NovelToon NovelToon
Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:171.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hana, gadis sederhana anak seorang pembantu, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam sekejap. Pulang dari pesantren, ia hanya berniat membantu ibunya bekerja di rumah keluarga Malik, keluarga paling terpandang dan terkaya di kota itu. Namun takdir membawanya pada pertemuan dengan Hansel Malik, pewaris tunggal yang dikenal dingin dan tak tersentuh.

Pernikahan Hansel dengan Laudya, seorang artis papan atas, telah berjalan lima tahun tanpa kehadiran seorang anak. Desakan keluarga untuk memiliki pewaris semakin keras, hingga muncul satu keputusan mengejutkan mencari wanita lain yang bersedia mengandung anak Hansel.

Hana yang polos, suci, dan jauh dari hiruk pikuk dunia glamor, tiba-tiba terjerat dalam rencana besar keluarga itu. Antara cinta, pengorbanan, dan status sosial yang membedakan, Hana harus memilih, menolak dan mengecewakan ibunya, atau menerima pernikahan paksa dengan pria yang hatinya masih terikat pada wanita lain.

Yuk, simak kisahnya di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19.Rumah itu masih sama yang nggak sama isinya.

Pagi itu suasana rumah terasa berbeda. Burung-burung di halaman belakang berkicau riang, namun suasana hati di dalam rumah justru berat, penuh tanda tanya.

Hansel terbangun dari sofa ruang tamu. Matanya masih berat, tubuhnya pegal karena semalaman tertidur tanpa selimut. Dia mengusap wajahnya, mencoba mengumpulkan kesadaran. Namun, suara gesekan koper di lantai marmer yang menggema dari arah tangga langsung membuatnya terlonjak.

Matanya melebar begitu melihat Laudya, istrinya, menuruni tangga dengan koper besar berwarna hitam. Wajah Laudya tenang, tanpa ekspresi, langkahnya mantap meski jelas terlihat sembab di bawah matanya.

“Laudya…?” Hansel bangkit cepat, langsung menghampiri.

“Kamu mau ke mana? Kenapa membawa koper?”

Laudya tidak menjawab, tangannya tetap menggenggam erat gagang koper, terus menariknya menuju pintu depan. Suara roda koper yang beradu dengan lantai semakin keras, menimbulkan kegaduhan kecil yang membuat suasana rumah terasa mencekam.

Di dapur, Jamilah yang sedang menyiapkan sarapan bersama Hana terhenti. Sendok di tangannya bergetar, matanya terbelalak menatap ke arah ruang tamu. Hana pun sama, tubuhnya menegang begitu melihat pemandangan itu. Perasaan was-was langsung menyelimutinya.

Beberapa pelayan yang sedang membereskan meja makan saling berbisik dengan tatapan penuh tanya. Hansel menyusul, langkahnya terburu, wajahnya dipenuhi kebingungan.

“Laudya, jawab aku! Kamu mau ke mana bawa koper?!”

Akhirnya Laudya berhenti, tepat di depan pintu utama. Ia menarik napas panjang, lalu berbalik perlahan, menatap suaminya dengan sorot mata yang dingin.

“Aku ada project di Tiongkok.” Suaranya datar, seolah sedang membicarakan hal biasa. “Aku harus pergi … sebulan.”

Hansel tertegun, kata-kata itu menghantam keras dadanya. “Apa? Tiongkok? Se ... bulan penuh?!”

Laudya hanya mengangguk pelan.

“Ya.”

Hansel mengusap wajahnya, frustasi. Ia melangkah cepat mendekat, meraih lengan istrinya.

“Laudya, jangan … jangan begini. Jangan lari dari masalah kita!”

Laudya menatap suaminya, kali ini dengan senyum getir.

“Aku tidak lari, Hansel. Aku hanya … tidak ingin berdebat lagi. Aku tidak punya tenaga untuk itu. Semua sudah jelas ... kamu mencintainya, dan aku … aku memilih diam.”

Suasana hening, Hansel terpaku, matanya berkaca-kaca. Laudya melanjutkan, suaranya tenang tapi menusuk.

“Aku hanya akan menunggu. Sampai bayi itu lahir … setelah itu, aku yang akan mengurus semuanya.”

Hana yang berdiri di ambang dapur langsung merasa darahnya berdesir. Perkataan itu membuat jantungnya seolah berhenti berdetak sejenak.

