TABIB ITU ADALAH SEORANG PANGERAN?

...***...

Suasana sedikit tegang melihat Pangeran Lin Jin mendekati patung burung api keabadian.

"Anakku pasti akan menjadi kaisar." Dalam hati Selir Liang Ji sangat percaya diri.

"Aku pasti akan menjadi kaisar hari ini." Dalam hati Pangeran Lin Jin sangat gugup ketika mengambil pisau di atas nampan yang dipegang oleh seorang pelayan.

Pangeran Lin Jin menggores ujung jarinya dengan pisau darah persembahan, ia teteskan darahnya ke kaki burung api keabadian.

Belum ada reaksi sama sekali, mereka menunggu beberapa detik, tapi tidak ada kejadian apapun sama sekali.

Deg!.

Pangeran Lin Jin merasakan sebuah benturan keras di dada kirinya.

"Pfuh!." Pangeran Lin Jin muntah darah. "Kegh!." Dada kirinya terasa sakit, hingga ia kehilangan keseimbangan.

"Anakku!." Selir Liang Ji cemas melihat itu.

Mereka juga terkejut melihat sukma burung api keabadian menunjukkan wujudnya, melempari pangeran Lin Jin hingga terjatuh ke bawah.

"Anakku!." Selir Liang Ji langsung berlari mendekati anaknya yang terluka parah.

"Kakak pangeran!." Pangeran Lin Jian juga cemas melihat itu. "Wajahnya!." Ia ketakutan melihat wajah kakaknya yang melepuh.

Mereka bergidik ngeri melihat keadaan Pangeran Lin Jin seperti itu.

"Anakku! Bertahanlah!." Selir Liang Ji menangis sedih melihat keadaan anaknya.

"Sakit sekali ibunda." Suara pangeran Lin Jin hampir tidak terdengar, ia tidak dapat menahan sakit yang mendera tubuhnya.

"Tabib! Panggil tabib istana!." Selir Liang Ji semakin panik melihat anaknya yang melemah.

"Panggilkan tabib!." Seorang pengawal istana mengeraskan suaranya.

Tamu yang hadir berbisik-bisik melihat itu, ada sebuah kejanggalan yang tidak biasa.

"Mengerikan sekali." Pangeran Chao Zi Hao bergidik ngeri melihat itu, ia melirik ke arah kakaknya yang tampak santai.

"Semoga pangeran pertama mampu melakukannya dengan baik." Dalam hati nona muda Pei Qing Zhao sangat berharap.

"Semoga saja anakku mampu melakukannya." Dalam hati permaisuri Chao Xin menatap anaknya dengan penuh harapan.

"Baiklah, sepertinya pangeran lin jin tidak bisa melanjutkannya." Penasihat Sang Mu Ye menghela nafas pelan. "Siapa selanjutnya yang ingin mencobanya?."

"Aku!." Pangeran Lin Jian dengan semangatnya.

"Tidak! Sekarang giliran aku!." Tegas pangeran Hong Hui menatap tajam. "Sebagai seorang adik?! Kau harus mengalah padaku!."

"Tidak ada aturan seperti itu hong hui!." Pangeran Lin Jian tidak terima sama sekali.

Saat perdebatan panas itu terjadi dua orang prajurit datang dengan membawa tandu, mereka terpaksa membawa pangeran Lin Jin menjauh dari lokasi berlangsungnya upacara.

"Jika kau merasa jadi adik yang baik? Seharusnya kau mengalah pada kakak pangeran utama!." Pangeran Lin Jian menatap tajam, ia melirik ke arah pangeran Chao Changming yang tidak peduli dengan perdebatan mereka.

"Beraninya kau berkata seperti itu padaku?!." Hatinya terasa memanas. "Maju sini kau!."

Deg!.

Mereka semua terkejut melihat pangeran Hui Qing melompat menuju patung burung api keabadian.

"Hui qing! Beraninya kau!."

Pangeran Hong Hui dan pangeran Lin Jian sangat tidak terima.

"Kalian terlalu lama berdebat, aku juga ingin menjadi kaisar." Pangeran Hui Qing menyeringai lebar. "Aku tidak memiliki waktu untuk melihat kalian adu bacotan!." Ia mengambil pisau darah persembahan, ia lukai telapak tangannya, dan ia teteskan darahnya di kaki burung api keabadian.

Mereka semua yang melihat itu merasa gugup, karena patung burung api keabadian menunjukkan reaksi berwarna biru yang cukup terang.

"Hahaha! Aku akan menjadi kaisar!." Pangeran Hui Qing terlihat senang, hatinya tak terbendung oleh gejolak yang aneh.

"Pangeran hui qing berhasil?!." Menteri Pei Qing Hua tampak senang.

