Putri Changle—seorang gadis modern—terjebak di tubuh putri kuno yang memiliki masa lalu kelam. Setelah menikah dengan kekasih masa kecilnya, dia dikhianati dan disiksa hingga mati. Namun, dengan bantuan sistem poin dan ruang ajaib, Putri Changle mendapatkan kesempatan kedua untuk balas dendam.
Dengan menggunakan Sistem, Putri Changle memulai perjalanan balas dendam yang penuh tantangan dengan mengumpulkan poin, meningkatkan level, dan membuka kemampuan baru untuk mengalahkan musuh-musuhnya.
Namun, semakin dia mendekati tujuannya, semakin banyak rahasia yang terungkap tentang masa lalunya dan sistem yang digunakannya. Apakah Putri Changle dapat mencapai balas dendamnya, ataukah dia akan terjebak dalam permainan yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan Aku, Chu Mohan
Masih di kedai makan pinggir jalan yang sepi berkat Pangeran Chu, Song Zhiwan menyilangkan tangan di dada, matanya menyipit penuh kesombongan. "Aku seorang putri, sedangkan dia hanyalah anak haram dari keluarga bangsawan yang tidak pantas mendapat balasanku," ucapnya lirih, kata-katanya membuat udara di sekitar terasa lebih berat.
Dia menundukkan kepala sejenak, lalu kembali mengangkat dagu untuk menatap Pangeran Chu dengan penuh percaya diri. "Alasan aku ingin menikahi Pangeran Chu ... tentu karena Istana Chu dan Istana Qin setara. Kita ditakdirkan bersama."
Meski terkesan dingin, Pangeran Chu tidak dapat menahan senyum tipis yang berusaha ia sembunyikan. Hanya saja, suaranya tetap tegas dan sarat dengan penolakan. "Setara dan ditakdirkan bersama? Kenapa kamu yakin aku mau menikahimu?"
Dengan tatapan yang tajam, dia berpaling sedikit dan menambahkan, "Ayahku dan Kaisar saudara seibu, tapi kamu? Pangeran Qin hanyalah pangeran dari marga lain, tak ada yang setara denganmu, apalagi ditakdirkan bersamamu."
Kata-kata Pangeran Chu seolah menggema di seluruh kedai, menyibak keheningan yang tegang.
Song Zhiwan merasakan serpihan kepercayaan diri yang menghilang. Dia mengalihkan pandangannya, berusaha menyembunyikan guncangan dalam suaranya. "Maafkan kelancangan saya. Pernikahan ini ... mungkin saya yang terlalu berharap." Suaranya hampir tak terdengar, tenggelam dalam ketegangan yang menyelimuti kedai.
Pangeran Chu mengamati perubahan dalam sikap Song Zhiwan, yang kini layu seperti bunga yang kehilangan sinar matahari.
Meskipun wajahnya tetap beku, Pangeran Chu merasakan sesuatu yang aneh di dalam hatinya—sebuah canggung yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Di sampingnya, Donghai berdiri dan menatapnya dengan memutar bola mata, ekspresinya penuh ejekan. ‘Huh, Pangeran, kamu memang keras kepala dan sombong. Sekarang baru menyesal, kan?’
Pangeran Chu berdehem pelan, berusaha memulihkan kendali atas dirinya. Matanya mengerling tajam, kembali pada nada datar yang biasa. "Sudahlah. Mengingatmu ... demi harga diriku, aku bisa dengan enggan menyetujui pernikahan ini."
Sekilas, Song Zhiwan merasa ada sedikit kelembutan di balik sikap angkuh Pangeran Chu. Hati kecilnya mengembang senang, dia pun bergumam dalam hati. ‘Chu Mohan memang keras kepala, tapi hatinya sepertinya lembut juga.’
Pangeran Chu melirik ke arah Song Zhiwan yang tak bersuara, lalu berdiri dengan langkah berat hendak pergi.
Namun, Song Zhiwan tiba-tiba memanggilnya dengan suara tegas. "Tunggu!"
Pangeran Chu terhenti dan berdiri tegap tepat di depan Song Zhiwan, menunggu apa yang akan dikatakan.
“Pangeran Chu ....” Suara Song Zhiwan menggema lembut, dia meraup sebuah kantong kecil berwarna hijau tua dari lengan bajunya. Matanya berbinar penuh arti saat tangannya mengelus lembut bordiran halus dengan nama 'Chu'. “Lihat ini.”
Pangeran Chu mengernyit, bingung sekaligus tertarik. “Kantongku? Kenapa ini ada padamu?”
Song Zhiwan menghela napas, matanya menatap dalam ke mata Pangeran Chu seolah mencoba menyampaikan sesuatu yang lebih dari kata-kata. "Saat kuda hitam itu tiba-tiba panik, kalau bukan karena Pangeran menyelamatkanku tepat waktu, mungkin aku sudah ...."
Dia menunduk dan menggigit bibirnya pelan seolah berjuang menahan gejolak dalam dadanya. "Sejak saat itu, aku langsung jatuh cinta pada Pangeran. Jadi, aku selalu menyimpan kantong ini," ucapnya dengan suara serak, tangan kecilnya masih mengelus permukaan dompet.
