NovelToon NovelToon
Jodoh Warisan

Jodoh Warisan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Cinta Murni / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:39.6k
Nilai: 5
Nama Author: Andreane

Entah kesalahan apa yang Malea lakukan, sehingga dia harus menerima konsekuensi dari ibunya. Sebuah pernikahan paksa, jodoh yang sang ayah wariskan, justru membawanya masuk dalam takdir yang belum pernah ia bayangkan.

Dia, di paksa menikah dengan seorang pengemis terminal. Tapi tak di sangka, suatu malam Malea mendapati sebuah fakta bahwa suaminya ternyata??

Tak sampai di situ, dalam pernikahannya, Malea harus menghadapi sekelumit permasalahan yang benar-benar menguras kesabaran serta emosionalnya.
Akankah dia bisa bertahan atau memilih berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Draft

Dua hari berlalu, tiba saatnya aku dan Arga akan ke Kanada sore ini tepatnya pukul 15:30, sebab boarding pass di mulai pukul 16:30, jadi sebelum jam itu aku dan Arga harus sudah sampai di bandara.

Penerbangan yang memakan waktu hampir sehari semalam membuatku agak sedikit takut sebenarnya.

Aku belum pernah melakukan perjalanan udara selama itu, paling mentok ke Singapura, yang hanya di tempuh dalam waktu kurang lebih dua jam.

Dua puluh dua jam berada di udara?? Semoga selamat sampai tujuan.

"Kamu nggak apa-apa?" Pertanyaan Arga memantik sepasang mataku seketika beralih menatapnya.

"Nggak apa-apa" Jawabku, lalu kembali menatap ke arah depan.

Situasi jalanan begitu lenggang, mungkin karena belum waktunya jam pulang kantor, jadi belum banyak kendaraan yang melintas.

Sesekali aku menarik napas panjang untuk menetralisir rasa takutku. Andai saja bisa, aku ingin tahu-tahu sudah di Kanada tanpa menaiki pesawat.

Berbeda denganku, Arga justru terlihat sangat santai. Aku sama sekali tidak melihat rasa cemas di raut wajahnya. Tapi bisa jadi karena dia pernah ke Kanada, jadi tidak se exited diriku.

"Berapa kali kamu ke Kanada?" Tanyaku memecah keheningan.

"Beberapa kali"

"Ngapain?"

"Menemani bosku"

"Aku bingung, sebenarnya kamu ini siapa, si? Pengemis, kuli panggul, atau_" Aku menjeda kalimatku, lalu menoleh ke samping kanan dimana pria itu tengah fokus mengemudikan mobilku.

"Atau kamu sebenarnya seorang asisten pribadi bosmu?"

Dia tersenyum tipis sebelum kemudian menyahut.

"Aku hanya pesuruh, dia membawaku ke luar negri supaya aku bisa melayaninya"

"Melayani dalam hal apa?"

"Seperti menyiapkan handuk, membawakan kopernya, atau memijitnya"

Aku tertegun mendengar jawabannya.

"Beda lah dengan asisten pribadi" Pungkasnya lagi, melirikku sekilas. "Asisten pribadi ada sendiri, tugasnya melakukan presentasi, menemaninya meeting, dan membahas proyek bersama. Aku bukan orang pintar yang mampu melakukan pekerjaan seperti itu"

"Bos gila mana yang membawa turut serta pesuruhnya ke luar negri, apalagi tiket pesawat nggak murah"

"Ya karena dia butuh pembantu"

"Apa kamu sering di marahi bosmu?"

Dia mengangguk meresponku.

"Apa yang membuatnya marah?"

"Pekerjaanku nggak sesuai"

"Bagaimana dia kalau marah?"

"Mencaci maki, atau kadang memukul" Sahutnya ringan.

What?? Memukul? Semiris itukah menjadi pembantu??

Kasihan juga hidupnya.

Ah tapi apa bedanya denganku, setelah dia mendapat makian dari bosnya, dia juga harus menghadapi cacian dariku saat di rumah.

"Kamu nggak melawan saat dia memukulmu?"

