Penikahan yang seharusnya berjalan bahagia dan penuh dengan keharmonisan untuk sepasang suami istri yang baru saja menjalankan pernikahan, tapi berbeda dengan Evan dan dewi. Pernikahan yang baru saja seumur jagung terancam kandas karena adanya kesalah pahaman antara mereka, akankah pernikahan mereka bertahan atau apakah akan berakhir bahagia. Jika penasaran baca kelanjutannya di novel ini ya, jangan lupa tinggalkan komen dan like nya… salam hangat…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan dewi.
Dewi dan Evan menikmati makan siang mereka yang tertunda, masakkan yang Evan masak terasa nikmat di lidah dewi.
berulang kali dewi memuji masakan Evan, berulang kali juga Evan merasa seperti di atas awan atas pujian dewi.
“Dari mana kakak belajar masak selama ini, aku tidak pernah melihat kakak memasak selama di rumah papa.”
“Jika aku masak trus kerjaan bibik dirumah apa dong.”
Evan dengan gemas mencubit hidung mancung dewi yang begitu menggoda, cubitan Evan tak terasa sakit sama sekali. Tapi dewi berpura pura menggaduh kesakitan karena ingin melihat kepedulian dan rasa sayang Evan ke dirinya.
“Maaf sayang, aku menyakitimu ya…?”
Evan menyentuh kedua pipi dewi, merasakan sentuhan yang terasa sangat lembut refleks dewi memejamkan kedua matanya. Melihat mata dewi terpejam dengan pelan Evan mencium hidung dewi, merasakan ciuman hangat dari Evan rasanya dewi tidak ingin membuka kedua matanya.
Kebersamaan yang terasa sangat hangat dan romantis, membuat dewi dan Evan tidak ingin berpisah walau sesaat.
Saat mereka tengah asik saling bertatapan, Evan merasakan handphone miliknya bergetar. Nama yang tertera di layar handphonenya membuat Evan terdiam sesaat, sebelum dia menyatakan perasaannya ke dewi setiap melihat nama yang menghubunginya sekarang dia merasa berbunga dan bahagia. Berbeda dengan hari ini, Evan merasa tidak ingin mendengar suara ataupun mengangkatnya.
“Siapa kak…”
Dewi mengintip layar henadphone milik Evan, seketika ª kedua alis dewi bertaut sempurna. nama princes caca tertera di layar kaca milik Evan, merasa evan hanya diam tak berniat mengangkatnya dewi dengan cepat menggambil handphone milik Evan dan sengaja menekan tombol hijau di layar tersebut.
“Dewi apa yang kamu lakukan…?”
Dengan seringai kecil dewi menatap Evan dan sengaja melouspeaker handphone Evan, terdengar suara menaja caca di balik telpon.
“Sayang… kenapa lama sekali sih kamu menerima telfonku, kamu lagi sibuk ya…”
Rasanya mendengar suara manja caca dewi mau muntah, jika caca berada di depan dewi saat ini ingin dia pukul wajahnya yang sok manis dan sok imut itu.
“Sayang… kamu kog diam aja sih, memang kamu lagi ngapain. Oh iya aku cuma mau kasih tahu kamu kalau dua haru lagi aku pulang ke kota XXX, kamu senang kan…? Nanti kita bisa jalan jalan kayak waktu aku di kota XXX. Halo sayang… Evan sayang… kamu dengar aku kan.”
Kedua mata dewi menatap Evan yang menyugar rambutnya dengan kedua tangannya, dewi tahu jika Evan sangat frustrasi mengetahui jika caca akan kembali ke negara ini.
“Hmm… aku dengar.”
Jawab Evan singkat, tapi dia tidak segera menggambil handphonenya. Pandangan mata Evan teralihkan melihat dewi yang juga menatapnya.
“Ya sudah kali begitu aku matikan handphonenya ya… aku mau mau keluar dulu, dada sayang… love u.”
Evan segera mematikan handphonenya tanpa menjawab ucapan sayang dari caca, tidak seperti biasa dia akan membalas dan kadang juga mengucapkan kata kata mesra yang akan membuat dewi kesal dengan tingkah sepasang kekasih yang di mabuk asmara tersebut.
“Aku bisa jelasin, kamu tidak marahkah.”
Evan mendekati dewi yang masih setia memandang Evan, dia ingin melihat apa yang akan Evan lakukan setelah ini setelah menyadari bahwa dia masih berhubungan dengan caca.
“Setelah caca pulang aku akan mengakhiri hubunganku dengannya, kamu tidak usah kawatir.”
Evan menyelipkan jemari tangannya ke pipi dewi, seketika dewi merasakan sentuhan hangat dari tangan Evan. Entah hipnotis apa yang Evan berikan, dewi yang tadinya akan mengomel tiba tiba luluh. Dia hanya bisa mengangukan kepalanya dengan pelan, tapi dewi tidak selemah itu. Perlahan dia melepaskan tangan Evan dan berjalan menjauh menuju ke arah sofa di ruang tengah, Evan pun mengikuti dewi dari belakang.
“Aku tidak ingin kakak mengakhiri hubungan kakak dengan caca, kita back street. Aku tidak ingin papa atau mama mengetahui hubungan kita, sedangkan kakak tahu kalau hubungan kita ini masih saudara. Walaupun samudra jauh, dan apa nanti kata orang kak.”
Evan kembali di buat frustrasi akan ucapan dewi, awalnya setelah kedua orang tua dewi pulang dia akan mengatakan hubungannya dengan dewi. Tapi setelah mendengar ucapan dewi, Evan jadi mengurungkan niatnya.
Permintaan dewi yang sebenarnya masuk akal membuat Evan berfikir dua kali, Evan menatap dewi dia pun menyetujui permintaan dewi.
“Oke… tapi aku juga punya syarat buat kamu, kamu tidak boleh pergi berdua dengan galih. Dan harus aku menemani kamu jika kamu ingin pergi dengan galih, bagaimana….?”
“Oke… tapi jika kakak pergi dengan caca aku juga harus ikut dengan kalian, bagaimana…?”
“Deal…” Evan dan dewi mengucapkan secara bersamaan, mereka akhirnya tersenyum setelah menyetujui persyaratan masing masing.
Evan menarik dewi dan dengan segera memeluknya, dia sangat merasa bersalah dan juga bimbang akan keputusan yang di ambil dewi.