Azura Claire Morea, seorang dokter muda yang terpaksa membuat suatu kesepakatan bersama seseorang yang masih berstatus pria beristri.
Ya, dia Regan Adiaksa Putro, seorang kapten TNI AD. demi kesembuhan dan pengobatan sang ibu Azura terpaksa menerima tawaran sang kapten sebagai istri simpanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penapianoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIMPANAN KAPTEN 15
Berulang-ulang kali ia menanyakan kondisi azura dan beberapa kemungkinan-kemungkinan yang mungkin bisa terjadi pada Elias, dan pria itu menjawab sesuai dengan apa yang dia ketahui.
"Bim, apa kita masih punya cukup waktu sampai pagi?"
"Cukup, tapi untuk mencairkan uang sebanyak itu. Mungkin tidak akan mudah. Satu-satunya cara, kau harus membicarakan hal ini pada bapak bupati, untuk selanjutnya kita atur, bagaimana amannya."
Regan berfikir sejenak, lalu memutuskan untuk pergi ke kota untuk menemui bapak bupati untuk membicarakan tentang hal ini.
Subuh hari, Mereka berangkat. Regan, Sertu Bima dan Elias. Elias merasa sayang melihat pria itu seperti kelimpungan memikirkan nasib azura.
"Kaka, kaka dokter itu... Ko pu istri kah?"
Regan menatap Elias, dan tersenyum miring. "Betul sekali. De tu, ko pu kakak ipar. Jadi... Ko harus bantu kaka, tong selamatkan kaka dokter dia ee?!"
"Bah, gas! Sa bantu kaka ko. Sa yakin, semua akan berjalan baik-baik saja. Kaka ko jang khawatir."
"Sioo, makasih diks!" balas regan sembari menepuk lembut pundak Elias.
Perjalanan satu jam lebih cepat sebab jalanan malam yang sunyi membuat Bima memacu kendaraannya dengan kecepatan penuh.
Berangkat dari pos pukul 2 lebih dan sampai di kota Wamena pukul setengah empat pagi.
"Kapten, kita harus istirahat sebentar di hotel. Sambil menunggu terang," ujar Sertu Bima.
"Ya sudah, kita ke hotel Palimo saja, supaya lebih dekat ke kediaman Bupati."
"Maaf Kapten, sebaiknya kau menemui istrimu. Dia sedang berada disini kan? Sekalian jelaskan, bahwa kau akan sangat sibuk beberapa hari ini, jadi sebaiknya dia tetap disini. Tidak usah kembali ke Pos," terang Sertu Bima.
"Ehh, betul juga. Saya sampai lupa kalau Ratu ada disini. Ya sudah, kalian pesan kamar di hotel yang sama, biar lebih mudah."
Mereka segera memesan kamar di hotel yang sama dengan hotel yang Ratu tempati saat ini. Setelah check in, Regan yang sudah tahu kamar tempat Ratu menginap, segera berjalan ke sana, meninggalkan kedua anak buahnya itu.
Setelah tiba di depan pintu, Ia segera mengetuk pintu kamar yang ditempati Ratu.
Setelah beberapa saat, akhirnya bunyi kunci pintu dibuka dari dalam. Pintu perlahan terbuka,
"Ada apa sih Na? gangguin, tau!" ujar Ratu yang mengira asistennya dan sembari mengucek-ngucek matanya, dan tak melihat, sosok yang sedang berada dihadapannya ini.
"Minggir! Aku mau masuk," ujar Regan dengan suara pelan, tapi penuh penekanan.
Ratu membelalakkan matanya, tak percaya dengan apa yang sedang Ia lihat. "Ma-mas, bukannya kamu sudah balik ke pos?"
Regan mengangkat sebelah alisnya dan menatap raut panik Ratu yang terkesan seperti menghalangi jalannya untuk masuk ke dalam kamar.
"Ada apa? Kenapa panik begitu? Ada siapa didalam?" Pertanyaan-pertanyaaan itu, membuat kedua lutut Ratu melemah. Ratu semakin ketakutan.
Regan yang sudah dipenuhi dengan pikiran kalut karena masalah yang Ia hadapi dan lelah karena perjalanan. Tak ingin membuang waktu, Ia segera mendorong tubuh kecil istri yang sudah dinikahinya selama enam tahun itu, dan melangkah masuk ke dalam kamar.
Setibanya di dalam, Ia tercengang dengan pemandangan dalam kamar yang cukup berantakan. Dengan pakaian bertebaran dimana-mana.
Setelah melirik ke ranjang, "Tch, dia pasti sangat kelelahan. Ya kan?"
Flashback Saat di pagi hari.
Ratu terus saja memaksa Regan untuk ke kota dengan dalih, ada yang ingin Ia beli di kota. Dan, Ratu juga mengeluh karena sudah beberapa hari dia tidak dapat tidur dengan nyenyak karena kondisi kasur yang seadanya.
Biar bagaimanapun, Ratu adalah seorang putri dari keluarga kaya yang sudah terbiasa dengan gaya hidup mewah. Tidur dengan peralatan seadanya tanpa AC membuat dirinya kepayahan.
Ratu bisa berada di daerah terpencil itupun, bukan karena keinginannya. Namun, paksaan dari orang tuanya, sebab Regan masih dalam proses penyembuhan paska terluka waktu itu.
Hal ini yang membuat, dia tidak sanggup lagi, menjalankan drama suami istri yang Ia lakukan beberapa hari ini.
Ia akhirnya menyerah, dan ingin kembali ke Jakarta, namun Ia masih harus berada disana, paling tidak seminggu, untuk menunjukkan kesungguhannya, lalu Ia akan kembali ke Jakarta.
