"Teganya kau membunuh keluargaku mas, salah apa keluargaku sama kamu mas," tangis ibu pun pecah.
keluarga yang hangat harus hancur di tangan keluarga itu sendiri, hubungan yang terjalin dengan baik harus hancur karena iri hati seorang saudara kepada adiknya sendiri.
"Santetmu akan kembali padamu,"
"Karma akan menghampirimu,"
"Tidak habis pikir kamu bisa membuh keluargaku dengan ilmu hitammu itu,"
"Kau akan mati di tanganku durjana,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon janda#hot, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Baa-pakk, ibb-uu, kalia-n dima-na? To-longin Intan. Mas Rizky, mba Dinda tol-ong hiks...hiks!" Intan pun duduk bersimpuh memeluk lututnya sambil terus menangis di tengah kegelapan.
"Wussshhh...!"
Tiba-tiba angin kencang menerpa wajahnya dan bersamaan dengan itu munculah cahaya kemerahan, Intan yang tetap pada posisinya segera bangkit dan berjalan menuju cahaya yang menyinari kegelapan itu. Ia terus melangkahkan kakinya, semakin ia mendekati cahaya itu semakin terang pula cahaya merah itu, Intan merasakan bahwa ia sudah sangat jauh berjalan tapi tidak ada tanda-tanda jalan keluarnya.
"Arghhh...sa-kittt!" langkah Intan pun terhenti ketika mendengar suara rintihan.
Meskipun suara itu terdengar samar-samar di telinganya namun mampu membuat tubuh Intan semakin bergetar ketakutan, keringat bercucuran membasahi tubuhnya, mau tak mau Intan memutuskan untuk terus melangkahkan kakinya berjalan mendekati cahaya tersebut.
Baru melangkah beberapa pijakan tercium lah aroma bau busuk yang sangat menyengat.
"Ughhh...bau apa ini?" ucap Intan reflek menutup hidungnya. Bau yang sangat menyengat ini membuat perut Intan seperti di aduk-aduk tak karuan ingin segera memuntahkan isi nya.
"Huekkk..huekkk..!" Intan memuntahkan segala isi dalam perutnya, tubuhnya lemas tak berdaya ia memilih duduk untuk memulihkan kembali tenaganya.
Tiba-tiba....
"Srek...srekk...srekkkk!" terdengar langkah kaki yang di seret-seret, hal itu membuat Intan reflek mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, akan tetapi tempat tersebut tetap kosong tak ada siapa pun hanya dirinya sendiri.
Jantung Intan berdegup sangat kencang, nafasnya kembali tak beraturan ia sesekali menoleh ke kiri dan kanan karena rasa takut nya.
"Srekkk..srekkk...!" suara langkah kaki itu terdengar kembali, kali ini langkah kaki sepertinya sangat dekat dengan posisi Intan berada. Intan memejamkan mata nya sambil memohon kepada Allah SWT untuk menyelamatkan dirinya.
Entah sudah berapa lama ia memejamkan matanya dan berdoa, langkah kaki tersebut kini tak terdengar lagi di telinganya. Intan segera bangkit dan lari sekencang kencang nya mengikuti cahaya merah itu
"Degh...arghh...!" Langkah Intan pun terhenti, kaki kirinya seperti ada yang mencengkram nya.
Cengkeraman itu sangat kuat hingga Intan merasakan kuku panjang menembus kulit tubuhnya. Intan terdiam, terpaku seperti patung hidup ia tidak berani melihat ke arah bawah kakinya.
"Hiks...hiks...hiks...Ib-u, ba-pak, mas Riz-ky tolongin Intan. Mba Di-nda aku mohon selamatkan Intan!" ucap Intan dalam hati nya sambil terus menangis ketakutan.
Intan kembali menutup matanya berusaha berdoa agar cengkraman tersebut segera di lepaskan, akan tetapi cengkraman di kaki kirinya semakin kuat.
"Lepaskan aku to-longggg....arghhhh sakit sekali. Ak-u mohon lepaskan ak-u!" ucap Intan memohon.