"Mau bagaimana lagi, aku butuh pekerjaan"

"Tapi bukan berarti kamu butuh pekerjaan, lantas kamu diam ketika di pukul, itu sudah melanggar hukum. Nggak seharusnya kamu diam saja"

"Nggak apa-apa yang penting bisa dapat uang, karena jika aku melawan, aku pasti akan kehilangan pekerjaan, lalu bagaimana aku hidup jika tidak ada uang? Di marahi maupun di pukul bukan hal yang besar"

Reflek kepalaku tergeleng pelan mendengar ucapannya.

Larut dalam obrolan, tahu-tahu mobil sudah memasuki area parkir bandara.

Selama beberapa hari mobilku akan terparkir di tempat ini.

Kami sama-sama turun setelah Arga memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Pria itu langsung ke arah bagasi di belakang mobil untuk mengambil koper kami, lalu setelahnya kami melangkah memasuki bandara.

"Selalu pegang jaketmu, kita akan sampai di Kanada kurang lebih jam dua dini hari. Udara sangat dingin di sana, jangan sampai kamu kedinginan" Katanya di sela-sela langkah kami menuju ke arah check in Counter.

Sesudah kami melakukan cek in dan menyerahkan bagasi, petugas mengarahkan kami menuju ke boarding gate.

Dan saat ini aku dan Arga sudah berada di boarding lounge. Sebuah ruang tunggu di mana penumpang dapat duduk dan menunggu hingga waktu keberangkatan pesawat tiba, dan biasanya dekat dengan gerbang keberangkatan. 

Hanya menunggu sekitar sepuluh menit, ku dengar suara dari pelantang agar penumpang segera mempersiapkan diri melakukan boarding pas.

Arga mengantri di belakangku saat melakukan pengecekan identitas diri, pasport dan juga tiket pesawat.

****

Roda waktu terus berputar tanpa henti, apalagi kembali. Mustahil..

Setelah menunggu berpuluh-puluh jam, akhirnya waktu yang ku nanti sebentar lagi akan ku lalui. Ya tidak lama lagi, hanya menunggu lima belas menit saja pesawat ini akan mendarat di Bandara toronto pearson. Bandara utama dan paling besar di Kanada.

Setelah pesawat benar-benar mendarat sempurna, aku yang sedikit ling lung karena bangun tidur, sedikit lesu saat melangkah turun dari pesawat.

Untung saja Arga bersedia ikut denganku, kalau tidak, entah apa yang bisa aku lakukan di sini sendirian. Aku pasti seperti orang hilang.

Arga yang selalu terjaga di setiap menit, membuatku akhirnya bisa tertidur pulas selama mengudara di malam hari. Itupun karena bujukan Arga yang tak henti-hentinya menyuruhku memejamkan mata.

Untuk sesaat aku memuji sikap terpujinya ini. Dia benar-benar suami siaga. Aku yang dulu tak sudi memujinya, namun setelah tinggal beberapa bulan bersamanya, sedikit banyak aku tahu watak aslinya.

"Kamu duduk dulu di sini, jangan kemana-mana" Arga memintaku duduk di dekat pintu keluar.

"Kamu mau kemana?"

"Aku ambil bagasi dulu. Kamu tunggu di sini aku segera kembali"

"Jangan lama-lama" Pesanku dengan suaraku yang masih parau.

"Tidak!" Dia pergi setelah meresponku.

Sedikit berlari, pria itu tahu-tahu semakin jauh dari pandanganku.

Aku lantas melirik ke seluruh penjuru di mana view lampu-lampu serta hiasan di dalam bandara tampak begitu menakjubkan.

Ku ambil ponselku yang ada di dalam slingbag, lalu segera menghubungi Belinda.

Tapi sebelum aku menelfonnya, aku lebih dulu membaca pesan darinya yang masuk beberapa jam lalu.

Belinda : "Begitu sampai bandara, segera hubungi nomor ini. Itu sopirku yang akan mengantarmu dan suamimu ke hotel"

Akupun urung melakukan panggilan ke Belinda dan memilih menunggu Arga, baru setelahnya aku akan menghubungi sopir Belinda.

Beberapa menit kemudian, Arga kembali sambil menarik koper berisi pakaian kami.

Ia berkata setelah berdiri di depanku.

"Ayo kita keluar" Ajaknya.

"Kemana?"

"Cari taxi, di depan bandara pasti ada banyak taxi"

"Tidak usah, Belinda menyuruhku menelfon sopirnya setelah sampai di sini"

"Belinda?"

Raut wajahnya seperti terkejut mendengar nama temanku.