'Mengurus semuanya?' gumamnya lirih dalam hati.

'Apa maksud NyonyaLaudya? Apakah setelah bayi ini lahir, aku benar-benar akan dipisahkan dari buah hatiku?'

Tangannya refleks menyentuh perut yang kian membesar, matanya berkaca-kaca.

Hansel menatap istrinya tak percaya. “Laudya, jangan bicara begitu … jangan buat aku semakin takut kehilanganmu.”

"Kamu selalu takut kehilanganku, Mas. tapi kamu tak pernah benar-benar setia dalam menjaga hatimu. Kamu membuat aku kecewa ... kita pernah berjanji bagaimanapun akhirnya hidup kita jangan ada orang lain di hati kita. Namun, kau melanggarnya, Mas."

Laudya lalu menarik tangannya dari genggaman Hansel, lalu memegang gagang koper dengan erat. Tanpa menoleh lagi pada suaminya, ia melangkah ke luar rumah, meninggalkan Hansel yang berdiri kaku di ruang tamu, Jamilah yang menatap penuh kecemasan, dan Hana yang kini berdiri sambil meraba perutnya, dihantui ketakutan baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

'Tidak! Aku tidak mau berpisah dari bayi ini ... jangan sampai ...'

"Sudah ibu katakan Hana jangan melibatkan perasaan dari hubungan ini. Kamu liat! Kamu sendiri yang akhirnya terluka," ucapan Jamilah menghentikan Hana berdebat dengan batinnya sendiri.

"Aku sudah terluka sejak awal, Bu." gumam Hana nyaris tak terdengar. Jamilah pun kembali ke dapur, Hansel berbalik melihat Hana di ambang pintu dapur juga tak bisa mengatakan apapun selain tersenyum pada perempuan itu, lalu bergegas pergi menuju kamarnya di lantai atas.

Hana merasa dadanya sesak, pikirannya kacau. Kata-kata Laudya barusan terus terulang di kepalanya.

'Aku hanya akan menunggu. Sampai bayi itu lahir … setelah itu, aku yang akan mengurus semuanya.'

Hana terduduk di kursi meja makan, matanya kosong. Tangannya gemetar saat menyentuh perutnya yang semakin membesar. Di dalam sana, bayi kecil itu bergerak, seolah merespons gundah gulana ibunya. Hana langsung menutup mulutnya, menahan tangis agar tidak terdengar oleh siapa pun.

Dalam hati ia ingin sekali berteriak,

"Anakku … apa benar nanti kamu akan diambil dariku? Apa benar aku hanya rahim yang disewa? Tidak … tidak! Aku ibumu. Aku yang merasakan sakitnya, lelahnya, bahkan setiap tendanganmu aku yang rasakan. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambilmu dariku … bahkan Nyonya Laudya sekalipun."

Air mata Hana mengalir deras. Ia merasa semakin terjebak, seolah tidak punya kuasa sedikit pun atas masa depannya sendiri. Semua keputusan selalu datang dari orang lain dari Laudya, dari Hansel, bahkan dari ibunya, Jamilah, belum lagi dari Rohana.

Saat itu, Jamilah menghampiri, menaruh segelas air hangat di meja.

“Hana … jangan banyak dipikirkan, Nak. Ibu yakin semua akan ada jalan keluarnya,” ucapnya lembut, meski dalam hatinya sendiri ia ragu.

Hana mendongak, menatap ibunya dengan mata sembab. “Bu … apa benar nanti bayi ini akan diambil dariku?” suaranya bergetar, nyaris tak terdengar.

Jamilah terdiam, dia tidak punya jawaban pasti. Ia tahu sejak awal, kesepakatan ini memang hanya tentang ‘meminjam rahim’. Tapi ia juga tahu, ikatan batin seorang ibu dengan anak dalam kandungannya tak bisa diputus semudah itu.

“Kalau memang itu yang disepakati … mungkin begitu, Nak,” jawabnya lirih, lebih seperti gumaman.

Hana langsung menunduk, air matanya jatuh membasahi punggung tangannya. “Aku tidak rela, Bu … aku tidak rela,” bisiknya penuh kepedihan.

Dari kejauhan, Hansel yang baru saja turun hendak ke kantor, berdiri kaku di depan ruang makan, mendengar potongan kalimat Hana. Matanya meredup, dada sesak. Ia tahu Hana benar-benar takut kehilangan bayinya. Dan di dalam hati, ia pun tak bisa membayangkan jika nanti anak itu benar-benar dipisahkan dari wanita yang dengan sabar mengandungnya.

