Aqila gadis cantik berusia delapan belas tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan nya di negara Finlandia.
Malam itu untuk merayakan kelulusan nya, Aqila berhasil kabur dari penjagaan ketat para bodyguard milik kakak nya.
Tetapi siapa yang menyangka gadis itu malah kabur ke sebuah night club terkenal di kota tempat ia tinggal dan terjebak oleh sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan?
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Sesuatu seperti apa yang akan menimpah dirinya? Atau mungkin sebuah jebakan?
Note:- Agar mengerti jalan cerita sebelumnya, disarankan membaca karya "Terjebak Cinta Om Mafia Possesive"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-16- Hari pertama yang kacau
Pagi hari telah tiba, di dalam kamar hotel terlihat sepasang manusia yang kini sudah menyandang status sebagai sepasang suami-istri, masih terlelap dalam tidurnya.
Hingga beberapa saat kemudian sang istri yang tak lain adalah Aqila membuka matanya kala merasakan sesuatu berat yang menindih dada nya.
Seketika matanya melotot saat melihat ada kepala yang menindih dada nya, dan dengan gerakan cepat ia mendorong.
"Dasar cabull!" Pekik Aqila seraya bangun.
"Stt.. Sakit sayang" Rintih pelan Bram memijat lehernya yang terasa sakit.
Bagaimana tidak sakit jika tadi Aqila mendorongnya dengan kuat, bahkan tubuh Bram ikut bergeser karena kepalanya yang di dorong begitu kuat.
Aqila berdecak kesal tanpa merasa bersalah sedikit pun, lantas gadis itu hendak beranjak dari posisi duduk nya, tetapi tiba-tiba Bram menahan dan menaruh kepalanya dipangkuan Aqila.
"Kak--"
"Leher ku sangat sakit, sayang. Seperti nya tulang nya bergeser" Potong Bram masih dengan rintihan nya.
"Aku bukan anak kecil yang mudah di bohongi, cepat bangun!" Ketus Aqila.
"Kamu benar-benar jahat pada suami mu"
"Aku tidak peduli, cepat bangun!"
Mata Aqila menatap tajam Bram yang kini tengah menatap dirinya dengan wajah memelas.
"Bangun aku mau mandi!" Ulang Aqila dengan nada geram.
"Baiklah, jangan marah-marah" Bram mengalah dan hendak bangun mengangkat kepalanya.
Krekkk!
"Awww!!" Pekik kesakitan Bram memegang lehernya yang baru saja berbunyi.
Tulang nya seakan bergeser dan saling beradu saat Bram menggerakkan kepalanya. Sedangkan Aqila yang memang tadi mendengar suara itu langsung meringis pelan.
Seketika dirinya merasa bersalah dan wajahnya berubah panik menatap raut kesakitan Bram.
"Kak?" Panggil ragu Aqila.
"Tidak apa" Sahut pelan Bram dan hendak kembali mengangkat kepalanya dari pangkuan Aqila.
"Jangan," Ucap Aqila menahan kepala Bram. "Biarkan seperti ini dulu" Lanjut nya.
Bram menurut seraya memijat pelan bagian lehernya yang terasa nyeri, namun tiba-tiba Aqila menarik tangan Bram dan mengantikan dengan tangan nya.
"Maaf aku tidak sengaja, tadi aku sangat kaget" Cicit pelan Aqila memijat lembut leher Bram.
"Sepertinya mulai sekarang aku harus terbiasa menerima penganiayaan dari istriku sendiri"
"Ishh gak gitu, tadi aku memang benar-benar kaget, jadi refleks dorong kepala kakak"
"Tidak apa" Jawaban singkat itu kembali membuat suasana hening.
Hingga beberapa saat kemudian Bram bergerak memiringkan tubuhnya dengan wajah yang menghadap ke perut Aqila.
"Yang ini sakit" Ujar Bram seraya memegang tengkuk leher nya.
Aqila mengangguk lalu beralih memijat lembut tengkuk leher pria yang saat ini berstatus sebagai suami. Mengingat kata suami seketika Aqila terkekeh pelan.
