NovelToon NovelToon
One Night Stand

One Night Stand

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Fatzra

Aruna terjebak ONS dengan seorang CEO bernama Julian. mereka tidak saling mengenal, tapi memiliki rasa nyaman yang tidak bisa di jelaskan. setelah lima tahun mereka secara tidak sengaja dipertemukan kembali oleh takdir. ternyata wanita itu sudah memiliki anak. Namun pria itu justru penasaran dan mengira anak tersebut adalah anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatzra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Raven berlari dari kejauhan, tampak kesusahan membawa ember yang berisi ikan. "Mama, aku dapat banyak ikan hari ini," ucapnya dengan nada terengah-engah.

Aruna dan Julian menggeser tubuh mereka agar tidak terlalu dekat, lalu menoleh ke arah Raven. "Wah, kau sangat beruntung," ucapnya, lalu mengusap lembut wajah putranya itu.

Hari yang sangat menyenangkan untuk Raven. Ia merasa beruntung semenjak ada Julian, hidupnya menjadi lebih berwarna. Merasa seperti mempunyai sosok ayah yang perduli dan sangat menyayanginya.

Beberapa makanan tersaji di atas tikar. Aruna meraih buah apel, lalu mengupasnya. Setelah itu ia memotongnya jadi beberapa bagian, mengulurkannya ke arah Julian. Namun pria itu langsung melahapnya.

Vincent berdehem melihatnya, "Aku iri melihat kalian," ucapnya menatap mereka secara bergantian.

Julian tersenyum, lalu menatap tajam ke arah Aruna. "Apakah kita pasangan yang serasi?" tanyanya, lalu menoleh ke arah Vincent.

"Ya. Tentu saja," jawab Vincent, lalu menyuapkan makanan ke mulutnya.

Hari mulai gelap, mereka menyudahi kegiatan piknik hari ini dan memutuskan untuk pulang. Walaupun hanya sebentar, tapi momen itu sangat berharga. Raven yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, hari ini ia mendapatkan itu.

Setelah sampai di rumah, Raven menyempatkan untuk belajar sejenak. Julian menemaninya, ia memperhatikan cara anak itu belajar. Untuk anak sekolah usianya ia tergolong anak yang pandai. Pria itu menatapnya kagum.

Aruna berjalan mendekati mereka, dengan membawa segelas susu dan secangkir teh hangat di dalam nampan. "Raven, minum susu dulu, ya. Setelah itu tidur, besok lagi belajarnya," ucapnya, lalu menyodorkan secangkir teh hangat ke arah Julian.

Raven hanya mengangguk, lalu meneguk segelas susu itu hingga tak tersisa. "Ayah, ayo temani aku tidur," rengeknya seraya menggoyangkan tangan Julian.

Pria itu tersenyum, mengusap pelan kepala Raven. "Baiklah, tapi janji segera tidur, ya," ucapnya.

"Baik, Ayah."

Julian tersenyum, setiap kali anak itu memanggilnya ayah perasaannya sangat bahagia. Ia mengikuti langkah Raven menuju ranjangnya. Anak itu memegangi tangannya hingga terlelap begitu nyenyak.

Aruna melamun, menyandarkan dagunya ke meja. Ia masih kepikiran, kejadian yang menimpanya di restoran kemarin. Siapa yang berani mengusiknya kali ini? Rasanya tidak mungkin dari orang-orang di sekitarnya. Ia hampir tidak pernah bertemu dengan siapa, pun kecuali ada acara.

Julian melambaikan tangannya di depan wajah Aruna untuk mengejutkannya. Namun, wanita itu masih diam. "Kau memikirkan sesuatu?" tanyanya, lalu menatap wanita itu.

Aruna menoleh cepat, lalu kembali memandang ke depan. "Aku masih kepikiran siapa pelaku teror itu, dan apa motifnya," jawabnya.

Tiba-tiba Julian mendekapnya dari belakang. Bayangan mereka terpantul di cermin besar yang tertempel di dinding. ia memandangi bayangan mereka dengan tatapan tajam. "Kau tenang saja, Anak buahku sedang menyelidikinya!" desisnya.

Aruna menoleh ke arah pria itu, lalu memutar badannya menghadap julian, menatap tajam ke arahnya. "Bagai mana hasilnya?" tanyanya dengan wajah serius.

Julian menggelengkan kepalanya, "Belum tahu, nanti kita cari tahu sama-sama."

wanita itu mendengus menahan emosinya. Ia sangat penasaran siapa yang tega melakukan itu kepadanya. Ia tidak pernah membuat Maslaah dengan siapa, pun. Namun, masih saja ada orang yang tidak suka kepadanya. mungkinkah semua itu ulah seseorang yang merasa tersaingi dengan bisnisnya?

Dengan lembut Julian membelai pipi Aruna. Ia sangat paham perasaan yang di alami wanita itu. Dengan kejadian itu ia berjanji tidak akan membiarkan wanita itu dalam bahaya.

Satu-satunya petunjuk hanya orang-orang kemarin yang. Firasat Julian salah satu dari mereka pasti sengaja masuk ke ruang kerja Aruna dan meletakan bingkisan bangkai itu. Mungkin mereka sengaja bikin kerusuhan agar mengecoh pegawai, supaya tidak ada yang mencurigai mereka.

"Jangan mencemaskan itu, biar semuanya menjadi urusanku!" desisnya dengan menatap tajam ke arah depan. Tanpa sadar tangannya mengepal.

Aruna menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum tipis. "ku serahkan semua padamu," ia menepuk punggung pra itu.

Julian tersenyum miring. "Ya, aku akan membuatnya bertekuk lutut padamu," ucapnya, lalu duduk.

