Terjebak di sebuah negri yang tak dikenal.
Di sanalah kisah ini bermula, pertemuan yang tak terduga antara DEVNIA ANGGARA RISMA dan pangeran ALFATIH LYSANDER menumbuhkan benih cinta di hati sang pangeran, namun ketidak pekaan Nia terhadap rasa yang dimiliki Ly membuat kegilaan laki-laki itu muncul.
Cinta beda alam akankah semesta mendukungnya?
Yuk ikuti kisah mereka!
Untuk kalian semua pembaca setia novel Toon salam kenal dariku Diomira antika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diomira antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14 kampung papaku
Terlihat Randu merenggangkan pelukannya, "kakek senang kamu selamat, Risma ajaklah Nia berganti pakaian, setelah itu nanti dia harus makan lalu istirahat!"
"baik ayah." segera Risma membawa putrinya kedalam.
"mas aku kebelakang dulu siapkan makanan untuk cucu kita." ucap Lasmi istrinya Randu.
Randu mengangguk sebagai jawaban, setelah Lasmi pergi kedapur, "Arka duduk, ayah ingin bicara denganmu!"
Arka mengangguk dan duduk di kursi yang ada di dekat Randu.
"Ayah tidak tau pasti apa yang sudah terjadi pada putrimu, tapi ayah mencium ada yang berbeda dari tubuh putrimu, seperti sesuatu yang tercemar."
"maksud ayah apa?"
"entahlah tapi yang pasti putrimu kini sudah berbeda dari Nia yang kita kenal sebelumnya."
"berbeda apanya ayah tapi dia benar putrimu kan?"
"ya dia putrimu tapi tubuhnya terbalut aura pekat berwarna merah, sepertinya sesuatu sudah terjadi, dan dia mengklaim Nia sebagai miliknya."
"apa lagi itu, meskipun aku tidak mengerti maksud ayah tapi aku tau itu bukan hal yang baik, lantas apa yang harus kita lakukan ayah?"
"nanti siang ayah akan coba untuk membicarakan hal ini dengan bibikmu, semoga saja kita bisa menemukan jalan keluarnya, agar Nia bisa terlepas dari belenggu itu dan kembali normal seperti dulu."
"semoga saja ayah, aku sungguh tidak rela jika sampai putrimu mendapatkan hal buruk lagi dalam hidupnya."
"itu juga harapan ayah Arka, dia adalah cucu ayah satu-satunya ayah inginkan selalu yang terbaik untuknya."
Di dalam kamarnya, "Ma Nia sangat senang bisa bertemu dengan kalian lagi."
"iya sayang mama tak kalah bahagianya darimu." saat ini Risma sedang menyisir rambut panjang Nia.
"oh iya bagaimana ceritanya mama dan papa bisa selamat dari orang-orang jahat itu?"
"setelah kamu masuk kedalam hutan mama tertangkap dan di bawa kembali ke tempat papamu, kami dipukuli, tapi untungnya saat itu juga tiga buah motor berhenti di dekat kami dan mereka menolong kami, mereka adalah sepupu papamu dan juga anak-anaknya yang waktu itu rencananya memang ingin menjemput kita di perbatasan. Jadi berkat bantuan merekalah kami bisa selamat."
"ohh... begitu."
"iyalah begitu, udah selesai yuk kita kedapur bantu nenek masak untuk kita makan nanti."
"yuk ma, kebetulan Nia rasanya laper banget."
Kini bergandengan tangan keduanya berjalan menuju ke dapur.
"nenek masak apa?" tanya Nia dengan riang menghampiri neneknya yang waktu sedang duduk di depan dapur dekat tungku api jaman dahulu.
"nenek goreng ikan lele hasil tangkapan kakekmu minggu lalu, saat tau kalian akan kesini kakekmu menangkap ikan di danau dapat nya besar-besar, lalu menamannya di kolam." jawab neneknya.
"wah goreng lele ada sambalnya nggak nek?"
"ada tuh bahannya, kamu dan ibumu yang ulek sana!"
"Baik nek." jawabnya dan segera mengambil perbumbuan untuk membuat sambalnya.
Setelah selesai dengan menu makanan sederhana ala pedesaan, mereka segera menikmati makanan itu bersama-sama.
Selesai makan Nia istirahat di dalam kamarnya, lelah batin yang menyiksanya beberapa hari ini membuat Nia mudah sekali terlelap, tanpa perduli dengan matahari yang kini sudah mulai tinggi.
Diruang tamu semua orang kini sedang berkumpul, disini juga ada Arimbi kakaknya Randu.
Randu mulai menceritakan kepada Arimbi tentang pengelihatan nya terhadap Nia.
Arimbi menghela nafas, "boleh aku melihatnya?" tanya Arimbi.
