Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obat
Sebuah mobil berwarna putih berhenti didepan lapangan yang dijadikan tempat ajang MTQ.
Sebuah panggung sudah berdiri, dan hanya tinggal menunggu finishing saja.
Seorang pria berwajah teduh, dengan cahaya yang terlihat diwajahnya, menandakan ia seorang mukmin yang selalu menjaga wudhu-nya, atau disebut tajdidul wudhu, yang artinya menjaga wudhu diatas wudhu, atau tak pernah batal wudhunya.
Melihat kehadirannya. Kedelapan mahasiswa itu menghampirinya. Lalu mengucapkan salam pada sang pria.
"Masuk Buya. Makan dan minum dahulu," ajak Darmadi pada pria itu.
"Terimakasih, Buya sudah makan, dan baru saja selesai, sebelum tadi kemari." tolaknya dengan halus. "Kapan acaranya dimulai?" tanyanya, dengan memperhatikan semua persiapan yang sedang dalam masa pengerjaaan.
"Insya Allah dua hari lagi. Kalau Buya berkenan hadir, kami akan sangat senang," Yudi menyahut.
Pria itu terlihat berfikir sejenak. "Kalau dua hari lagi, Buya tidak bisa, sebab ada pertemuan dengan para dosen. Semuanya Buya percayakan pada kalian, pasti bisa--kan?"
"Insya Allah, bisa, Buya." sahut mereka dengan semangat.
"Alhamdulillah. Semoga berjalan lancar, dan jangan lupa, selalu minta pendapat pada sesepuh dan ulama serta cendikiawan yang ada disini, jangan bersikap gegabah," pesannya pada mereka, dan tersirat sebuah makna dari perkataannya, jika itu adalah wanti-wanti akan sebuah bahaya.
"Insya Allah, Buya," sahut mereka kompak.
"Ya, sudah. Buya permisi. Mau memantau kelompok yang yang lainnya," pria itu mengucapkan salam, dan berpamitan. Sebab ada dua desa lagi yang akan dikunjunginya, dan menjadi tanggung jawabnya, sebagai dosen pembimbing lapangan.
"Emy, dan Andana, kalian kan suka nyanyi, ntar, latih anak-anak untuk qasidah, sebab kelompok KKN sembilan, sebelas dan dua belas daei desa tetangga akan ikut bertanding," pesan Darmadi.
"Kak Fitri saja tuh, dia juga suka nyanyi," sahut Emy.
"Nyanyi apaan, nyanyi dikamar mandi?" sahut Fitri dengan nada bercanda. " Dah, lah. Mending aku didapur, kenyang icip-icip." ia menarik tangan Yuli untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Sebab tadi lagi memasak air, untuk membuat teh manis dan kopi.
Emy dan Andana, terpaksa harus mengajar vokal untuk anak yang akan ikut serta menyanyi qasidah dalam pertandingan MTQ dua hari lagi.
Mereka harus mendapatkan juara, tetapi jika tidak menang, anggap saja ikut berpartisipasi, sebagai bahan laporan kegiatan.
"Kalian gantikan mengajar Makhraj untuk anak-anak yang tadi," Darmadi menunjuk Kiky dan Yudi untuk mengambil alih tugas Emy dan Andana, sedangkan ia sendiri, akan mengurus keperluan lainnya.
Keduanya mengangguk. Lalu kembali pada kegiatannya masing-masing. Diantaranya, anak-anak itu adalah mereka yang ikut les mengaji didusun dekat tempat mereka tinggal.
****
Waktu makan siang telah tiba. Mereka berkumpul disatu tempat. Ada ikan belukang air tawar yang dimasak asam pedas (Ikan sungai yang memiliki tanduk duri dipunggungnya). Telur dadar, dan sayur bening bayam, serta sambal terasi nanas, bahkan acar nenas dan timun yang semuanya terlihat sangat segar dimakan saat cuaca panas.
Semuanya mengambil makannya masing-masing. Rasa lapar mmebuat semuanya terlihat sangat enak. Yayuk mengambil sesendok sambal, namun dengan cepat, tangan Fitri mencegahnya. "Jangan, ini ada nenasnya," gadis itu mengingatkan. Lalu Yayuk mengurungkan niatnya untuk mengambil sambal tersebut.
Sebenarnya ia merasa penasaran, apa rasa sambal nenas itu. Namun, mengingat penyakit yang dideritanya, dan dalam masa pemulihan, maka ia harus mematuhinya, jika tak ingin mengalami hal tragis.