Aruna menaikan satu alisnya. "Bagus,"

Julian menarik tubuh Aruna hingga duduk di pangkuannya. "sekarang kah tidak perlu khawatir tentang apa, pun. Selama masih ada aku di sampingmu," ucapnya dengan nada penuh meyakinkan.

Aruna terkekeh, "Aku justru khawatir kalau kau terus bersamaku. Mungkin lama-lama kau akan membenci aku," ucapnya penuh keraguan.

Julian mengerutkan kening. Ia tidak tahu apa maksud Aruna mengucapkan hal itu, atau semua itu ada kaitannya dengan Raven? kenapa wanita itu senang memberinya pertanyaan yang tidak dapat di jawab. "kenapa aku harus membencimu, bagai mana kalau sebaliknya. Kau yang akan membenciku?"

Aruna terkekeh. "Kau pikir sekarang aku tidak membencimu?" tanyanya, lalu berdiri melipat tangannya ke dada.

Julian tidak menyangka Aruna akan berbalik tanya seperti itu. Ternyata wanita itu masih membencinya. Selama ini ia terlalu percaya diri. Sikap baik Aruna membuatnya salah paham.

Aruna tersenyum, menyentuh lembut pipi pria itu, lalu membungkukkan badannya. Menatap Julian dari jarak yang sangat dekat. "Jangan menatapku seperti itu, aku tidak akan membencimu lagi. kau sudah banyak berbuat baik kepadaku," ucapnya.

Julian mengembuskan napas lega. "terima kasih. Apapun akan kulakukan untukmu dan Raven," ucapnya seraya menggenggam tangan Aruna.

Aruna mengerutkan keningnya. "Kenapa kau rela melakukan apa, pun demi kita?"

Bagai mana harus menjawab pertanyaan Aruna? Ia tidak mengerti hanya saja di dalam hatinya menginginkan mereka tetap aman. Ia tidak mengerti perasaan seperti apa itu.

"Apakah kau mau tahu alasannya?" Julian justru balik bertanya.

Wanita itu menganggukkan kepalanya. Ia harus tahu bagai mana seseorang tiba-tiba perduli terhadap mereka, yang ia takuti ada maksud tertentu dari pria itu. Bagai mana, pun ia tetap harus waspada.

Ponsel Julian bergetar di dalam sakunya. Ia mengambil benda pipih itu, lalu menggulir layarnya. sebuah video berhasil di terimanya dari anak buah yang ia tugaskan untuk menyelidiki teror di restoran Aruna. Pria itu menelan video rekaman cctv itu.

"Lihat ini, kau kenapa orang ini?" tanya Julian mengulurkan ponsel itu ke Aruna.

Aruna membulatkan matanya melihat dengan jelas orang yang ada di video tersebut. Ia menggeleng pelan. Namun, wajahnya menyimpan kemarahan. "Aku tidak tahu siapa dia. Wajahnya di tutup masker," ucap ya.

pria itu menarik kembali ponselnya, lalu melihat ulang video itu. Dan benar saja orang yang masuk ke ruangan Aruna menggunakan masker. Tanpa sadar ia mengepalkan tangannya. "Biar ku usut tuntas, kasus ini. Siapapun itu aku tidak akan membiarkannya lolos. Kau harus hati-hati dengan orang asing sekalipun itu pelangganmu," ucapnya.

Aruna menganggukkan kepalanya. "Omong-omong, kau tidak mau pulang? Hari sudah larut,"

Julian terkekeh. "jadi kau mengusirku?" tanyanya seraya menatap lekat Wajah Aruna.

"Tidak, bukan seperti itu, tapi—" belum sempat menyelesaikan ucapannya, pria itu membungkam mulut Aruna dengan kecupan lembut.

Dengan sigap pria itu langsung menggendong Aruna menuju kamar tidurnya. Wanita itu mendorong dada Julian, lalu menatapnya. "Kau mau apa?" tanyanya.

Julian menindih tubuh Aruna, lalu melebarkan selimut untuk menutupi mereka. jantung Aruna berdegup tak beraturan. pria itu mencium mulutnya lebih dalam, dengan gerakan lembut yang masih nyaman

Pria itu menarik tubuhnya, lalu merebahkan diri di sebelah Aruna. "Bibirmu sangat manis, bangunkan aku saat matahari bersinar," ucapnya, lalu memejamkan mata.

Aruna beringsut duduk, mengamati pria itu. "kenapa kau selalu bertindak di luar dugaanku?" tanyanya. Namun pria itu tidak menjawab pertanyaannya, malah menariknya hingga jatuh di pelukannya.

"Astaga!" desis wanita itu.

Aruna merasa canggung denga ulah Julian, akhirat ia tetap di dalam pelukan Julian, hingga pria itu tertidur pulas. Ia berusaha melepaskan diri dari dekapan tangan pria itu. Ia bernapas lega karena berhasil. Lengan kekar itu lumayan berat.

Ponsel Julian bergetar beberapa kali, awalnya Aruna mengabaikannya, lama-lama ia penasaran, lalu mengambilnya dari saku kemeja pria itu.

Banyak sekali pesan masuk, juga panggilan tak terjawab. "Celine?"

1
Fatzra
Halo semuanya, terima kasih yang sudah membaca cerita ini. jangan lupa follow + like+ komen, ya. biar Author semangat updatenya 🥰
Terima kasih.
Ritsu-4
Datang ke platform ini cuma buat satu cerita, tapi ternyata ketemu harta karun!
Sterling
Asik banget bisa nemuin karya yang apik seperti ini.
Murasaki Kuhouin
Jauh melebihi harapanku.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!