NovelToon NovelToon
Diselingkuhi Dokter, Dipinang Pemilik Rumah Sakit

Diselingkuhi Dokter, Dipinang Pemilik Rumah Sakit

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Isti arisandi

Kinanti, seorang dokter anak yang cerdas dan lembut, percaya bahwa pernikahannya dengan David, dokter umum yang telah mendampinginya sejak masa koass itu akan berjalan langgeng. Namun, kepercayaan itu hancur perlahan ketika David dikirim ke daerah bencana longsor di kaki Gunung Semeru.

Di sana, David justru menjalin hubungan dengan Naura, adik ipar Kinanti, dokter umum baru yang awalnya hanya mencari bimbingan. Tanpa disadari, hubungan profesional berubah menjadi perselingkuhan yang membara, dan kebohongan mereka terus terjaga hingga Naura dinyatakan hamil.

Namun, Kinanti bukan wanita lemah. Ia akhirnya mencium aroma perselingkuhan itu. Ia menyimpan semua bukti dan luka dalam diam, hingga pada titik ia memilih bangkit, bukan menangis.

Di saat badai melanda rumah tangganya datanglah sosok dr. Rangga Mahardika, pemilik rumah sakit tempat Kinanti bekerja. Pribadi matang dan bijak itu telah lama memperhatikannya. Akankah Kinanti memilih bertahan dari pernikahan atau melepas pernikahan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti arisandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Lamaran

Pagi tiba, Mentari menyelinap malu-malu di balik tirai rumah besar keluarga Kinanti. Udara terasa lebih ringan setelah malam panjang penuh ketegangan. Tapi jauh di dalam dinding rumah itu, ada rahasia yang bergetar di antara detak jantung orang-orang yang tinggal di dalamnya.

Kinanti duduk di ruang makan dengan wajah yang dipulas senyum tipis. Di hadapannya, Ibu dan Bapak duduk dengan secangkir teh panas, sementara Mertua Kinanti, Bu Sulastri, menyendok bubur pelan di sudut meja. Suasana terlihat tenang, bahkan cenderung hangat—kontras dengan gemuruh hati Kinanti yang semalaman tak bisa tidur.

David duduk di samping istrinya, pura-pura membuka koran pagi. Sesekali dia melirik Kinanti dari balik kertas, mencari tanda-tanda apakah wanita itu masih menyimpan kecurigaan atau sudah percaya sepenuhnya bahwa pria yang masuk ke rumah mereka malam itu adalah Yusuf, bukan dirinya.

Setelah menghabiskan setengah gelas teh, Kinanti akhirnya angkat suara.

“Bu, Pak… Aku mau bicara soal Naura.”

Ibu langsung menatap penuh perhatian. “Kenapa, Nak?”

“Yusuf… beberapa waktu ini dekat dengan Naura, aku sudah memutuskan. Besok kita lamaran. Yusuf sudah setuju. Aku juga sudah bicara ke dia secara pribadi.”

David menunduk, pura-pura tertarik pada berita politik di koran, meski jantungnya mencelos. Ia tidak tahu kalau Kinanti sudah berbicara sedalam itu pada Yusuf. Tapi dia cukup cerdas untuk tetap diam.

Bapak mengangguk-angguk. “Yusuf ya… Dokter yang sering terlihat datang kesini, teman suami kamu itu?”

“Iya, Pak. Dia anak baik. Sopan. Nggak neko-neko. Dan yang paling penting, dia perhatian sama Naura,” ujar Kinanti yakin.

Ibu tersenyum tipis. “Aku juga perhatiin itu, lho. Yusuf itu memang anak yang sopan. Dan kayaknya memang suka sama Naura. Sering aku lihat dia diam-diam nganterin makanan ke Naura kalau anak itu sakit.”

“Betul, Bu,” sambung Kinanti. “Makanya aku pikir, sebelum gosip aneh-aneh beredar, mendingan kita resmikan saja.”

David ingin tertawa sarkastik mendengar kalimat itu. Gosip? Kalau saja mereka tahu cerita sebenarnya, mungkin bukan gosip yang beredar, melainkan skandal besar yang bisa memecah belah keluarga.

“Tapi Naura kelihatan belum siap, ya?” tanya ibu mertua lembut. “Semalam waktu aku lihat dia, matanya sembab.”

Kinanti mengangguk. “Iya, Bu. Mungkin dia masih kaget. Tapi dia anak baik. Aku yakin dia akan terima keputusan ini dengan ikhlas. Toh, ini demi kebaikannya juga.”

David menahan napas, lalu berpura-pura batuk kecil. Semua mata sempat menoleh padanya, tapi Kinanti segera mengalihkan perhatian semua kembali.

“Kalau semua setuju, nanti sore aku panggil orang tua Yusuf. Kita ngobrol baik-baik. Biar cepat, jangan terlalu mewah. Yang penting sah dan jelas.”

Bapak tersenyum bijak. “Kamu memang anak yang berpikiran panjang, Kin. Bapak setuju. Dan kalau Yusuf serius dan bertanggung jawab, Bapak akan senang menerimanya jadi bagian dari keluarga.”

Ibu mengangguk. “Daripada Naura nanti dilamar orang yang nggak jelas, mending sama orang yang udah kita kenal dekat.”

Kinanti tersenyum. Tapi senyumnya getir. Dalam diam, ia sedang menyelamatkan nama baik keluarga... bahkan kalau itu berarti mengorbankan kebahagiaan adiknya sendiri.

Di kamar atas, Naura duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah jendela yang menghadap ke halaman belakang. Embun pagi masih tertinggal di ujung daun, tapi tak ada yang mampu menyegarkan hatinya pagi itu. Rambutnya belum disisir, wajahnya kusut, dan matanya sembab.