Intan memutuskan untuk melihat ke arah bawah kakinya, tangan hitam, berbulu sangat besar serta kuku nya yang hitam dan panjang menancap ke dalam kulit tubuhnya.
Meskipun ketakutan menyelimuti dirinya ia meraih tangan itu dan berusaha melepaskan cengkraman itu dengan sekuat tenaga namun semuanya sia-sia.
"Ssssttt gadis cantik mau kemana? Kau takan bisa lari dari ku ahhhahah. Kau dan keluargamu akan menjadi santapan ku, arghhhh!" ucap makhluk itu.
Reflek Intan menutup telinganya, karena suara teriakan tersebut sangat menusuk di telinganya.
"To-long jang-an ganggu a-ku dan keluarga ku, ak-u mo-hon be-baskan kamu, hiks...hiks..!" ucap Intan mulai menangis.
"ahahhha kau dan keluarga mu tak akan bisa lepas dari ku! Kalian semua akan jadi santapan ku!" ucap makhluk itu.
"hiks...hiks...hiks..Ibu dan bapak ku telah menemukan penangkalnya, kami akan terbebas dari mu!" ucap Intan.
"Penangkal itu tidak akan berguna, kalian semua tidak akan bisa lepas dari ku hahahah, arghhhh lihat lah itu kau dan seluruh keluarga mu akan menjadi seperti kakak mu!" ucap makhluk itu menunjukan sesuatu kepada Intan untuk dilihat nya.
"Tidakkkkk....Mas Setia, apa yang terjadi dengan mu mas. Kenapa kamu di rantai seperti itu!" teriak Intan dengan keras ketika melihat kakaknya di rantai dan di siksa oleh makhluk itu.
Intan melihat kondisi kakak pertamanya itu sangat mengenaskan, pakaian yang di pakai nya sangat lusuh, compang camping serta terdapat banyak bekas darah dan luka di tubuhnya. Tak hanya itu tubuh Setia di pasang dengan banyak rantai hingga lehernya.
"Itulah yang akan terjadi pada seluruh anggota keluargamu karena kalian sudah di jadikan tumbal untuk ku arghhhh...hahahah!" ucap makhluk itu lalu menghilang.
Sedangkan Intan terus menangis dan memanggil Setia dengan keras. Tak lama tubuh sang kakak perlahan memudar dan menghilang dari pandangan Intan. Intan ingin menjerit lagi memanggil kakaknya namun suaranya tercekat di tenggorokan hingga ia sulit mengeluarkan suara. Tiba-tiba munculah sinar putih yang menyorot langsung kearah matanya dan ia jatuh tak sadarkan diri.
"Intan bangun nak, kamu kenapa?" tanya Bu Wati yang panik mendengar teriakan keras dari putrinya.
"Pak bagaimana ini?" tanya Bu Wati.
"Terus panggil dan bangunkan Intan Bu, seperti nya ia sedang mimpi buruk!" ucap pak Bimo.
"Intan nak bangun!" ucap Bu Wati sambil terus menggoyang goyangkan tubuh Intan.
Intan yang mulai merasa tubuhnya tergoncang lalu bangun dari tidur nya.
"Ibu, bapak, hiks...hiks.. Bu Intan mimpi buruk lagi Bu, kasihan Mas Setia Bu!" ucap Intan kembali menangis sambil memeluk Bu Wati.
"Ada apa nak? Apa yang kamu mimpi kan? Kenapa dengan mas mu?" cecar Bu Wati tanpa henti.
"Bu sudah toh Bu, Intan saat ini sedang dalam kondisi yang tidak baik, biarkan Intan beristirahat dulu besok pagi baru kita tanyakan lagi," ucap pak Bimo.
"Tapi pak...!" ucap Bu Wati yang ingin mengetahui mimpi dari putrinya.
"ya sudah nak, kamu jangan lagi menangis sebaiknya kamu istirahat lah lagi jangan di pikirkan mimpi itu yah semuanya akan baik-baik saja," ucap pak Bimo menenangkan putrinya.
"Iya pak" jawab Intan.