"Anakku berhasil menjadi kaisar?!." Selir Ehuang senang melihat itu.

"Kakak kedua ku jadi seorang kaisar?!." Putri Xian Xi juga senang melihat itu.

"Itu tidak mungkin." Pangeran Chao Zi Hao sangat tidak percaya.

"Anakku changming." Dalam hati permaisuri Chao Xin cemas melihat itu.

Duar!.

Namun apa yang terjadi?. Api biru yang keluar dari tubuh patung burung api keabadian adalah sambaran petir yang sangat mengejutkan. Pangeran Hui Qing menghindari sambaran petir itu, jika tidak?. Tubuhnya akan hancur, ia tidak akan mampu menerima sambaran petir itu.

Deg!.

Mereka semua terkejut melihat itu, pangeran Hui Qing terus melompat ke sana ke mari untuk menghindari sambaran petir itu, hingga ia kehilangan keseimbangan dan tersambar petir.

"Anakku!." Selir Ehuang tampak shock berat melihat anaknya tersambar petir.

"Adik pangeran!." Pangeran Hong Hui juga terkejut hebat melihat keadaan adiknya, ia segera menyambar tubuh adiknya agar tidak jatuh ke tanah. "Kegh!." Ia meringis kesakitan dampak sengatan petir yang mengalir di tubuh adiknya.

"Anakku!." Selir Ehuang berteriak histeris melihat keadaan anaknya. "Tabib! Panggilkan tabib! Selamatkan anakku!." Hatinya terasa tercabik-cabik melihat wajah gosong anaknya.

"Adik! Bangun adik! Bangun!." Pangeran Hong Hui mencoba membangunkan adiknya tapi tidak ada reaksi sama sekali.

"Mengerikan sekali." Pangeran Chao Zi Hao bersembunyi di belakang ibundanya. "Saya takut sekali melihatnya ibunda permaisuri."

"Itu adalah pelajaran berharga bagimu di masa depan, agar menjadi pribadi yang lebih baik." Bisik permaisuri Chao Xin. "Apakah kau mengerti?."

"Mengerti." Respon Pangeran Chao Zi Hao, ia berusaha duduk di kursinya dengan tenang. "Aku adalah anak baik, aku tidak iri pada siapapun." Dalam hatinya mengucapkan kalimat itu, tapi seperti mengucapkan sebuah mantra terhindar dari sikap buruk.

Pangeran Jing Guo dan Pangeran Jing Xue saling bertatapan, keduanya bergidik ngeri melihat keadaan pangeran Hui Qing.

"Apakah aku akan seperti itu jika memaksakan diri?." Dalam hati Pangeran Jing Xue merasa cemas. Matanya melirik ke arah pangeran Chao Changming. "Kakak pangeran pertama begitu tenang, apakah ia yakin? Jika ia memang jadi bakal calon kaisar?." Hatinya merasakan getaran yang tidak biasa.

Dua orang prajurit datang membawa tandu, mereka membawa pangeran Hui Qing meninggalkan halaman istana.

"Anakku." Selir Ehuang juga ikut, ia tidak akan membiarkan anaknya dibawa begitu saja.

Tamu yang hadir merasakan betapa mengerikan upacara darah pusaka kaisar.

"Sayang, apakah menurutmu pangeran pertama mampu melakukannya?." Bisik Yan Xicai, matanya mengamati sikap tenang yang ditunjukkan oleh pangeran Chao Changming.

"Aku tidak tahu." Balas Gen Guang dengan perasaan kesal. "Aku tidak berharap dia berhasil."

"Kenapa?." Yan Xicai mengernyit heran.

"Apakah kau lupa? Jika dia berhasil menjadi kaisar? Dia pasti akan balas dendam pada kita!." Gen Guang semakin kesal. "Kau dan aku beberapa kali menghina dirinya! Memanggilnya dengan sebutan tabib miskin!." Ia merasa cemas di saat yang bersamaan. "Apakah kau lupa? Terakhir kau mengatai dia lelaki tidak berguna! Hanya karena kau mengetahui jika wanita selingkuhannya adalah putri seorang menteri!."

"Gawat!." Dalam hati Yan Xicai mulai panik. "Itu karena aku tidak mengetahui jika ia adalah seorang pangeran." Dalam hatinya sangat mengutuk itu. "Kenapa ia menyembunyikan dirinya sebagai seorang pangeran?." Hatinya terbakar amarah mengingat masa lalunya. "Apakah dia mu memiliki istri dari desa?." Pikirannya melayang-layang entah kemana-mana. "Aku tidak akan mengampuni kau! Meskipun kau seorang pangeran! Bahkan sekalipun kau adalah seorang kaisar!."

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Temukan jawabannya.

...***...