Namun yang terjadi saat ini, Ratu sudah tidak tahan lagi, sehingga memutuskan untuk kembali ke kota, agar dapat beristirahat dengan baik dan nyaman.
Selain itu, ada tujuan lain. Pria pemilik hatinya, ternyata mengejarnya ke Papua. Dan disinilah mereka sekarang. Tidur bersama disatu kamar hotel, tanpa sepengetahuan Regan.
Kini, Regan sedang berdiri menatap kekacauan yang baru terjadi didalam kamar itu. Ratu yang tertangkap basah sedang bersama pria pujaan hatinya, tidak dapat berbuat apa-apa.
"Bangunkan Dia!" titah Regan dengan nada dingin, sambil terus menatap pria yang sedang terlelap dalam mimpi indahnya.
Ratu masih saja tak bergeming. Bukan karena Ia tidak mau. Namun, karena dirinya sedang sibuk menetralkan rasa terkejutnya, sehingga dia seperti tidak mendengar, dengan apa yang sedang Regan sampaikan.
Selama enam tahun pernikahan, Ratu sedikitpun tidak pernah menunjukkan sosok pria yang Ia cintai ini didepan Regan. Namun, kata-katanya jelas bahwa dirinya mencintai pria lain, dan regan tidak akan bisa mengubahnya.
Meskipun demikian, tetap saja, istri sah dimata hukum, tertangkap basah sedang berselingkuh dengan pria lain didepan mata suaminya, merupakan kejahatan yang tidak dapat dimaafkan, meski tidak ada cinta diantara mereka.
"Ratu, bangunkan suamimu itu, aku ingin melihat wajahnya!" Ujar Regan, sembari menarik kursi yang ada didalam kamar itu, dan duduk diatasnya, sambil menyalakan sebatang rokok.
Wanita itu tersentak dan segera mendekati ranjang untuk membangunkan prianya. Kursi yang Regan duduki, Ia letakan menghadap ranjang. Sehingga tatapannya yang menyorot tajam bak burung elang, mampu membuat tubuh istrinya itu bergetar karena takut.
Sembari mengisap sebatang rokok, pria tampan yang masih menggunakan sepatu dan topi baseball berwarna hitam itu, tidak memutuskan pandangannya sedikitpun, dari setiap gerakan yang dibuat ratu dan pria yang sedang kelelahan karena baru menikmati surga dunia, bersama istri sang Kapten.
Setelah beberapa kali usaha yang Ratu lakukan untuk membangunkan pria itu, akhirnya Ia terbangun juga. Namun, masih tidak menyadari keberadaan regan disana.
"Ada apa Beb, biarin aku tidur sebentar, nanti baru lanjutin lagi. Aku agak capek." ujar pria itu, sembari berusaha menarik Ratu ke dalam pelukannya.
"dit... Bangun dulu napa!" ujar Ratu yang mulai kesal.
Pria itu segera membuka matanya dan menatap wanita itu. Ratu memberi isyarat tentang keberadaan Regan disana, dan pria itu akhirnya menoleh dan mendapati Regan sedang menatapnya dengan tatapan tak terbaca.
Ia gegas meraih baju dan short, yang diberikan ratu dan segera mengenakannya.
"Aku pikir, anak seorang Gus, tidak akan pernah melakukan hal tak senonoh seperti ini. Ternyata, tch!"
ketus Regan.
Pria itu menatap Regan dengan tatapan permusuhan.
"Aku lebih berhak padanya, sebab dia adalah kekasihku, sebelum kau menikahinya." balas pria itu dengan nada sarkas.
"Aku tidak mempersoalkan hal itu. Kau boleh menyentuhnya sesukamu, aku tidak tertarik dengan wanita yang tidak bisa menjaga marwahnya." ketus Regan tidak kalah nyelekit.
Mereka saling melempar tatapan dingin satu sama lain. Ratu yang berada di tengah-tengah, tidak tahu harus melakukan apa.
"Kalau kau begitu mencintainya, mengapa kau tidak melayangkan surat gugatan cerai padaku? Apa kau tidak yakin dengannya?" ujar Regan sambil tertawa terbahak-bahak.
"Atau kau takut, keluargamu akan jatuh miskin?" tambah Regan, membuat Ratu meremas ujung lingerie tipis yang Ia kenakan.
"Ya sudah, lanjutkan perzinahan kalian. Aku akan memesan kamar lain." ujar Regan sembari berdiri dari dudukannya, dan melangkah ke arah pintu.
"Oh ya, seharusnya kau tidak memaksakan dirimu untuk datang ke sini! Kau sudah membuang-buang waktuku. Dan hentikan drama istri berbaktimu! Kau membuatku mual."
Kini regan sudah berada dekat dengan pintu keluar. Ia berbalik dan melemparkan senyum sinis. "Kau," ucapnya sembari menatap wajah kekasih istrinya.
"Bertanggung jawablah untuk kekasihmu. Nikahi dia!Jangan cuma ingin menikmati tubuhnya. Kau mengejarnya jauh-jauh ke sini, hanya untuk ini?Sungguh menyedihkan. Padahal, kau adalah seorang lelaki. Seharusnya, kau tegas pada wanitamu. Minta kepastian! Suruh dia ceraikan aku, dan membuktikan cintanya padamu. Jangan seperti ini, kau terlihat sangat menyedihkan," Regan tertawa terbahak-bahak dan segera keluar dari kamar dan membanting pintu kamar itu.
Ia segera menelpon Bima dan Elias. Akhirnya mereka berbagi kamar tidur. Hanya untuk satu jam, sambil menunggu pagi.
.
.
.
.
JANGAN LUPA LIKE KOMEN SUBSCRIBE VOTE DAN GIFT HADIAHNYA YA TEMAN-TEMAN ❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹
tambah seru nih