NovelToon NovelToon
Tuan Valente Dan Tawanan Hatinya

Tuan Valente Dan Tawanan Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Obsesi / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pelakor jahat
Popularitas:945
Nilai: 5
Nama Author: Miss Saskya

"Pasar tidak mengenal itu, hutang tetaplah hutang"

"Kalau anda manusia, beri kami sedikit waktu"

"Kau terlalu berani Signorina Ricci"

"Aku bukan mainan mu"

"Aku yang punya kendali atas dirimu"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Saskya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cantik

Kamar yang disiapkan pelayan mansion Valente untuk Aurora bukan sekadar kamar tamu biasa.

Ruangan itu lapang, dindingnya dilapisi panel kayu gelap yang dipernis mengilap, menyebarkan aroma halus kayu cedar yang menenangkan.

Tirai panjang dari satin krem menjuntai anggun hingga menyentuh lantai marmer dingin, membiarkan cahaya matahari pagi menyusup lembut dari celah jendela.

Sebuah ranjang king size berdiri megah di tengah ruangan, ditutupi seprai putih bersih dengan bordiran halus emas di pinggirannya.

Bantal-bantal sutra bertumpuk rapi, sementara selimut bulu angsa tipis membentuk undakan lembut seakan mengundang siapa pun untuk beristirahat di dalamnya.

Di sudut kamar, lampu berdiri berlapis emas redup masih menyala samar, memberikan kilau hangat yang memantul pada kristal gantungan lampu gantung di langit-langit.

Kairos terbaring di atas ranjang itu. Tubuh tegapnya yang semalam didera kegelisahan kini tenggelam dalam tidur yang dalam, napasnya teratur, dada naik-turun dengan ritme tenang.

Sinar matahari pagi yang mulai mengintip dari balik tirai menyapu wajahnya, membuatnya perlahan terjaga.

Kelopak matanya bergerak, lalu terbuka perlahan. Sesaat ia tidak langsung bangkit, hanya meraba sisi kosong di sampingnya, mencari keberadaan seseorang.

Jari-jarinya menyisir seprai yang dingin, tak ada siapa pun di sana.

Alis Kairos berkerut tipis. Pandangannya lalu menyapu seluruh ruangan. Sepi. Terlalu sepi untuk kamar sebesar itu.

Hingga matanya terhenti pada sebuah pemandangan yang kontras.

Di lantai bawah, dekat sisi ranjang, seorang gadis tampak meringkuk beralaskan bantal tipis.

Rambutnya tergerai acak, wajahnya yang teduh terbingkai cahaya pagi, bibirnya sedikit terbuka dalam tidur lelap.

Aurora.

Ia memilih tidur di lantai, di ruangan semewah ini, di dekat ranjang selembut awan seakan sengaja memberi jarak.

Kairos terdiam, matanya menelusuri tiap detail wajah itu.

Ada sesuatu yang bergetar dalam dirinya, entah kagum, marah, atau sekadar terusik oleh sikap Aurora yang berbeda dari siapa pun yang pernah ia temui.

Senyum tipis nyaris tak terlihat terlukis di bibirnya.

Aurora, dengan kesederhanaannya, justru mencuri pusat ruangan yang penuh kemewahan.

Perlahan, Kairos bangkit dari posisi berbaring. Gerakan itu nyaris tak bersuara, hanya dentuman ringan lantai marmer saat kakinya menapak.

Ia berjalan mendekat, bayangan tubuhnya melingkupi Aurora yang masih lelap.

Untuk sesaat, ia hanya berdiri di sana.

Menatap.

Mengamati setiap garis wajah gadis itu dengan cahaya matahari pagi yang jatuh lembut di pipinya. Ada keindahan rapuh di sana, sesuatu yang bahkan tidak tersentuh oleh kemewahan ruang ini.

Kairos menunduk, lalu tanpa banyak pikir, ia menyelipkan lengannya perlahan di bawah tubuh Aurora.

Gadis itu tergerak sedikit, mendengus kecil, tapi tidak sepenuhnya terbangun. Dengan hati-hati, Kairos mengangkatnya ringan, seakan Aurora hanya selembar kain di pelukannya.

Langkahnya kembali menuju ranjang. Ia meletakkan Aurora di atas seprai putih yang dingin, membaringkannya di sisi yang tadi kosong.

Bantal sutra menyambut kepala gadis itu, kontras dengan tempat keras yang sebelumnya ia pilih.

Kairos duduk di tepi ranjang, matanya tidak pernah lepas dari wajah Aurora. Ada sesuatu yang mencair di balik sorot matanya yang biasanya dingin dan tajam.

Bibirnya bergerak pelan, suara serak namun sarat ketulusan yang jarang ia biarkan terdengar.

“Cantik sekali” bisiknya, hampir seperti pengakuan yang lolos tanpa kendali.

Jari tangannya, besar dan kasar, terulur ragu, menyibak perlahan helaian rambut yang menutupi wajah Aurora.

Ia berhenti sejenak, mengamati lagi, seakan ingin mengingat setiap detail garis wajah itu ke dalam memorinya.

Kairos menunduk sedikit lebih dekat, suaranya nyaris hanya terdengar oleh dirinya sendiri.

“Kalau kamu tahu betapa berbahayanya dirimu bagiku, mungkin kamu tidak akan tidur dengan begitu damai di sampingku.”

Aurora bergumam samar dalam tidurnya, berbalik sedikit, membuat Kairos tersenyum tipis. Senyum yang sulit ditebak apakah itu lembut, atau justru penuh intrik.

tbc🐼

1
lollipop_lolly
🥰
lollipop_lolly
gimana mansion keluarga Lendro Valente guyss?☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!