3 tahun menikah, Yusuf selalu bersikap dingin terhadap Hazel.
namun saat Hazel memutuskan untuk pergi, Yusuf seperti orang gila mengejar cinta sang istri mati-matian.
Ikuti kisahnya hingga akhir ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih peduli
"Tuan, kita sudah mengikuti nyonya Hazel seharian? Sampai kapan kita akan bersembunyi seperti ini? Apa anda tidak ingin menemui nyonya secara langsung dan mengatakan pada nyonya kalau anda tidak suka melihat nyonya jalan dengan pria lain?"
Tyo memberanikan diri bertanya setelah seharian bertahan dengan kekonyolan tuan Yusuf, yang sampai rela cosplay menjadi detektif dadakan dan mengikuti nyonya Hazel kemanapun wanita itu pergi.
"S-siapa bilang aku mengikuti dia? Kebetulan saja aku sedang ada urusan di sekitar sini!" Yusuf tetap berkilah walaupun setiap gerak-geriknya sudah terbaca dengan jelas.
"Baiklah, anggap saja keberadaan kita dengan nyonya Hazel di tempat ini adalah kebetulan." Tyo menghela nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Tapi bagaimana dengan kebetulan yang terjadi di Mall, butik, toko perhiasan dan salon kecantikan khusus wanita? Apa semua pertemuan dengan nyonya Hazel saat itu juga kebetulan?" tanya Tyo dengan nada meledek.
"Ya, itu semua hanya kebetulan!" pekik Yusuf dengan rahangnya yang mengeras, jangan lupakan sorot matanya yang tajam seperti mata elang, seakan bisa menusuk sampai ke jantung Tyo.
Ucapan Yusuf tak bisa dibantahkan.
Glek!
Tyo hanya bisa menelan salivanya dengan susah, tak berani berkata-kata lagi. Kepalanya tertunduk disertai kakinya yang gemetar karna ketakutan.
Takut akan ancaman tuan Yusuf yang selalu mengancam akan memecatnya.
Suasana hening sejenak, hanya deru suara mesin mobil yang berlalu lalang saja menguap di udara.
"Maaf tuan, saya tidak bermaksud untuk menasehati anda." ucap Tyo setelah cukup lama terdiam.
"Tapi menurut saya, jika anda ingin mendapat simpati dari nyonya Hazel, akan lebih baik jika anda tidak bersembunyi lagi. Tunjukan saja pada nyonya Hazel dan seluruh dunia kalau anda adalah sosok suami yang perhatian. Bukankah yang nyonya Hazel inginkan hanyalah perhatian dari anda." ujar Tyo panjang lebar.
"Tau apa kau! Ucapanmu itu seolah kau berpengalaman dalam hal seperti ini!" bibir yusuf mencebik. Meremehkan nasehat sang asisten yang bahkan tidak pernah terlihat memiliki seorang kekasih.
Tyo hanya bisa menghela nafas berat seraya mengelus dadanya dengan sabar.
"Dimana Hazel? Gara-gara terus berbicara dengan Tyo aku jadi kehilangan Hazel dan pria itu!" batin Yusuf. Netranya menyapu ke sekitar, mencari dimana sosok sang istri berada.
Wajah Yusuf terlihat gusar, takut sekali jika Hazel dan pria itu akan berbuat yang tidak-tidak.
"Nyonya dan aktor tampan itu sudah masuk ke dalam kaffe di seberang sana, apa anda ingin ikut masuk juga tuan?" ucap Tyo yang seakan bisa membaca isi kepala tuan Yusuf.
"Ck. Kau itu sok tahu sekali! Siapa bilang aku mencari mereka. Sejak tadi aku memang sudah berencana akan pergi ke kaffe di seberang sana kok." Kilah Yusuf.
Kemudian pria itu mulai melangkahkan kakinya ke arah kaffe yang didatangi Hazel dan Tommy beberapa saat yang lalu.
"Dasar gengsian." cibir Tyo nyaris terdengar seperti berbisik.
