LARA

Satu minggu telah berlalu, seperti biasa Dara selalu berangkat ke kantor di pagi hari.Dan selama satu minggu terakhir ini entah kenapa sang bos selalu bersikap baik terhadap dirinya, yang biasanya jutek entah kenapa dia selalu membuat Dara merasa di hargai dan di anggap ada.Entah kenapa rasa nyaman pun mulai ada di antara keduanya, yang tadinya canggung dan kaku sekarang seperti tidak ada jarak di antara keduanya.

Dara pun tanpa ragu menceritakan permasalahan yang terjadi dengan dirinya, Alan pun siap membantu Dara untuk keluar dari semua masalahnya.

Dara pun tidak jadi menggunakan uang yang di tawarkan sahabatnya itu, sebab Alan yang akan menanggung semuanya dengan satu syarat. Dara akan membayar nya di potong Dari gaji yang di Terima nya, sebab Dara tidak mau menerima bantuan dengan cuma-cuma. Hal itu pun di setujui okeh kedua belah pihak, dengan cara itu pula Alan bisa mencari tahu lebih dalam lagi tentang Dara.

Menurut hati kecil Alan bahwa Dara itu adalah putri kecil yang selalu dia temenin,saat pulang sekolah dan belum di jemput oleh kedua orang tuanya.

Alan akan setia menunggu nya sampai ada yang menjemput, sayang hal itu tidak berlangsung lama. Ada satu hal yang membuat Alan bertanya-tanya,kemana putri cantik yang selalu duduk di bangku menunggu jemputan,! saat itu dia memberanikan diri untuk bertanya terhadap salah satu pengajar yang ada di sanah. Dan ternyata sudah pindah sekolah, Alan pun merasa kehilangan sosok putri cantik yang selalu di temani nya setiap hari. Mau mencari juga bingung dia juga pada saat itu masih kecil balum tahu apapun.

Hari ini seperti biasa Dara bekerja dengan baik, meskipun terkadang dia merasa pusing oleh perintah bos nya yang tidak masuk akal dan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Tetapi Dara selalu menuruti keinginan bos nya untuk mencari aman.

"Dar... hari ini temenin saya bertemu klien jam tiga sore di kafe! " kata sang bos sambil berdiri di hadapan Dara.

"Bukan nya Bapak akan pergi ke sanah bareng pak Toni dan itu tidak ada hubungannya dengan saya pak! " Jawab Dara.

"Yang bos di sini itu siapa! Saya atau kamu? " Tanya Alan terhadap Dara, dan hal itu membuat Dara menundukkan pandangan nya sambil menjawab dengan nada bicara yang lembut"Bapak"

"Jika sudah tahu, kamu nggak usah protes cukup ikuti apa yang saya bilang" kata Alan dengan nada bicara yang penuh dengan penekanan.

"Baik Pak! " jawab Dara sambil menunduk.

"Setelah beres apa yang sedang kamu kerjakan, jangan lupa buatkan saya kopi udah ngantuk ini rasanya" kata Alan sambil pergi berlalu meninggal kan Dara.

Setelah beberapa saat Dara pun sudah selesai dengan semua pekerjaan nya, dia pun segera bangkit dari duduknya lalu pergi untuk menuju pantry untuk segera membuat kopi atas permintaan bosnya. Entah kenapa Alan tidak mau minum kopi jika itu bukan Dara yang membuat nya. Entah rasa kopi nya yang enak atau yang membuat kopi itu yang spesial, yang menjadikan kopi begitu nikmat saat di minum.

Dara sudah selesai membuat kopi, lalu di antar ke ruangan Alan. Setelah berada di depan pintu Dara pun mengetuk pintu dan di persilahkan untuk segera masuk, Dara menyimpan kopi di hadapan Alan.

"Pak kopi nya" Kata Dara setelah meletakkan kopi di hadapan sang Bos.

"Terimakasih" Jawab Alan tanpa melihat ke Dara, Dara berniat untuk segera keluar dari ruangan Alan, tetapi niatnya selalu terhalang oleh modusnya pak Bos.