Ia memeluk lututnya, berusaha memahami bagaimana bisa hidupnya berubah secepat ini. Dalam semalam, dari seorang mahasiswi kedokteran yang tenang dan penuh mimpi, ia berubah menjadi seorang perempuan yang harus menikah dengan pria yang tidak ia cintai… demi menutup aib.

Tok tok tok!

Pintu kamarnya diketuk.

“Naura?” suara ibu terdengar hangat. “Boleh masuk?”

Naura berdiri perlahan dan membuka pintu. Ibu tersenyum melihat putri bungsunya.

“Kamu belum mandi?”

Naura menggeleng pelan. “Belum, Bu…”

Ibu masuk ke kamar, lalu duduk di ranjang, menarik tangan Naura agar duduk di sampingnya.

“Ada yang ingin Ibu bicarakan. Tadi pagi, Mbak Kinanti ngomong soal lamaran kamu dan Yusuf. Ibu setuju, Nak.”

Naura menunduk. Air matanya nyaris tumpah.

“Ibu tahu ini mungkin terasa cepat. Tapi kamu tahu sendiri, Yusuf itu anak baik. Ibu udah lihat sendiri bagaimana dia memperlakukan kamu. Dan selama kamu tinggal di sini, Ibu merasa... kamu mulai dekat sama dia.”

Naura menggigit bibir. Sakit sekali rasanya mendengar ibunya bicara seperti itu. Bukan karena Yusuf tidak baik—tapi karena semua ini berdiri di atas kebohongan.

“Ibu nggak mau kamu disakiti laki-laki yang nggak bertanggung jawab. Yusuf itu pilihan yang tepat, Nak.”

Naura tak tahan lagi. “Tapi Bu... kalau aku belum siap?”

Ibu memegang kedua tangan Naura erat-erat. “Kesiapan itu dibangun. Dan kamu nggak sendirian. Kita semua di sini untuk dukung kamu. Mbak kamu... sudah berjuang untuk menjaga nama baik kita. Ibu tahu kamu anak baik. Ibu percaya kamu bisa jalani ini dengan ikhlas.”

Naura terisak. Tapi tak bisa mengatakan kebenaran. Lidahnya seakan dibungkam oleh rasa takut dan rasa bersalah.

Sore harinya, rumah besar itu mulai ramai. Yusuf datang bersama kedua orang tuanya, pasangan sederhana dari desa kecil di pinggiran kota. Mereka datang dengan pakaian terbaik, membawa tumpeng dan parcel buah sebagai simbol niat baik.

Bapak dan Ibu Naura menyambut hangat. Kinanti tampil elegan sebagai tuan rumah, menyusun acara kecil itu dengan cepat dan penuh wibawa. David berdiri di dekat jendela, diam saja, matanya sesekali bertemu pandang dengan Naura, yang duduk kaku di ujung ruangan.

Acara lamaran berlangsung singkat dan sederhana. Tidak ada keramaian, tidak ada pesta. Hanya dua keluarga yang duduk bersama dan menyepakati bahwa pernikahan akan dilangsungkan sebulan lagi. Cukup waktu untuk mempersiapkan semuanya tanpa mencolok, dan cukup cepat untuk meredam segala rumor yang mungkin muncul.

“Naura,” ucap Kinanti sambil memegang tangan adiknya, “Mbak harap kamu bisa menjalani ini dengan hati yang besar. Ini semua demi kebaikan kamu juga.”

Naura tersenyum kaku, lalu mengangguk pelan. Ia melirik Yusuf yang duduk di sebelahnya, menatapnya lembut. Lelaki itu tidak memaksa, tidak menuntut apa-apa. Hanya duduk tenang, siap menerima semua takdir yang diberikan padanya—termasuk meminang perempuan yang hatinya tak untuknya.

Dan di pojok ruangan, David memejamkan mata sejenak. Dalam hatinya, ada rasa bersalah yang menggerogoti, namun juga ada rasa lega karena badai untuk sementara telah berlalu.

Tapi mereka semua lupa satu hal, rahasia tak pernah bisa dikubur lama-lama. Seprei bisa dibakar. Cerita bisa dipelintir. Tapi hati? Hati tak pernah bisa dibohongi terlalu lama.

Dan malam itu, di bawah sinar bulan yang menggantung dingin di langit, Naura menulis di buku hariannya.

Cintaku kenapa harus berlabuh di tempat yang salah, kenapa aku jatuh cinta pada kakak ipar ku begitu dalam.

Sulit rasanya menerima kenyataan, jika sebentar lagi aku akan jadi milik pria lain.

1
Ma Em
Thor semoga kebohongan Naura dgn David terbongkar sebelum Naura menikah dgn Yusuf , serapih rapihnya nyimpan bangkai baunya akan tercium juga .
Rahmi
Lanjutttt
Rian Moontero
lanjuuuuttt/Determined//Determined/
Yunia Spm
keren
Yunia Spm
definisi ipar adalah maut sebenarnya....
watini
badai besar siap menghancurkan davit naura.karna kebusukan tak kan kekal tersimpan.moga Yusuf ga jadi nikahin Naura,dan mendapatkan jodoh terbaik.
watini
suka cerita yg tokoh utamanya wanita kuat dan tegar.semangat thor,lanjut
Isti Arisandi.: terimakasih komentar pertamanya
total 1 replies
Isti Arisandi.
Selamat membaca, dan jangan lupa beri like, vote, dan hadiah
Isti Arisandi.: jangan lupa tinggalkan komentar dan like tiap babnya ya...😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!