Tiba-tiba pernikahan Raka dan Arumi berakhir setelah 1001 malam berlalu.
“Aku sudah menjalani tugas sebagai suamimu selama 1000 hari bahkan lebih dua hari. Sekarang waktunya mengakhiri pernikahan palsu ini.”
Arumi yang sedang merapikan selimut tertegun, berbalik badan lalu menatap lekat kepada Raka yang tengah berjalan ke arahnya.
“Tidak adakah sedikit pun percikan cinta selama kita bersama ?” tanya Arumi dengan wajah sendu.
Raka tidak menjawab hanya menyerahkan amplop cokelat kepada Arumi yang bergetar menerimanya.
“Jangan mempersulit !” tegas Raka dengan tatapan tajam yang menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bisakah Kita Mengulangnya ?
“Rumah siapa ini ? Siapa yang akan kita temui ?”
“Rumahmu. Setelah kita bercerai, semuanya akan jadi milikmu.”
Raka ingin bertanya lagi tapi sudah ada dua orang pelayan menghampiri untuk membantunya turun dari mobil.
“Selamat sore Tuan. Senang melihat anda dalam keadaan sehat,” sapa pelayan yang lebih tua.
Lupa siapa nama pelayan itu Raka hanya menganggukkan kepala sambil mengucapkan terima kasih.
Dibantu Arumi, Raka masuk ke dalam rumah. Pandangannya beredar, menelisik setiap sudut ruangan dan apa saja yang ada di situ.
“Kenapa rumah ini jadi milikku ?” tanya Raka.
“Bagian dari kesepakatan kita. Aku sendiri yang menjanjikannya kalau kamu bisa bertahan sebagai suamiku selama 1000 hari.”
Sekarang mereka sudah berada di ruang tengah. Raka mengedarkan pandangannya bahkan sampai memutar kursi rodanya supaya dapat melihat seluruh ruangan.
“Kenapa tidak ada satu pun foto di rumah ini ?”
“Tidak ada yang perlu diingat dari pernikahan kita jadi aku tidak merasa tidak perlu mengabadikan apa-apa.”
Raka pun menghela nafas. “Kenapa kamu tidak membawaku pulang kemari ? Sepertinya aku lebih suka tinggal di sini daripada rumah yang kita tempati sekarang.”
Mata Arumi membola dan bibirnya menyunggingkan senyum. “Kamu ingat pernah tinggal di sini ?”
“Jujur aku tidak ingat tapi suasananya terasa akrab dalam ingatanku dan lebih nyaman.”
Arumi tertawa. “Kamu bisa mengajak mama, Nindya dan Arman tinggal di sini. Sekarang kita makan dulu.”
Arumi kembali mendorong kursi roda Raka ke ruang makan dan menempatinya di bagian ujung. Seperti biasa Arumi mengambilkan nasi untuk Raka tapi tidak dengan lauk dan sayurnya, semuanya hanya didekatkan supaya mudah dijangkau oleh Raka.
“Sebentar lagi statusmu duda jadi harus belajar melayani diri sendiri, kecuali setelah kita bercerai kamu langsung menikahi Thalia,” canda Arumi smabil tertawa.
“Hhhhmmmm.”
Tanpa banyak bicara Raka menuruti saran Arumi dengan perasaan tidak menentu. Bukan karena ia tidak dilayani tapi setiap kali mendengar Arumi mengucapkan kata perceraian dan perpisahan, hati Raka terasa sakit.
Tidak ada yang berubah, seperti biasa keduanya lebih banyak diam, menikmati makan malam yang merupakan makanan kesukaan Raka.
Sampai akhirnya Raka berhenti menyuap bahkan menggeser piring makannya padahal belum habis.
“Kamu kenapa Raka ? Sakit ? Atau tidak suka makanannya ?”
Raka menggeleng sambil tersenyum tipis. “Aku sudah kenyang, tidak sanggup menghabiskan semuanya.”
Meski tahu Raka sedang berbohong, Arumi hanya menganggukkan kepala, tidak memaksa pria itu mengatakan alasan yang sebenarnya.
Tidak sampai 5 menit, Arumi pun menyelesaikan makan malamnya.
“Kita lanjut ngobrol di teras sambil menikmati hidangan penutup. Mau ?”
“Boleh.”
Arumi beranjak, bersiap-siap mendorong kursi roda Raka.
“Bukankah kamu bilang aku harus belajar mandiri ?”
“Masalah yang satu ini kadang-kadang kamu masih membutuhkan bantuan dan tidak harus mencari seorang istri untuk membantumu ,” sahut Arumi sambil tertawa.
Raka hanya tersenyum tipis, berharap Arumi memberikan jawaban lain yang intinya proses perceraian mereka tidak dilanjutkan.
“Kenapa kamu tidak membawaku pulang kemari ?” tanya Raka membuka percakapan.
Angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah Raka membuat perasaannya makin melow. Rasanya seperti de javu tapi Raka tidak ingat kapan dia pernah duduk ngobrol berdua dengan Arumi di sini.
“Karena Thalia,” sahut Arumi jujur. “Bagimu dia adalah istri sah tapi untukku Thalia adalah pelakor.”
“Maaf karena aku tidak ingat apa-apa tentang dirimu malah ingatnya Thalia dan parahnya sebagai istri juga,” ujar Raka degan tulus.
