NovelToon NovelToon
CARA YANG SALAH

CARA YANG SALAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Playboy / Selingkuh / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: syahri musdalipah tarigan

**(anak kecil di larang mampir)**

Di tengah kepedihan yang membungkus hidupnya, Nadra mulai menjalani hari-hari barunya. Tak disangka, di balik luka, ia justru dipertemukan dengan tiga pria yang perlahan mengisi ruang kosong dalam hidupnya.

Arven, teman kerja yang selalu ada dan diam-diam mencintainya. Agra, pria dewasa berusia 40 tahun yang bersikap lembut, dewasa, dan penuh perhatian. Seorang duda yang rupanya menyimpan trauma masa lalu.

Dan Nayaka, adik Agra, pria dewasa dengan kepribadian yang unik dan sulit ditebak. Kadang terlihat seperti anak-anak, tapi menyimpan luka dan rasa yang dalam.

Seiring berjalannya waktu, kedekatan antara Nadra dan ketiga pria itu berubah menjadi lingkaran rumit perasaan. Mereka saling bersaing, saling cemburu, saling menjaga namun, hati Nadra hanya condong pada satu orang: Agra.

Keputusan Nadra mengejutkan semuanya. Terutama bagi Nayaka, yang merasa dikhianati oleh dua orang terdekatnya, kakaknya sendiri dan wanita yang ia cintai diam-diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syahri musdalipah tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Dia berharga Untukku

Pagi hari, di ruang kerja lantai dua perusahaan milik keluarga besar Wiratama. Ruangan itu serba putih, dinding, sofa, bahkan meja kerjanya. Nuansa minimalis yang tenang namun elegan, mencerminkan karakter pemiliknya. Cahaya matahari menyusup pelan dari balik tirai, menyinari sosok Agra yang tengah terbaring lemas di sofa empuk. Satu tangannya diletakkan di atas kening, sementara matanya kosong menatap langit-langit, seolah ada ribuan pertanyaan hidup yang belum terjawab.

Di sudut ruangan, berdiri seorang pria berkacamata dengan setelan santai, Razan. Ia sedang memutar gelas kopi di tangan, lalu bersandar santai di ambang jendela besar.

"Ah, gimana kabarnya hari ini gadisku," gumam Razan pelan namun sengaja terdengar.

Agra masih diam. Razan melirik, tersenyum geli, lanjut menyindir,

"Sudah mandi belum dia, ya? Sudah sarapan atau masih mikirin laki-laki ganteng kayak aku?" Ia mendekat dan duduk di sisi sofa, bersedekap santai.

"Gadisku yang rambutnya acak-acakan tapi senyumnya bikin jantung meledak. Aku sangat merindukannya." Razan mendesah dramatis, lalu melirik Agra dengan tatapan menggoda.

"Gimana? Aku udah bacain isi kepalamu belum?"

Agra hanya mendengus pelan, satu alisnya terangkat.

"Bisa gak, satu pagi aja kamu gak jadi penyair absurd?"

Razan terkekeh. "Gak bisa. Karena kalau aku diem, kamu makin dalam tuh terjerumus ke jurang khayalan Nadra."

Agra menurunkan tangannya dari kening, menatap kosong ke arah meja kerjanya yang penuh dokumen.

"Zan, kamu pernah suka sama seseorang, tapi tahu kalau kamu gak boleh jatuh cinta ke dia?"

Razan menaikkan satu alis. "Itu pertanyaan retoris atau butuh jawaban jujur?"

Agra hanya menarik napas panjang. "Dia terlalu muda. Terlalu polos, dan yang paling berat, dia dekat dengan Nayaka."

"Oh, jadi sekarang bukan cuma suka, tapi udah mulai mikirin Nayaka juga?" Razan mengangkat kedua tangannya. "Wah, wah, cinta segitiga nih ceritanya. Mau dibikin soundtrack-nya sekalian?"

Agra menatap Razan tajam, tapi senyum tipis menyelip di wajahnya.

"Kalau kamu gak sahabatku, mungkin dari tadi udah ku lempar pakai majalah tebal."

"Kalau kamu gak seserius itu, mungkin dari tadi udah nyuruh kamu nembak si Nadra."

Agra menghela napas. Wajahnya menegang lagi.

"Aku bingung, Zan. Dia terlalu berharga. Tapi kalau aku mundur, aku takut dia jatuh ke tangan yang salah."

Razan mendongak, suaranya kini lebih tenang, tidak lagi menggoda.