Sebenarnya, dompet itu jatuh dan ditemukan oleh pelayan Song Zhiwan, lalu diserahkan kepadanya begitu saja. Dan di balik kata-kata manisnya, dia tak pernah menaruh rasa pada Pangeran Chu, bahkan sampai sekarang.
Keputusannya menikahi Pangeran Chu bukan karena hati, melainkan bayangan pria itu menangis di depan jasadnya dalam mimpi masa depan yang menghantuinya.
Dia yakin, dengan bantuan Pangeran Chu, rencananya akan lebih mudah tercapai. Maka dari itu, dia bersikap manis dan berusaha mengambil hati Pangeran demi kepentingan pribadinya.
Pangeran Chu menahan napas, senyum tipis tiba-tiba merekah di sudut bibirnya. Matanya bersinar, penuh harap saat menatap Song Zhiwan. "Kamu ... padaku?" Suaranya bergetar, menunggu jawaban yang diimpikan.
Namun, sebelum harapan itu sempat tumbuh, Song Zhiwan memotong dengan memasang ekspresi menyedihkan. "Kalau Pangeran benar-benar menganggap aku tak pantas, aku akan pulang dan memohon pada ayahku untuk membatalkan pernikahan ini."
Keheningan mendadak merayap, menggantung di udara seperti badai sebelum hujan, menimbang antara mimpi yang ingin mereka raih dan kenyataan yang kejam.
Pangeran Chu buru-buru membalas dengan sedikit terbata, berusaha menutupi kegelisahannya. "Sudahlah. Aku, Pangeran Chu, baru saja menyetujui pernikahan ini. Kalau aku mundur sekarang, bukankah terlihat picik?"
Wajah Pangeran Chu tampak terpaksa, tetapi dari matanya tetap terpancar kebahagiaan yang tulus menerima takdir bersama Song Zhiwan.
Dalam sekejap, tangannya melesat merengkuh kantong kecil dari genggaman Song Zhiwan, disusul suara dingin nan penuh tekad yang menghentak udara. "Tunggu tiga hari lagi. Aku, Pangeran Chu, pasti datang melamar dengan sepenuh hati."
Detik itu, janji mengikat keduanya di ujung harapan dan keberanian yang menyala.
Song Zhiwan menyunggingkan senyum tipis, matanya berkilat penuh arti. "Baik. Aku akan segera memerintahkan orang mendekorasi rumah Pangeran Qin, menanti kedatanganmu."
Namun, dia terhenti sejenak, bibirnya menipis penuh kekhawatiran sebelum berbisik pelan, "Tapi ... rumor tentangku yang akan menjadi biarawati demi Xie Zhan sudah menyebar luas di jalan dan gang."
Cepat-cepat dia menambahkan dengan suara bergetar halus seperti takut disalahpahami. "Aku sendiri tak peduli, tapi aku khawatir nama baik Pangeran bisa tercoreng."
Tatapan Pangeran Chu tiba-tiba menusuk, mengoyak udara ke arah Donghae yang berdiri di belakangnya. Suaranya menggelegar, bagai petir yang menjatuhkan vonis. "Selidiki siapa yang menyebarkan fitnah ini! Aku akan menghukumnya dengan berat!"
Donghae menarik napas dalam, langkahnya berat tapi mantap saat maju ke depan. "Pangeran, aku dengar dari beberapa pelanggan Kedai Makan Fufan ... orang yang menyebarkan rumor ini ternyata adalah istri Xie Zhan, Guan Shiqing."
Pangeran Chu mengatupkan bibirnya rapat, matanya menatap tajam ke arah Song Zhiwan yang tetap diam tanpa sepatah kata pun.
Dalam keheningan yang membeku, tatapan Song Zhiwan bergetar halus, seulas senyum tipis terlukis di bibirnya, senyum yang menyembunyikan rahasia kelam dan tekad membara.
“Aku akan mengurus semuanya. Jangan pernah khawatir,” ujar Pangeran Chu dengan suara dingin membekukan dan ketegasan tanpa cela, bak es yang siap membekukan siapa pun yang berani melawannya.
Song Zhiwan membalas dengan anggukan perlahan, senyum lembut mengembang di wajahnya, tapi senyupam itu bagaikan bayangan licik yang menyembunyikan rencana raksasa tak terungkap.
'Guan Shiqing, selamat bersenang-senang,' gumam Song Zhiwan di dalam hatinya, berusaha menyembunyikan senyum licik yang hampir menghiasi wajah cantiknya.
Dia memang sengaja meminjam tangan Pangeran Chu untuk menangani Guan Shiqing, ingin melihat sampai sejauh mana kekejaman sang pangeran akan meluluhlantakkan musuhnya.
Saat Pangeran Chu melangkah pergi bersama Donghae, Song Zhiwan tetap berdiri di sana dengan tatapan matanya yang dalam dan berat.
“Maafkan aku, Chu Mohan,” bisik Song Zhiwan lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh hening malam.
“Untuk membalikkan nasib buruk yang akan datang dalam sepuluh tahun, aku terpaksa menipumu ... dengan cara sekelam ini.”
Bayangan kesalahan dan penyesalan merayap di wajahnya, membungkusnya dalam selubung kelam penuh rasa bersalah yang membebani setiap langkah hatinya.
fighting.....semesta pasti akan membantu dan merestui mu....
usaha tak kan menghianati hasil.....🔥🔥🔥🔥🔥
semoga lancar lahirannya