Kiky yang berada disekat Andana, hanya mengambil sepotong telur dadar, dan juga bayam. sebab sisanya adalah makanan yang tak boleh dimakannya.
"Ini sambal, Ky," Emy menyodorkan pada gadis itu, sebab makan tanpa sambal rasanya sangat hampa.
"Terimakasih, Kak. Aku kena asam lambung, takut makan nenas," tolaknya dengan halus.
"Oh, iya. Aku lupa." sahut Emy, lalu menyendok sambal terasi nenas itu ke dalam piringnya, dan menyantapnya.
Mereka semua makan dengan lahap. Sebab sudah disterilkan, jika pemilik racun santau dan keturunannya tidak ada dilokasi tersebut.
Setelah selesai makan siang. Kiky baru mengingat, jika ramuan obat yang harus diminumnya selama tiga hari tertinggal dikos. Ia merasa sungkan jika meminta diantar kembali, sebab jaraknya lumayan jauh.
Ia hanya berdoa, agar diberi kesehatan, dan dalam perlindungan Sang Rabb, dimanapun berada.
Hari mulai tampak sore. Mereka memutuskan untuk kembali kek kos. Mereka meminjam motor Atok Hasyim dan juga Atok Adi. Sedangkan untuk Yudi, ia menumpang dengan salah satu warga yang kebetulan mengantar anaknya ke lokasi MTQ, karena merupakan salah satu panitia juga.
Mereka tiba saat waktu belum memasuki Maghrib. Terlihat mereka sibuk untuk mengejar shalat, termasuk Yudi dan juga Darmadi, yang harus ke mushola, untuk mengumandangkan Adzan dan menjadi imam, meskipun mereka terkadang hanya beberapa jamaah saja. Bahkan hanya tiga makmum, itupun sudah sangat banyak.
Para gadis tidak lagi shalat ke mushola, mengingat untuk menjaga mereka dari bahaya.
Yudi bergegas ke kali. Ia mengambil wudhu dengan cepat, sebab di mushola, tempat wudhunya belum berfungsi dengan benar.
Setelah menyelesaikan wudhu-nya, ia berjalan dengan tergesa-gesa menuju mushola, yang berjarak sekitar dua ratus meter dari rumah kos mereka.
"Bang, Dar, aku duluan," ucapnya dengan suara yang lantang, berharap didengar oleh rekannya.
Saat bersamaan, Darmadi keluar dari rumah. "Udah, samaan saja," ucapnya, dengan langkah cepat, lalu menuju motornya, dan pergi ke mushola.
Ditempat lain. Seseorang sedang meramu racikan yang tak biasa. Semua bahannya terbuat dari berbagai bahan yang sangat berbahaya. Salah satunya bisa ular.
Ia mendapatkan bisa ular tersebut, saat mencari miang bambu muda saat siang tadi. Kemudian ia mencampur bisa ular itu bersama miang, dan mengaduknya dengan merata.
Saat bersamaan, angin bertiup dari bagian utara, lalu terlihat bayangan hitam dalam wujud yang sangat mengerikan dan dengan dua bola mata merah menyala berdiri disisinya.
Tak berselang lama, suara adzan berkumandang, dan menggema didusun yang penuh dengan misteri.
"Aku perintahkan padamu, masukkan racun ini kedalam perutnya, terutama bagian lambungnya. Buat ia mati secara perlahan, jangan terlalu terburu-buru," ucapnya pada sosok yang sangat mengerikan itu.
"Aku akan menjalankan perintahmu, dan kematiannya adalah hadiah untukku," sabut sosok hitam dan bermata merah menyala itu.
"Kerjakanlah, dan jangan.sampai gagal!" ucapnya dengan nada penuh penekanan.
Saat adzan Maghrib berakhir, ia membakar kemenyan, lalu mengasapi mangkuk berisi bisa ular dan juga miang keatas asap, dan membaca mantra.
~Pemilik racun santau ini bukan hanya satu orang. Tetapi ada beberapa orang. Author gak bisa sebutin nama desanya, sebab ini akan menyangkut hal yang sensitif. Akan tetapi, warga mengenal siapa-siapa saja yang memiliki racun Santau, sebab tahu asal usulnya, dan juga tahu ciri-cirinya. Salah satunya kuku jemari tangannya menghitam, sebab disana tersimpan racun tersebut.
entah kenapa aku malah berharap bang darmadi jadian sama andana
semoga cepat ada jalan keluarnya . biar tenang. hidup tentram.. aman ,damai