"Kalau kamu yakin dia berharga, jangan cuma nunggu atau sembunyi. Karena orang yang kamu anggap salah itu bisa lebih dulu jadi rumah buat dia."

Agra kini duduk tegak, punggungnya bersandar di sofa yang empuk. Ia mengambil cangkir berisi kopi yang sejak tadi hanya menguap di atas meja. Sementara Razan ikut duduk di sofa seberang, menyilangkan kaki dengan santai, wajahnya sudah menyimpan seribu niat untuk menggoda.

Tatapannya jatuh pada sisi wajah Agra yang terlihat agak lebam, memerah, bahkan ada semburat biru samar di bawah mata. Dengan nada iseng, ia bersuara.

"Hmmmm, tunggu sebentar. Ini wajahmu kenapa? Kena tinju Tyson?"

Agra menyeruput kopinya pelan, lalu meletakkannya di atas meja kaca. Ia mendesah, malas menjawab.

Razan makin penasaran, menyipitkan mata. "Jangan-jangan, kamu berantem sama Nayaka?"

Agra mengangguk pendek. "Dia nyuruh aku untuk menjauhi Nadra?"

Mata Razan langsung membulat, lalu tertawa keras. "HAHAHAHA!"

Agra melirik tajam. "Apanya yang lucu?"

Razan mengangkat satu tangan, berusaha menahan tawanya yang semakin menjadi.

"Kalau aku jadi Nayaka, sumpah demi tumpukan faktur pajak di meja ini, aku juga bakal ngelarang!"

Agra mendengus, mengambil majalah di atas meja, tangannya menggantung di udara.

"Kamu niat minta dilempar, ya?"

Tapi Razan tetap tak gentar. Ia bersandar santai, bersiap menambah minyak ke api.

"Coba deh kamu pikir. Nadra itu tujuh belas tahun, masih bau bedak bayi! Sementara kamu, Gra." Ia menunjuk wajah Agra, lalu dada, lalu kepalanya, sok dramatis. "Kamu itu udah masuk kepala empat. Kepala empat, Gra! Kamu cocoknya bukan jadi pacarnya, tapi jadi Papa, atau kakeknya!"

Agra mengangkat majalah lebih tinggi, matanya mengecil.

Razan buru-buru mengangkat kedua tangan. "Oke, oke, damai! Tapi serius, kalau kamu boncengin Nadra pakai motor, orang bisa mikir itu anak kamu pulang dari bimbel."

Agra menjatuhkan majalah pelan ke pangkuan, menggeleng kecil, namun sudut bibirnya tertarik juga membentuk senyum.

"Kamu tuh nggak ada rem ya?"

"Aku cuma jujur. Tapi ya, jujur itu tanda sayang." Razan mengangkat alis dua kali dengan gaya sok manis.

Agra menghela napas panjang, lalu bersandar kembali.

"Lucu ya. Di usia segini, aku baru ngerasain jatuh cinta yang benar-benar bikin bingung."

Razan tersenyum lembut, nadanya mulai lebih tenang.

"Itu namanya jatuh cinta yang tulus, Gra. Tapi yang jangan lupa, mencintai orang yang jauh lebih muda itu harus seratus kali lebih sabar dan seribu kali lebih ikhlas."

Agra mengangguk pelan.

Razan menepuk dadanya, sok bijak. "Kalau butuh tempat curhat, aku siap. Tapi kalau kamu tiba-tiba mau beli mainan boneka buat Nadra, atau ngajak dia ke wahana anak-anak, aku mundur duluan. Malu aku kalau ketemu orang!"

Agra mendengus, mengambil cangkir kopinya kembali.

"Duduk sana, badut. Nanti aku lempar beneran majalah ini."

"Tenang, paman." Sahut Razan, lalu menyandarkan tubuhnya sambil bersiul pelan.

Razan tak lagi bercanda. Senyum isengnya menghilang, digantikan oleh sorot mata tajam penuh pertimbangan. Ia duduk lebih tegak, menyandarkan kedua sikunya di lutut, lalu menatap Agra dalam-dalam.

"Gra," suaranya pelan tapi mantap. "Aku tahu perasaan nggak bisa dikendalikan. Tapi sadar nggak, mantanmu itu siapa?"

Agra menoleh perlahan.

Dahi Razan berkerut. "Dia seorang Influencer, model dari keluarga terpandang. Foto-fotonya di Paris, Dubai, Milan, semua jadi sorotan. Dan sekarang? Kamu jatuh cinta sama gadis biasa, pelayan kafe, dari keluarga bawah, bahkan yatim piatu."

Agra tak menjawab. Hanya memejamkan mata sejenak.