Pria itu mengikuti langkah tuan Yusuf dari belakang. Bibirnya terkatup berusaha menahan agar tawanya tidak pecah.
***
***
"Hazel, kau mau pesan apa?" Tommy menyodorkan buku menu ke hadapan wanita berambut panjang yang duduk di sebelahnya.
"Apa saja, aku orangnya gak pemilih kok." balas Hazel tanpa menatap buku menu di hadapannya.
Fokus Hazel tertuju pada dua orang pria yang duduk di sudut lain kaffe tersebut. Postur tubuh dan gerak-gerik kedua pria itu terasa tidak asing.
"Itukan mas Yusuf dan asistennya, apa mereka berdua mengikutiku?" batin Hazel.
Yusuf dan Tyo yang merasa terus diperhatikan oleh Hazel hanya bisa menyembunyikan wajah mereka di balik buku menu.
"Karna mas Yusuf sudah repot-repot mengikutiku sampai di sini, aku tidak boleh membuat dia kecewa. Aku akan membuktikan pada mas Yusuf kalau aku sudah meemukan pengganti dia." sudut bibir Hazel terangkat ke atas.
"Cuaca hari ini cukup panas, bagaimana kalau kita pesan ice cream saja?" Tommy menyarankan dengan antusias.
"Ide bagus, kita pesan satu ice cream saja untuk kita berdua. Supaya lebih romantis." balas Hazel, tangannya bergelayut manja di lengan kekar Tommy.
"Rupanya kau cukup agresif juga, tapi aku suka." Tommy menekan ujung hidung mancung Hazel dengan gemas.
Tangan Yusuf terkepal erat melihat pemandangan tersebut. Hazel tersenyum puas karenanya.
"Hazel apa kau menyukaiku?" sikap Hazel yang manis membuat Tommy memiliki keberanian bertanya seperti itu.
"Tentu saja aku menyukaimu, kau sangat tampan." balas Hazel diiringi senyuman manisnya.
"Apa kau mau jadi pacarku?" Tommy mengatakan semua itu atas dorongan dari hatinya, tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan.
Hazel terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Semuanya terjadi terlalu cepat. Tapi diamnya Hazel membuat Tommy semakin berani mendekati wanita cantik itu.
"Tommy aku permisi ke toilet sebentar ya." pamit Hazel saat Tommy mencoba mencium bibirnya.
Terus mendapat kata-kata manis dari wanita secantik Hazel, membuat Tommy berpikir kalau Hazel benar-benar menginginkannya.
"Jangan lama-lama ya, aku akan menunggumu di sini." balas Tommy. Ada rasa bersalah yang tiba-tiba merasuk kala mendapat penolakan dari Hazel.
"Hem," Hazel menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Kemudian kaki jenjang wanita cantik itu mulai melangkah menuju arah toilet.
"Gara-gara mas Yusuf aku jadi seperti ini!" Hazel mencuci wajahnya agar pikirannya kembali jernih.
"Kenapa aku harus bersikap sampai sejauh ini?! Kenapa juga aku harus merendahkan diriku sendiri hanya untuk membuat mas Yusuf cemburu? Apa aku masih peduli padanya?" Hazel menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin dengan perasaan gamang.
"Aku harus menjelaskan pada Tommy kalau aku tidak benar-benar menyukai dia. Aku juga harus minta maaf pada Tommy karna secara tidak langsung aku telah memanfaatkan dia hanya agar aku terlihat baik-baik saja di depan mas Yusuf." Hazel berkata pada dirinya sendiri.
Setelah perasaannya sedikit tenang, Hazel keluar dari toilet karna tak ingin membuat Tommy menunggu terlalu lama.
Grep!
Langkah Hazel terhenti kala sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang.
"Lepaskan aku? Dasar mesum!" Hazel berusaha melepaskan pelukan tersebut.
Wanita itu membalikan badannya untuk melihat siapa pemilik sepasang tangan yang telah berani berbuat tidak senonoh terhadapnya.
"Mas Yusuf..."
Cup!
Yusuf membungkam bibir Hazel sebelum wanita itu bisa berkata-kata lagi.
Bersambung