Zhao Jinyue, putri keempat Bangsawan Jing kehilangan segalanya setelah Pangeran Rui—sang suami—mendapatkan gelar Putra Mahkota.
Dia yang seharusnya menjadi Putri Mahkota tidak hanya dikhianati, tetapi juga difitnah dan dibunuh dengan kejam.
Zhao Jinyue pikir kematian tragisnya adalah akhir dari segalanya, tanpa diduga dia malah lolos dari lubang neraka dan kembali di hari Kaisar menjatuhkan titah pernikahan untuknya.
Dengan kenangan menyakitkan yang membekas di ingatannya, Zhao Jinyue mana mungkin bersedia mengulangi kesalahannya dengan menikahi Pangeran Rui dan membiarkan kakak ketiganya menjadi selir samping, bahkan bersedia menyetarakan status mereka.
Di kehidupan ini, Zhao Jinyue akan menjadi wanita yang berbudi luhur di mata dunia. Namun, diam-diam merencanakan pembalasan dan berbalik menaiki kapal Pangeran Runan, musuh bebuyutan Pangeran Rui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Galak dan Penuh Intimidasi
Beberapa hari kemudian, Nyonya Bangsawan Jing membawa Jinyue pergi ke Kuil Luoyan.
Dia ingin memohon berkat dan jodoh yang baik untuk putri semata wayangnya.
Ketika nyonya bangsawan sedang berbincang dengan biksuni, Jinyue berpamitan ingin melihat pemandangan di sekitar kuil.
Namun, dia malah tersesat sampai ke halaman belakang yang terdapat sebuah paviliun terbengkalai.
Jinyue berjalan mendekati paviliun dengan waspada, dia pun membuka pintu yang sudah bobrok dengan bagian dalamnya dipenuhi debu.
Meski menyadari tempat itu terpencil dan cukup menakutkan, Jinyue tetap berkeliling hingga menemukan jalan rahasia menuju ke ruang bawah tanah.
Jika dijadikan tempat bersembunyi, Jinyue yakin tidak akan ada yang mengetahui keberadaannya.
Setelah puas berjalan, Jinyue berniat kembali menemui ibunya agar sang ibu tidak khawatir.
Namun, dia tiba-tiba merasakan ada pergerakan di tumpukan jerami. Dia menoleh dan tersentak kaget ketika mendapati tatapan gelap berbaur dingin tertuju lurus padanya seperti binatang buas yang tengah mengincarnya.
Jantung Jinyue berdetak kencang dan wajahnya pucat karena ketakutan.
Belum sempat Jinyue bereaksi, cahaya dingin menyala dari sebilah pedang telah lebih dulu menempel di lehernya. Dia tiba-tiba merasakan hawa dingin merambat di tulang punggungnya, tubuhnya membeku dan tidak berani bergerak walau setengah inci saja.
Jinyue memandangi pria pucat, tapi tampan di depannya.
Dia adalah pria tertampan di Negara Yangtzhe, bahkan dia tidak akan tertandingi jika bersaing dengan pria dari negara lain.
Jinyue mengenali wajah itu.
Dia adalah Xiao Yuhan, Pangeran Runan yang hanya setia pada Kaisar dan tidak menganggap serius siapa pun. Tidak hanya seni bela dirinya yang hebat, pemikirannya juga tidak dapat diprediksi hingga dia menjadi pemenang di medan perang.
Karena sudah lama berada di medan perang, sekujur tubuhnya memancarkan semangat militer seorang jenderal.
Dia galak dan penuh intimidasi, sehingga tidakcada pejabat sipil dan militer yang berani menyinggung perasaannya.
Pangeran Runan setampan dewa, tetapi dia dewa jahat yang membunuh tanpa berkedip.
'Dialah Pangeran Iblis yang dikabarkan menjadi pemberontak di kehidupan sebelumnya?' Jinyue berusaha keras menahan getaran di hatinya agar tidak membuat tubuhnya menggigil.
'Kenapa dia terluka parah?' Alis Jinyue berkerut dalam, tetapi dia tidak ingin berpikir terlalu banyak.
Terlebih ketika mendengar langkah kaki berantakan yang datang mendekat, Jinyue menjadi panik dan segera berkata, "Sepertinya kamu terluka parah. Saya tahu di mana harus bersembunyi, sebaiknya kita ke sana."
Mendengar kata-katanya, pedang di tangan Pangeran Yuhan sedikit miring, tetapi tetap tidak menjauh dari leher Jinyue.
Menyadari hal itu, Jinyue tahu bahwa Pangeran Runan mempercayainya dan dengan hati-hati menuntun pria itu ke ruang bawah tanah.
Begitu mereka memasuki ruang bawah tanah, sekelompok orang bergegas datang ke paviliun bobrok itu.
"Dia terluka, dia tidak mungkin bisa berlari jauh."
"Cepat cari!"
Mendengar suara dingin mereka yang kental dengan niat membunuh, Jinyue segera menahan nafas.
'Jika ditemukan di sini, bukankah aku juga tidak akan selamat?'
