudah-sudah, ayo biar Pak Kades yang memutuskan.'' Jelas Bapak yang melerai tadi.
Mayang yang takut hanya bisa menangis dan mengikuti apa yang dikatakan warga. Sedangkan Rangga yang sudah babak belur, terpaksa di bantu beberapa warga untuk berjalan.
Di sini lah mereka sekarang, di aula Desa yang sudah dipenuhi oleh warga yang ingin menyaksikan persidangan Mayang dan Rangga. Ada yang mencibir, ada juga yang menghujat dengan kata-kata kasar, bahkan ada juga yang meneriaki Rangga.
''Usiiir..usirr saja Pak Kades.'' Warga mulai berteriak.
''Ya betul Pak Kades, saya sering liat dia menempel-nempel terus sama Mayang. Kasian Mayang Pak Kades, kebaikan Mayang di manfaatkan laki-laki biadab ini.'' Ujar Joko semakin memprovokasi warga.
''Sudah..sudah..tenang bapak-bapak ibuku-ibuk. ini bisa kita bicarakan baik-baik. Kita dengarkan dulu penjelasan dari Mayang. May coba kamu jelaskan kronologisnya, apa betul Nak Rangga melecehkanmu? .'' Kata Pak Kades mulai menengahi.
'' Bukan begitu Pak Kades, Mas Rangga hanya terpeleset karena jalannya licin. Dan tak sengaja menimpa saya Pak kKades. Apa yang dikatakan Joko dan warga yang lain tidak bernar Pak Kades. mereka salah paham.''bJelas Mayang dengan sedikit terisak karena takut hal buruk menimpa Rangga.
''Bagaimana mungkin kami salah paham May, jelas-jelas di mencium kamu. Apa lagi namanya kalo bukan melecehkan!''. Ungakap Joko yang kesal karena Mayang malah membela Rangga.
''Kita usir saja dia Pak Kades.'' Teriak satu warga.
''Ya ya..usir Dia, usir Dia dari kampung ini.'' Kemudian diikuti beberapa warga yang ikut berteriak.
Warga yang sudah tersulut emosi langsung menyeret tubuh Rangga yang sedang duduk lemah di atas kursi. Mayang sontak langsung menahan tubuh Rangga sambil menangis histeris. Pak Kades hanya bisa pasrah karena warga sudah kesal semuanya. Hal itu membuat Joko tersenyum bahagia.
Semua kejadian yang dialami pagi ini oleh Rangga dan Mayang sedikit banyaknya adalah rencana jahatnya Joko agar Rangga bisa cepat-cepat pergi dari kampungnya. Sungguh Joko tersenyum penuh kemenangan melihat Rangga yang terseok-seok di tarik para warga yang sudah tersulut emosi. Namun tepat Rangga dan Mayang berada di depan pintu aula Desa bersama warga lain, langkah mereka terhenti karena teriakan seseorang yang tidak asing bagi Mayang dan warga yang lain.
''Tunggu!!.. tidak ada yang boleh mengusirnya dari kampung ini.'' Bentak Nek Murni. Dan langsung senyum di wajah Joko memudar seketika.
''Kenapa Nek, bukankah Dia sudah melecehkan Mayang Nek.'' Jelas Joko dengan emosinya.
''Kalau begitu, saya akan nikahkan mereka sekarang juga.'' Ungkap Nek Murni yang membuat semua orang hening seketika. Bahkan Mayang dan Rangga langsung saling menatap.