Baru juga Dara di depan pintu, untuk segera melangkah ke luar "Mau ke mana kamu? siapa yang menyuruh keluar? " kata Alan sambil menatap Dara dengan tatapan tajam.

"Keluar Pak! kan sudah selesai" jawab Dara.

"Eh kata siapa tugas kamu selesai!ucap Alan.

" Kan tadi bapak hanya bilang membuat kopi "jawab Dara.

" Itu beresin file, kamu urutkan berdasarkan tanggal bulan dan tahun, saya pusing melihat nya berantakan"Perintah Alan sambil menunjuk ke arah lemari yang ada di ujung ruangan, di mana lemari itu tempat penyimpanan arsip dan surat-surat berharga lainnya.

"Baik Pak.. " jawab Dara sambil berjalan perlahan menuju lemari yang ada di ujung ruangan.

Dara pun membuka lemari itu, yang menurut dia itu masih tersusun dengan rapih terus apa yang harus di rapihkan.Dara sangat bingung harus memulai nya dari mana, malah dia takut membuat semua file yang tersimpan di sanah menjadi berantakan.

Dengan memutar otaknya Dara pun mempunyai ide, agar terlihat bekerja. Dia keluar kan semua map yang berisi file tetapi tidak ada yang di keluarkan dari dalam map tersebut, lalu dia susun kembali semua map tersebut. Mungkin terlihat lebih rapih atau sama saja seperti sebelumnya, Alan yang selalu mencuri pandang hanya mampu tersenyum. Ketika melihat Dara seperti itu, dia sangat suka terhadap seorang wanita yang penurut dan kerja keras.

Setelah beres Mira pun meminta ijin untuk segera keluar dari ruangan Pak Bos

"Pak, sudah selesai! apakah saya bisa kembali ke ruangan, lagi pula ini sudah waktunya istirahat" ucap Dara, meminta Ijin Pak Bos.

"Baiklah... silakan kembali ke ruangan kamu" Kata Alan mempersilahkan Dara untuk kembali ke ruangan nya.

Setelah di beri Ijin Dara pun kembali ke ruangan nya, di mana dia akan segera keluar bersama Winda. Mereka akan makan siang bersama dan Winda itu selalu semangat jika soal makan.

Dara pun bergegas keluar dari ruangan nya untuk segera menemui Winda, Cacing di perut Winda sudah menari-nari makanya dia menyuruh Dara lebih cepat tidak lelet.

Setelah Dara sampai di lantai bawah di Mana Winda sudah menunggu nya, dan Winda sudah mulai kesal terhadap sahabat nya itu yang selalu saja lelet dan nggak pernah semangat soal makanan.

"Kamu itu ya, nggak pernah berubah ku kira setelah jadi sekretaris bos nggak lelet lagi" Kata Winda kesal, dia majukan bibirnya.

"Ya elah telat dikit doang, suruh tunggu dulu lah sama cacing di perut kamu! " kata Dara sambil tertawa kecil.

"Ayo berangkat" ajak Winda.

Sekarang Winda sudah bisa membawa kendaraan sendiri, jadi ke kantor pun dia dengan membawa kendaraan sendiri dan hal ini membuat Mira ikut senang. Sebab ada yang antar jemput dirinya ke kantor.

Dan keduanya pun segera menuju parkiran di mana Winda memarkirkan kendaraan nya.

Setelah beberapa saat Mereka berdua sudah sampai di parkiran, di mana mobil milik Winda terparkir di sanah.

Winda dan Dara pun masuk ke dalam kendaraan yang sama, dengan perlahan Winda pun melajukan kendaraan nya dengan perlahan.

Kafe yang mereka tuju pun rada sedikit jauh, dalam perjalanan pun, kedua sahabat itu tidak hentinya tertawa, mereka saling bertukar cerita.

Setelah beberapa saat di perjalanan akhirnya mobil pun sudah berhenti di parkiran kafe, Dara dan Winda pun keluar.