“Sudah aku bilang untuk berhenti minta maaf, Raka. Aku malah senang kamu lupa siapa diriku karena dengan begitu semua ingatan buruk tentangku ikut hilang dan tidak ada beban saat kita harus berpisah,”ujar Arumi sambil tertawa.
“Bisakah kita memulainya lagi dari awal ?” tanya Raka dengan wajah serius.
“Maksudmu ?” Mata Arumi membola, tidak menyangka Raka akan bertanya demikian.
Sebetulnya Arumi paham maksud Raka tapi sengaja ia berpura-pura tidak tahu. “Mulai apanya ?”
“Aku mungkin kehilangan ingatan tentangmu tapi hati ini tidak mungkin berbohong.”
”Rasanya aneh semakin sering mendengar kata-kata puitis dari mulutmu,” sela Arumi sambil terkekeh.
“Aku serius Arumi. Aku tidak tahu bagaimana diriku di masa lalu, sikapku yang mungkin menyakitimu tapi saat ini aku mau jujur tentang perasaanku, sepertinya aku mencintaimu.”
Kali ini Arumi malah tergelak membuat Raka kesal.
“Arumi, aku bicara serius.”
“Maaf…’Maaf…. Aku seperti sedang berhadapan dengan Raka yang lain.”
Raka menghela nafas dengan wajah ditekuk.
“Sepertinya kamu terbawa suasana Raka apalagi dokter bilang kecelakaan itu membuat emosimu seperti roller coaster, naik turun dan tidak tahu kapan berubahnya.”
“Sudah aku bilang suara hati mana ada yang bisa berbohong,” gerutu Raka.
“Sebetulnya aku sudah berniat tidak akan memberitahumu soal status kita sampai kamu ingat sendiri tapi yaahhh….. seperti biasa, Thalia sering mengacaukan rencanaku.”
“Seharusnya sejak awal kamu tidak melibatkan dia dan buat aku mengingatmu sebagai istriku.”
“Dokter yang menyarankan supaya Thalia dilibatkan lagipula bagiku tidak penting kamu akan mengingatku atau tidak.”
“Lalu kenapa kamu pura-pura jadi perawatku ?”
“Tanggungjawab Raka,” sahut Arumi sambil menatap lurus ke arah taman.
“Sejak kecil aku didiidk untuk selalu komit pada keputusan yang aku ambil jadi selama surat pengadilan belum keluar, kewajiban sebagai istri harus aku jalani.”
“Bisakah kita memulai hubungan ini dari awal lagi ? Maukah kamu memberikan aku kesempatan sekali lagi untuk jujur tentang perasaanku ?”
“Raka, hubungan kita hanya semacam simbiosis mutualisme dan perjanjian tetaplah perjanjian. Kita sudah sepakat untuk tidak saling kenal setelah resmi bercerai. Percayalah kalau perasaanmu ini hanya sementara karena terbawa suasana. Semuanya akan memudar seiring berjalannya waktu.”
“Berarti aku tidak punya kesempatan untuk mencoba membuka hatimu ?”
“Tidak !” tegas Arumi sambil tersenyum.
Raut wajah Raka beruba kecewa tapi Arumi sudah mengeraskan hati untuk tidak melibatkan emosi apalagi perasaan cinta.
“Kita pulang sekarang. Hari ini kamu sudah dua kali melewati waktu minum obat.”
Raka tidak menjawab atau mengangguk, membiarkan Arumi mendorong kursi rodanya.
Mungkin emosiku sedang tidak stabil tapi hatiku masih bisa merasakan ada yang berbeda dalam setiap sentuhan dan perhatian selama kamu jadi perawatku dan aku yakin itu semua bukan sekedar bentuk tanggungjawabmu sebagai istri.
Apa kamu sedang berniat balas dendam padaku Arumi karena setelah kecelakaan aku malah mengingat Thalia sebagai istriku ?
Raka yang sejak tadi memejamkan mata menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan sementara Arumi fokus dengan gawainya, bertukar pesan dengan seseorang.
Tiba-tiba Raka membuka mata dan menegakkan posisi duduknya.
“Arumi, tolong jawab satu pertanyaanku dengan jujur.”
“Masalah apa ?”
“Siapa Roni yang disebut-sebut Thalia ? Apa dia kekasihmu ?”
Arumi menarik satu sudut bibirnya. “Aku tidak harus memberitahumu Raka, sama seperti waktu aku tanya siapa Thalia, kamu pun tidak mau menjawab pertanyaanku.”
Raka hanya bisa menghela nafas sambil menyesali kondisinya yang tidak ingat segala sesuatu yang berkaitan dengan Arumi.
raka msih shat tp udh d blng mninggal....mndingn blik lg deh kl msih sling cnta,jgn gngsi yg d gdein...
stlh psah,bru mrsa khilangn....cma bs "s'andainya"....tp ingt,dlu kn raka bnci bgt sm arumi....mlah lbh mlih s ulat bulu drpd istrinya....kl skrng mnysal,nkmti aja....😝😝😝
ga sbr nunggu mreka dpt hkumn stimpal....
Arumi msih pduli trnyta....enth krna msh punya prsaan atw krna hti nurani....
bkannya tnggung jwb,mlah kbur...
enk bgt dia bs bbas skian thn,sdngkn kluarga krban mndrta krna khilngn orng2 yg d cntainya......mga dia jg mrasakn skit yg sma....