"Kamu pikir keluargamu bakal terima?" lanjut Razan. "Kamu pikir orang-orang nggak bakal mengulti Nadra habis-habisan di internet? Foto masa lalunya, keluarganya, rumahnya. Semua bakal dibongkar. Mereka nggak peduli kalau dia baik atau tulus. Yang mereka lihat cuma satu, bahwa dia bukan dari kasta kita."

Agra akhirnya membuka matanya, pandangannya tajam. "Aku tahu."

"Kamu tahu, tapi kamu siap?" Razan bertanya mantap. "Kamu siap kehilangan semua privilese yang kamu punya? Nama besar keluarga Wiratama? Akses ke jaringan bisnis, koneksi sosial? Kamu siap dicoret dari hak waris?"

Agra mengangguk pelan, tapi penuh keyakinan.

"Sudah aku pikirkan semuanya," ucapnya tenang. "Aku tahu Nadra bukan siapa-siapa. Tapi mungkin itu alasan kenapa dia lebih nyata dari semua wanita yang pernah aku temui." Ia menyandarkan tubuhnya ke sofa, memandang langit-langit ruangan putih itu.

"Aku juga tahu, semua ini bisa jadi bumerang. Tapi aku nggak hidup untuk jadi boneka keluarga besar. Aku udah lama nggak menggantung hidup dari nama belakangku."

Razan menyipitkan mata. "Maksudnya?"

Agra tersenyum tipis. "Selama dua tahun terakhir, aku bangun perusahaan sendiri. Diam-diam, di luar nama Wiratama. Tim, modal, dan struktur legalnya semua aku pegang. Nggak ada sangkut paut sama sekali dengan keluarga."

Razan tercengang. "Serius?"

Agra mengangguk. "Aku tahu, suatu hari mereka bakal menututku pilih jalur hidup sesuai maunya mereka. Jadi aku bangun cadangan hidupku sendiri. Aku siap, kalau harus keluar dari bayang-bayang nama keluarga."

Sejenak hening menyelimuti ruangan.

Razan menghela napas panjang. "Kamu benar-benar udah sejauh ini."

Agra menoleh, matanya tenang namun bersinar.

"Karena ini bukan cuma tentang cinta, Zan. Ini tentang keinginan untuk hidup jadi manusia utuh bukan boneka warisan."

Razan berdiri, menepuk pundak sahabatnya itu. "Kalau kamu yakin, maka kamu nggak sendirian."

Agra tersenyum.

Bersambung....

1
Elisabeth Ratna Susanti
top banget seruuu Thor 👍🥰
Elisabeth Ratna Susanti
maaf flu berat jadi telat mampir
Pengagum Rahasia
/Sob//Sob//Sob/
Pengagum Rahasia
Agra begitu sayang sama adeknya, ya
Syhr Syhr: Sangat sayang. Tapi kadang adeknya nyerandu
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Oh, jadi asisten ingin genit genit biar lirik Agra. Eh, rupanya Agra gak suka.
Syhr Syhr: Iya, mana level Agra sama wanita seperti itu 😁
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Apakah ada skandal?
Syhr Syhr: Tidak
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Agra sedetail itu menyiapkan semua untuk Nadra. /Scream/
Pengagum Rahasia
hahah, karyawannya kepo
Syhr Syhr: Iya, hebring
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Kapoklah, Nadra merajok
Syhr Syhr: Ayo, sih Om jadi bingung 😂
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Yakin khawatir, nanti ada hal lain.
Pengagum Rahasia
Ayo, nanti marah Pak dion
Syhr Syhr: Udah kembut Nadra, pusing dia
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Abang sama adek benar benar sudah memiliki perusahaan sendiri.
Pengagum Rahasia
Kalau orang kaya memang gitu Nad, biar harta turun temurun
Syhr Syhr: Biar gak miskin kata orang².
Syhr Syhr: Biar gak miskin kata orang².
total 2 replies
Pengagum Rahasia
Haha, jelas marah. Orang baru jadian di suruh menjauh/Facepalm/
Pengagum Rahasia
Udah Om, pakek Duda lagi/Facepalm/
Syhr Syhr: Paket lengkap
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Kekeh/Curse//Curse//Curse/
Pengagum Rahasia
Mantab, jujur, polos, dan tegas
Syhr Syhr: Terlalu semuanya Nadra
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Cepat kali.
Pengagum Rahasia
Agra memang bijak
Pengagum Rahasia
Agra type pria yang peka. Keren
Syhr Syhr: Jarang ada, kan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!