Antara cinta dan peluru, yang manakah yang akan dipilih Arabella maupun Marcello? Akankah mereka berpisah dan saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Mereka kembali melangkah menyusuri terowongan, bayangan tubuh mereka menelan mereka lebih dalam lagi. Hanya kesunyian dan keheningan yang menemani langkah mereka tanpa sosok Arabella.
Tiba di ujung lorong, mereka mengobati luka tubuh mereka dan mengambil makanan ringan untuk mengganjal perut. Tak ada satupun dari mereka yang angkat bicara.
"Apa yang akan kita lakukan setelah ini?" tanya Jacob menatap wajah datar Marcello.
Marcello hanya diam dengan pikiran kosong. Ia masih larut dalam kesedihannya. Sejak tadi bisikan balas dendam terus menghantui hati dan pikirannya.
Tangannya mengepal kuat membentuk sebuah tinjuan.
"Aku akan membalas kematian Arabella." jawabnya dengan penuh kebencian.
"Bahkan jika kau harus menghancurkan perusahaan yang sudah dibesarkan ayahmu dan ayah angkat mu?"tanya Oliver dengan wajah meremehkan.
Marcello tersenyum menyeringai tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Kita harus keluar dari sini dengan selamat. Aku juga tidak akan tinggal diam setelah apa yang mereka lakukan kepada Bella." ujar Jacob menatap keduanya dengan mata berapi-api.
"Sepertinya kita harus bekerja sama menghancurkan Nyx Division." saran Oliver tersenyum tipis.
Jacob mengangguk mendengar suara pria itu.
"Lebih baik kita istirahat. Kita bahas masalah ini besok pagi. Aku merasa mengantuk." ujar Marcello setelah menelan obat nyeri menahan rasa sakit luka di tubuhnya.
Marcello memejamkan kedua matanya. Tanpa Ia sadari air mata mengalir dari sudut matanya.
Jacob dan Oliver saling menatap saat melihat air mata pria itu menetes.
Suara samar ledakan dari atas lorong masih bergema, anggota Nyx dan penyelamat mereka masih bertarung dengan sengit.
"Istirahatlah...., mereka tidak akan menemukan kita."kata Oliver kepada Jacob.
"Bagaimana kau bisa tahu? mengapa kau terlihat sangat yakin dengan ucapanmu?" tanya Jacob dengan wajah curiga.
"Aku tidak ada niat jahat. Aku hanya ingin membantu kalian."
Oliver melipat tangannya di dada dan memejamkan kedua matanya.
Jacob berdecak kesal mendengar jawaban Oliver.
#
#
#
Keesokan paginya
Marcello bangun lebih awal. Ia berjalan melewati lorong menemukan pintu keluar. Sebuah senter kecil menyoroti jalan sempit penuh lumut.
Nafasnya kasar menahan rasa ngeri di bahunya. Ia tidak terlalu peduli dengan darah segar yang membasahi kain putih yang membalut lukanya.
Tak berselang lama, Jacob ikut terbangun. Ia langsung berdiri saat melihat Marcello sudah melangkah beberapa meter darinya dan Oliver.
"Oliver! Cepat bangun! Marcello sudah melangkah menuju ujung lorong mencari jalan keluar!" kata Jacob membangunkan pria itu.
Dengan wajah setengah mengantuk, Oliver langsung berdiri dan mengikuti langkah Jacob dengan wajah tenang dari belakang.
Hanya keheningan yang menemani langkah mereka mencari jalan keluar.
Marcello tiba-tiba berhenti dan bergumam dengan suara lirih.
"Arabella jatuh tepat di depan mataku! Aku melihatnya di dorong ke jurang."
"Berhenti bersikap kekanak-kanakan Marcello! Jika kau masih larut dalam kesedihan disaat seperti ini, kita tidak akan bisa keluar dari sini dan membalaskan dendam Arabella!"
"Apa gunanya aku bertahan jika tidak ada dia disisi ku!"teriak Marcello dengan tatapan tajam, dan penuh luka.
"Gunanya kau bertahan yaitu membalaskan dendam Arabella! Arabella sudah memberikan alasan mengapa dia harus menghancurkan Nyx Division." kata Oliver dengan wajah dingin.
"Kau boleh sedih dan hancur kehilangan Arabella. Tapi, jangan sekarang. Kita harus menghancurkan Nyx Division membalas kematian Bella."
Jacob menepuk bahu Marcello dengan sikap dewasa dan gentleman.
Marcello mengangguk, sorot matanya kali ini penuh tekat dan keberanian yang berapi-api.
Mereka melanjutkan langkah menuruni tangga batu yang berliku-liku. Semakin jauh mereka melangkah, suara air mengalir terdengar semakin jelas.
Tak berselang lama mereka tiba di sebuah sungai di bawah tanah. Oliver tiba-tiba berjongkok dan menyentuh air sungai. Ia mendongak dan menatap Marcello dan Jacob.
"Sepertinya jalur air sungai ini bisa membantu kita keluar dari sini. Air ini mengalir menuju laut. Tapi kemungkinan arus sungai bisa mengalir deras. Apa kalian yakin bisa bertahan hidup?"
Marcello dan Jacob menatap air sungai yang gelap sebelum mengangguk dengan mantap.
"Kalau itu satu-satunya cara untuk keluar dari lorong ini. Maka kita tidak punya pilihan lain. Aku tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan Arabella mengeluarkan kita dari sini."
Jacob mengangguk setuju dengan perkataan Marcello meskipun raut wajahnya masih pucat.
Mereka memutuskan masuk ke dalam air yang sangat gelap. Arus sungai membawa tubuh mereka menjauh dari sana.
Dalam pekatnya kegelapan dan derasnya arus sungai. Hanya satu kalimat yang terngiang-ngiang di kepala mereka.
"Menghancurkan Nyx Division, membalaskan dendam atas kematian Arabella."
Ditunggu judul barunya dan lanjutannya ya🙏👍