"Suami? Apa kata ini cocok untuk seorang pria yang tidak aku cintai? Bahkan pernikahan kami pun karena terpaksa"
Batin Aqila tertawa menatap Bram yang kini tengah berbaring dan menjadikan paha nya sebagai bantalan. Tangan nya terus memijat leher Bram sebagai bentuk tanggung jawab.
Tetapi semakin lama Aqila merasakan wajah Bram semakin maju, bahkan hidung pria itu sudah menempel di perut Aqila.
"Jangan macam-macam kak" Peringat Aqila jengah.
"Sesungguhnya menolak keinginan suami itu berdosa, sayang. Tapi karena aku ikhlas jadi gapapa kok" Sahut Bram.
"Jangan membawa-bawa dosa seakan kakak orang suci" Timpal Aqila dengan nada pedas.
"Aku tidak bilang bahwa aku orang suci, tapi seharusnya kamu menyadari dan melakukan kewajiban kamu sebagai seorang istri"
"Aku akan melakukan nya dengan orang yang aku cintai, tidak dengan kak Bram!"
Jawaban yang menusuk hati Bram, tapi pria itu malah terkekeh dan tiba-tiba bangun mengabaikan rasa sakitnya.
"Ini hari pertama kita menjadi sepasang suami-istri lho, apa harus kamu bicara sepedas ini?"
"Walaupun kamu tidak menyukai atau mencintaiku, tapi setidaknya hargai aku, sayang. Aku masih punya hati lho" Celoteh Bram dengan kekehan nya.
Walaupun bibir itu terus mengeluarkan kekehan nya, tetapi mata Bram tidak bisa berbohong. Jujur ia sangat sakit mendengar ucapan istrinya.
Dan siall nya kenapa ia harus se-baper ini? Harusnya Bram sudah biasa mendapat ucapan pedas seperti ini, karena memang sebelumnya Aqila sering berbicara seperti ini.
"Mandi lah, setelah itu turun ke cafe bawah untuk sarapan" Ucap Bram mengusap surai Aqila yang hanya terdiam.
Setelah nya Bram pun langsung beranjak, mengambil kemeja nya yang sempat ia buka dan memakainya seraya berjalan keluar dari kamar itu.
.
.
"Wah jam berapa ini? Lihat lah pengantin kita baru keluar dari kamarnya" Ledek Grey berpura-pura melihat jam ditangan nya saat melihat Bram berjalan mendekati meja khusus yang mereka tempati.
Pukulan pelan langsung Bram layangkan pada bahu kekar pria itu. "Apaan sih boss!" Gerutu kesal Bram.
"Masih menganggap aku sebagai boss mu, tapi kamu berani memukul aku hah?!"
Bram terkekeh, entahlah keberanian dari mana padahal dulu Bram sangat takut dengan Grey, bahkan jika sedang marah saja Bram tidak berani menatap wajah Grey.
"Dimana Qila, Bram?" Tanya Rachel yang sempat mengedarkan pandangan nya mencari putri bungsu nya.
"Qila lagi mandi, Ma"
"Berapa ronde semalam?" Celetuk Alex
Bram tidak menjawab, tetapi ia malah kembali tertawa pelan seraya mengusap-usap leher nya.
"Kamu terlihat sangat kelelahan Bram" Timpal Cris yang melihat penampilan Bram.
"Emm.. Lumayan Yah" Sahut pelan Bram.
"Sepertinya nanti malam aku harus memberikan mu resep milik ku agar tidak mudah kelelahan" Sahut Grey.
"Astaga Grey sudah, kamu gak liat tuh muka Bram sudah seperti kepiting rebus" Sela Arazey.
Seketika tawa mereka langsung pecah dengan tatapan yang terus terarah pada Bram.
"Belum merasakan nikmatnya, sudah dapat ledekan nya" Gerutu Bram dalam hati.
...****************...
*Jangan lupa dukungan nya bunda🤭