Valentine Lee mengalami malam terburuk dalam hidupnya. Ia diperkos4 oleh pria yang mencintainya selama ini, lalu mendapati tunangannya berselingkuh. Dalam kepedihan itu, ia mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya.
Saat sadar, seorang pria tampan dan berkuasa bernama Vincent Zhao mengaku sebagai tunangannya dan membawanya pulang untuk tinggal bersamanya.
Namun ketika ingatannya pulih, Valentine akhirnya mengetahui siapa Vincent Zhao sebenarnya. Akankah ia memilih Vincent yang selalu melindunginya, atau kembali pada tunangan lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Valentine menepis tangan pria itu dengan kasar, matanya berkilat penuh penolakan.
"Jaga jarakmu denganku, aku adalah tunangan pamanmu."
"Valentine, kau dan pamanku tidak dekat sama sekali. Kalian tidak bertunangan sama sekali. Aku tidak tahu apa yang dia katakan padamu. Valentine, jangan percaya padanya. Paman selalu saja menggunakan cara licik untuk mendapatkan sesuatu."
Valentine terdiam sejenak, dadanya naik turun menahan emosi.
"Lalu, kenapa Vincent harus berbohong padaku? Apa manfaat baginya? Aku tidak memiliki apa pun. Andaikan dia berniat memanfaatkan aku, aku juga tidak ada uang atau apa pun yang bisa dia manfaatkan."
Jacky melangkah mendekat, suaranya semakin meninggi, penuh kekhawatiran bercampur amarah.
"Valentine, kau masih belum mengerti sifatnya. Dia bukan hanya licik, dia akan membuangmu setelah dia bosan. Jangan percaya padanya yang berpura-pura baik di depanmu!"
"Siapa Alexander? Dan kenapa aku bisa kecelakaan?"
Pertanyaan itu membuat Jacky terhenti. Tubuhnya kaku, wajahnya memucat, seakan kata-kata Valentine baru saja menelanjangi rahasia yang ia simpan rapat-rapat.
"Alexander..." Jacky menarik napas panjang, menunduk untuk menyembunyikan ekspresinya. "Hanya seorang kenalanku, dia tidak penting sama sekali. Mengenai kecelakaan, itu kesalahan supir yang menabrakmu."
Valentine menatapnya lekat-lekat, bola matanya bergetar penuh kekecewaan. Ia menggeleng pelan, lalu berkata dengan suara lirih namun tegas.
"Jacky Zhao, walau aku hilang ingatan, tapi jangan mengira aku bisa dipermainkan. Andaikan Vincent berbohong, setidaknya dia tidak menyakitiku. Dia malah merawatku dan melindungiku."
Setelah berkata begitu, Valentine segera berbalik, melangkah cepat menjauh. Suara hak sepatunya terdengar tegas menghentak lantai. Jacky panik, ia segera mengejarnya, berusaha meraih pergelangan tangan wanita itu
"Valentine, kita akan segera menikah. Jangan kembali ke rumahnya. Dia tidak serius denganmu!" kata Jacky yang menarik lengan Valentine.
"Lepaskan tanganmu!" kata Valentine.
"Valentine, jangan keras kepala, ikut denganku. Aku akan mengantarmu ke tempat yang aman," kata Jacky yang menarik paksa tangan Valentine dan berjalan menuju pintu keluar rumah sakit.
"Lepaskan tanganmu, Jacky Zhao. Kalau tidak aku akan berteriak!" bentak Valentine yang berusaha meronta.
Tiba-tiba sebuah pukulan keras mendarat di wajah Jacky, membuat pria itu terhuyung dan terkapar ke lantai.
"Jangan pernah sentuh dia lagi!" suara berat penuh amarah terdengar. Vincent berdiri di hadapan mereka dengan sorot mata tajam, rahangnya mengeras menahan emosi.
"Vincent..." Valentine terkejut, langkahnya mundur setengah.
Jacky yang tersungkur, mengusap sudut bibirnya yang berdarah, menatap Vincent dengan kebencian. "Paman, dia adalah tunanganku."
Vincent meraih tangan Valentine, menggenggamnya erat seolah menegaskan kepemilikan. "Dia milikku. Dan aku tidak akan membiarkan siapapun merenggutnya dariku."
"Paman, lepaskan Valentine, dia belum sembuh sepenuhnya," pinta Jacky dengan nada menahan amarah.
"Aku tidak menyiksanya sama sekali. Jadi kenapa aku harus melepaskannya? Seharusnya kau sadar diri, Jacky. Valentine akan segera menjadi bibimu. Kalau kau masih saja tidak menjaga sikapmu, jangan salahkan aku bila mengirimmu ke luar negeri!" kecam Vincent tajam, lalu menarik tangan Valentine perlahan dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Jacky hanya bisa terdiam. Ia menggertakkan rahang, namun tak berani menghentikan pamannya. Beberapa detik kemudian, suara mesin mobil meraung, dan Vincent melaju pergi, meninggalkan Jacky sendirian di depan rumah sakit.
"Sialan... Vincent Zhao, kau selalu ingin menguasai semuanya. Valentine hanyalah alat bagimu. Pria sepertimu tak akan pernah tulus pada seorang wanita," gumam Jacky, kedua tangannya mengepal.
Ia mengeluarkan ponselnya, menekan nomor yang sudah lama tersimpan.
"Halo," suara seseorang terdengar dari seberang.
"Malam ini kita berkumpul di tempat biasa. Kesabaranku sudah habis... sudah saatnya aku membalas Vincent Zhao!" ujar Jacky dengan suara penuh dendam.