Jinyue ketakutan dan mulai merapalkan doa, berharap dewa berbaik hati membiarkannya lolos dari kejaran maut kali ini.
'Tuhan, dendamku belum terbalaskan. Tolong jangan biarkan mereka mengambil nyawaku.'
Jinyue memejamkan matanya dengan perasaan khawatir dan takut yang membaur menjadi satu, dia baru membuka matanya lagi ketika suara bising itu menghilang dan paviliun kembali sunyi.
Jinyue menghela nafas lega, dia berjalan ke arah pintu dengan hati-hati hanya untuk mengintip.
Setelah merasa cukup aman, Jinyue kembali mendekati Pangeran Runan dan berkata, "Tuan, mereka sudah pergi. Anda bisa keluar."
Jinyue bersikap seolah-olah tidak mengenali Pangeran Runan, bahkan kembalinya pria itu seperti tidak ada hubungannya dengannya.
Pangeran Runan tidak bersuara untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya merangkak keluar dengan susah payah.
Wajahnya pucat, bibirnya tidak berdarah dan dia menatap dingin pada Jinyue.
"Tuan, apa kamu baik-baik saja?"
Pangeran Runan tidak menjawab, dia justru berbalik mengajukan pertanyaan. "Siapa namamu?"
Mata Jinyue yang tidak tertutup cadar berkedip, lalu segera menjawab dengan suara yang jelas. "Namaku Jinyue, sedangkan nama keluargaku Zhao."
Dia memiliki motif egois dengan menyebutkan nama penuhnya.
Bagaimanapun, menyelamatkan Pangeran Runan sekarang sama dengan membuatnya berhutang budi.
Dia akan mengandalkan Pangeran Runan untuk membalas dendam!
Pangeran Runan terkejut mendengar nama yang tak asing itu, tidak menduga penolongnya adalah Zhao Jinyue.
"Baik, aku ingat." Ada senyuman tipis yang menghiasi wajah pucat Pangeran Runan dan itu tidak terlihat oleh Jinyue.
Detik berikutnya, Pangeran Runan melepaskan liontin giok dari pinggangnya dan memberikannya pada Jinyue.
Jinyue terpaku dan menyadari liontin itu terlalu berharga, dia berniat ingin mengembalikannya kepada sang pemilik.
Namun, Pangeran Runan malah pergi begitu saja dengan pedang di tangannya.
Jinyue mengedikkan bahunya tak acuh, lalu menyimpan liontin giok itu sambil bergumam di dalam hatinya. 'Tidak masalah, kita masih punya banyak waktu untuk bertemu lagi dan aku akan mengembalikan liontinmu ini.'
***
"Teh ini sangat panas, kamu ingin membakarku, ya?" Selir Xue meraung marah sambil melemparkan cangkir teh yang baru saja Yi Nan sajikan.
"Maaf, Ibu Selir, saya tidak sengaja." Yi Nan segera berlutut dengan ketakutan, dia bahkan tidak berani mengangkat pandangannya untuk menatap netra Selir Xue yang menyeramkan.
"Hah! Sekarang seluruh ibukota tahu A—Heng telah menikahimu" Selir Xue mendengus sinis. "Karena kau, tak seorang pun bersedia menikahi putraku. Dasar Selir Peng9oda!"
Meski sudah memarahi Yi Nan sejak wanita itu memasuki Istana Bulan dan telah menjadi selir putranya, Selir Xue masih saja merasa belum cukup.
"Aku merasa kesal setiap kali melihatmu!"
Darahnya benar-benar mendidih setiap kali melihat Yi Nan, itu membuatnya teringat pada sosok Jinyue—harta karun yang dibuang putranya dengan sia-sia.
"Pangeran ingin menikah?" Yi Nan terkejut dan tanpa sadar mengangkat pandangannya untuk bersitatap dengan Selir Xue.
"Kalau tidak?" Selir Xue mengangkat sebelah alisnya, lalu berkata dengan sarkas. "Apakah menurutmu putraku akan tinggal bersamamu selamanya dan tidak pernah menikah?"
Yi Nan kembali menundukkan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, tetapi di dalam hatinya jelas tengah merutuk. 'Siyal, aku harus segera hamil!'
'Jika A-Heng belum menikahi istri sah, tapi sudah ada anak dari seorang selir ... apakah masih ada gadis yang bersedia menikahinya?'
Meski tidak semua anggota keluarga kerajaan menganut aturan anak selir diasuh oleh istri sah demi menjaga garis keturunan, stabilitas keluarga, atau bahkan karena alasan politik, tetapi tetap saja sang anak harus memanggil istri sah dengan sebutan 'ibu.'
Itu sebabnya, Yi Nan berkeyakinan bahwa tidak akan ada gadis baik-baik yang rela menjadi ibu bagi anak suaminya dengan wanita lain.
Dia tidak tahu saja, Jinyue tidak pernah berniat mengirimkan gadis baik-baik ke Istana Mige.
Yi Nan diam-diam tersenyum jahat. 'Jabatan istri Pangeran Rui cepat atau lambat akan menjadi milikku
terima kasih