"Dia sedang tidur, sebaiknya jangan di ganggu dulu kasian." ucap Lasmi istrinya Randu.
"aku tidak akan mengganggunya, aku hanya ingin melihatnya untuk memastikan kebenaran ucapan Randu." jawab Arimbi.
"bagaimana Arka boleh bibik lihat putrimu?"
"tentu bi, mari saya antar!" ucap Arka yang kini sudah bangkit dari duduknya.
kini keduanya berjalan kearah kamar Nia, Risma yang merasa kepo, lekas mengikuti dari belakang.
tek... dengan sangat pelan Arka membukakan pintu kamar Nia.
Deg... seolah berhenti berdetak jantung Arimbi melihat pemandangan di depan matanya.
"bibik...bibik...kenapa?" tanya Arka saat melihat Arimbi mematung.
Arimbi berjalan kearah kearah Nia, tanpa perduli sama sekali dengan ucapan Arka. melihat keanehan pada bibiknya Arka berjalan pelan di belakang Arimbi. Disini Arimbi berjongkok tepatnya di samping ranjang Nia.
Dengan gerakan yang sangat pelan dia meraih tangan Nia lalu membuka telapak tangannya, disini Arimbi menatap lekat nadi Nia.
Dari posisinya Arka mendengar Arimbi menghela nafas, kini dia berdiri dengan langkah lesu dan keluar dari kamar Nia.
Arka pun mengekor dari belakang, "mas ada apa?" tanya Risma yang sedari tadi berdiri di dekat pintu, saat Arka lewat di depanya.
"mas juga tidak tau sayang, ayo kita kedepan!" ucap Arka, Risma mengangguk sebagai jawaban.
Kini mereka semua kembali duduk di posisi semula.
"Bagaimana mbak yu, menurutmu apa yang sudah terjadi pada cucuku?"
"Dia sudah dinikahi putra mahkota kerajaan black dragon."
"apaaaa..." teriak Arka dan Risma secara bersamaan tak hanya itu kini Risma pun sudah pingsan tidak sadarkan diri.
"ayah bagaimana ini, putriku ayah!" ucap Arka dengan Risma yang sudah terpejam di pangkuannya.
"tenanglah dulu Arka, biarkan kami berpikir tenang." jawab Randu menenangkan putranya, meskipun dalam hati sebenarnya dia juga syok.
"mbak yu, bukankah pernikahan itu bisa kita putus, itukan terjadi tanpa adanya saksi dan keputusan dari pihak kita?"
"seharusnya memang begitu, tapi akan sulit karena mereka sudah melakukan perjanjian darah."
Randu menghela nafas, "ini tidak adil mbak yu cucuku pasti terpaksa melakukan semua ini."
Arimbi terdiam tanpa tau lagi harus berkata apa.
"apapun alasannya sebagai ayah kandung Nia aku tidak Terima ini semua terjadi pada putriku ayah, aku tidak terima, dan aku tidak ingin Nia menikah sekarang dia masih sangat muda, jikapun dia harus menikah nanti setidaknya itu dengan manusia normal bukan dengan mahluk jadi jadian seperti itu, bagaimana pun caranya aku ingin Nia terlepas dari mahluk itu!" Arka berujar dengan nada tinggi, membuat Randu dan Arimbi saling menatap.
Arka memang tidak tau tentang asal usul kakek dan neneknya itu sebabnya dia berani mengatakan hal seperti itu.
"Arka ayah mohon tolong jangan ucapkan kalimat itu lagi!"
"kenapa ayah memang kenyataannya seperti itu, laki-laki itu tidak jelas semuanya aku terima."
"Arka sebenarnya ada hal yang belum ayah kasi taukan padamu."
Arka terdiam dengan ekpresi bingung mendengar pernyataan ayahnya, tanda tanya mulai memenuhi otaknya.
"apa itu ayah?" tanyanya dengan ekpresi datar.
"sebenarnya nenekmu juga bangsa yang sama seperti laki-laki yang saat ini menikahi putrimu."
Deg... Arka terdiam seribu bahasa, rasa tak percaya tentu memenuhi benaknya saat ini.
"bagaimana mungkin itu bisa terjadi ayah?"
"sebagai buktinya ayah dan kamu ada di sini saat ini karena adanya mereka."
Lemes sudah bahu Arka sekarang dia bingung dan tidak tau harus bersikap bagaimana, tapi yang pasti ada satu hal yang kini mendesak kuat dihatinya.
"apapun itu aku ingin putriku tetap hidup normal seperti dulu ayah!"
"jika itu maumu, hanya ada satu cara yang bisa kita lakukan." kata Arimbi.
"apa itu bibik?" tanya Arka.