"Maksudku temanku memintaku menelfon sopirnya, nanti sopirnya akan menjemput kita di sini"

"N-nama teman kamu B-Belinda?" Tanyanya dengan sorot kosong.

"Iya, kenapa?"

"T-tidak! Tidak apa-apa" Sahutnya dengan tergagap.

Keningku mengerut sebab menangkap raut berbeda di wajah Arga.

"Okay, aku hubungi sopirnya dulu"

Arga tak merespon, yang kulihat dia malah seperti tengah memikirkan sesuatu.

"M-Malea" Cegahnya, ketika aku hendak menekan tombol dial untuk menelfon pak sopir.

"Ada apa?" Aku menatapnya serius.

"Ku rasa kamu tidak perlu menelfonnya, ini jamnya orang lagi pulas-pulasnya tidur, lebih baik kita cari taxi saja"

"Tapi bagaimana kita membayarnya? Kita belum sempat menukar mata uang kita"

"Aku ada kartu pembayaran untuk di pakai di sini, bosku meminjamkannya padaku?"

"Apa?" Lagi lagi aku terkejut, merasa curiga dengan bosnya itu.

"Ayo"

"Kamu yakin?" Tanyaku memastikan. Agak ragu sebenarnya.

"Kamu tidak percaya padaku?"

"Bukan begitu" Sanggahku cepat.

"Kamu lelah, sebaiknya kita segera ke hotel dan beristirahat di sana"

"Kamu tahu hotelnya dimana?"

"Kita bisa tanyakan ke sopir taxi, dia pasti tahu"

Ah... Pikiranku mendadak kacau, bagaimana bisa Arga begitu berpengalaman di sini, dan bosnya begitu baik meminjamkan alat pembayaran negara ini?

Ini membingungkan, sungguh membingungkan.

1
Quinza Azalea
masih kurang thor satu bab lgi dog thor
Quinza Azalea
kmna thor kok blum up lgi
Indriani Kartini
kenapa kamu ragu lea klau itu bukan ank Arga dan tkut Arga tidak mengakuinya, klau kmu melakukannya cmn dengan Arga, ke apa meaki tkut
tiara
Mana Ibumu tau kalau kamu lagi berpelukan sama Arga hahaha kasian tuh sibumil yang masih mau dipeluk
Dian Amalia
Lanjut lagi dong thor, yg banyak up nya...makin gemes critanya
sryharty
jiaaaah kamu malah nyalahin ibu mu,
masih pengen di peyuk2 kan sama Arga
hormon bumil tuh Dede utunya masih pengen di manja2 sama ayah nya,,
kebat kebit ga tuh hati kmau
Citra Silvia
lanjut kk klu bisa tiap hari update aku penasaran ☺️🙏🏻
Quinza Azalea
lanjut thor
Quinza Azalea
sangat bagus
Dian Amalia
Temen apaan kayak gitu, nyuruh cerai...ayolah segera ketauan malea hamil & biar rukun2 terus rumah tangganya.
Ayo thor lanjut lagi yg byk ya...penanasaran bgt kelanjutannya...
Aliya Awina
sahabat apaan kayak gitu maunya tuh di doain yg baik ini malah di suruh cerai
Susilawati
malea nih nggak tegas sama si Belinda, mudah banget di setir sama teman nya. ini hidup kamu lea jgn mau diatur sama si Belinda.
sryharty
si malea ini bener2 yah
kenapa ga jujur aja seh.
Miko Celsy exs mika saja
semoga mlh arga tau hasil tdspecknya nti
tiara
wah jadi penasaran Arga tau ngga ya kalau Lea hamil
Citra Silvia
lanjut kk masih penasaran
Dian Amalia
Lanjut thor...
Miko Celsy exs mika saja
duh.....mas arga utunnya sdh ada yinggal tunggu km direpotkan aja sm acara ngidam nya lea,,,,jd gak sabar pengin liat ributnya nyari pesenan bumil
sryharty
duuh mas Arga ga tau aja kalo ternyata Dede bayinyaa udah tumbuh di perut malea,,
tapi Lea takut ngomongnya,takut ga di akui sama mas arga
ayo Lea jujur aja aaah bikin gemes deeh
Indriani Kartini: duh papa Arga "aku sudah hadir Lo"
total 1 replies
Citra Silvia
lanjut kk masih penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!