Namun, di satu sisi, Hansel sadar Laudya adalah istri sahnya. Wanita yang selama ini mendampinginya. Keputusan tidak bisa ia ambil begitu saja.

Malam itu, Hana terbaring di ranjang kamarnya. Lampu sudah dipadamkan, hanya cahaya temaram dari lampu tidur yang menemani. Ia memeluk perutnya erat, membisikkan janji kepada bayinya,

"Nak, dengarkan ibu. Ibu akan berjuang apa pun caranya. Ibu tidak akan biarkan siapa pun memisahkan kita. Bahkan jika semua orang menentang … ibu akan melawan."

Air matanya mengalir lagi, tapi kali ini bukan hanya karena ketakutan. Ada tekad baru di dalam hatinya tekad untuk mempertahankan anak itu, apa pun yang terjadi.

1
ken darsihk
Laudya sudah hancur sehancur hancur nya , dia sdh nggak punya apa2 untuk menopang hidup nya yng hedon dia mencekik keluarga Malik 😠😠😠
Ddek Aish
alasan klise menjaga nama baik keluarga
Fitria Syafei
Kk cantik kereeen 🥰🥰 terimakasih 😘
Sunaryati
Yang menggunggat cerai itu Laudya, seharusnya tidak meminta harta gono- gini, apalagi tak punya anak, dan kesalahan adalah pada Laudya, kenapa tidak gugat balik perzinahan Ryan dan Laudya bisa masuk penjara. Laudya minta gono- gini karena sudah miskin. 🤣🤣🤣
Ani Basiati: lanjut thor
total 1 replies
Sunaryati
Furqan apapun kesalahan papa Hanzel kau harus menghormati, bagaimana mulanya toh papa Hanzel lantaran kau hadir di dunia. Panggil sebutan papa. Dengan menghormati siapapun merupakan menghargai diri- sendiri. Tunjukkan baktimu padanya dengan membantu memulihkan perusahaan, buat Mama Hanna bangga padamu, tunjukkan bahwa kamu mampu Nak Furqan. Jika bisa bantu papamu menyelesaikan masalahnya baik rumah tangga maupun perusahaan
Ani Basiati
lanjut thor
nayla tsaqif
Thorr,, penyebutan nama hansel saat bicara sama furqan seharusnya pake kata "papa" lbh enk di baca,, bukan "aku",, berasa bicara sama orang lain,, bukan anak sama ayah🙏
ken darsihk: Setuju
Baru aja aq mo buat koment seperti ini
Setuju ya thor penyebutan aku nya di buang , kalau Hansel sedang berbicara dengan anak nya Furqan
total 1 replies
Yati Jenal
Furqon mending plng jgn ngurusin yg gk jls
Silvia
Hansel nya plin plan 😔😔
Mundri Astuti
Hansel sama aja kaya emaknya, gila hormat
Rahma
Tah ini baru bab yg memuaskan Krn kebahagiaan melimpahi kehidupan Hana mudh2n g ada yg ganggu lg
Silvia
semoga tidak ada masalah lagi
enungdedy
knp jdi seolah laudya yg tersakiti? dia sndiri yg gk mau hamil..dia sndri yg minta hansel hamilin perempuan lain...skg seolah jdi korban
Ir
ini tinggal nunggu dia Anomali Rohana Laudya tobat
ken darsihk
Nanti mampir thor sdh lounching belum , aq nya blm dpt notif 🤭
Aisyah Alfatih: udah mungkin masih riview ...😁
total 1 replies
Dila Dilabeladila
masya allah thor karya mu banyak bgt.sehat sehat ya thor lancar selalu
juwita: certa baru nya g bisa di buka Thor.
total 2 replies
enungdedy
lah kan elu sendiri yg gk mau hamil kan lidya gmn sih mlh nyalahin hana😄
ken darsihk
Heeiii Laudya tau diri sedikit situ nggak punya harga diri yak , jelas jelas kesalahan bersumber dari diri mu sendiri , koq melampiaskan ke Hana dasar lo Laudya perempuan sun**l nggak punya akhlak 😠😠😠
A.M.G
lidi harus diaapain sih biar tobat
A.M.G
saatnya ketwaa 📢📢📢📢📢
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!