NovelToon NovelToon
Selir Alam Gaib

Selir Alam Gaib

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Kutukan / Hantu / Tumbal
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Sinopsis:
Liora, seorang gadis muda, dipaksa menjadi pengantin pengganti tanpa mengetahui siapa calon suaminya. Namun saat tirai pernikahan terbuka, ia terseret ke dalam Azzarkh, alam baka yang dikuasai kegelapan. Di sana, ia dinikahkan dengan Azrakel, Raja Azzarkh yang menakutkan, dingin, dan tanpa belas kasih.

Di dunia tempat roh jahat dihukum dengan api abadi, setiap kata dan langkah bisa membawa kematian. Bahkan sekadar menyebut kata terlarang tentang sang Raja dapat membuat kepala manusia dipenggal dan digantung di gerbang neraka.

Tertawan dalam pernikahan paksa, Liora harus menjalani Upacara Pengangkatan untuk sah menjadi selir Raja. Namun semakin lama ia berada di Azzarkh, semakin jelas bahwa takdirnya jauh lebih kelam daripada sekadar menjadi istri seorang penguasa neraka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EP: 13

Malam menetes perlahan di atas langit kampus. Hujan baru saja berhenti. Liora menatap pantulan wajahnya di jendela, wajah pucat dengan mata sayu.

Saat Liora sibuk dengan lamunannya, seorang wanita berkulit putih pucat datang menghampirinya.

Rambutnya terurai basah, seragam kampus yang dikenakannya lusuh dan bernoda. Mata gadis itu kosong, seperti telah lama kehilangan cahaya kehidupan.

“...Ikut aku.”

Suaranya lirih, datar, tapi menggema di telinga Liora.

Tanpa bertanya, Liora melangkah mengikuti gadis itu. Langkah mereka bergema di koridor sunyi, menembus kegelapan kampus yang sudah lama tertidur. Hingga akhirnya gadis itu berhenti di depan toilet wanita gedung lama Fakultas.

Pintu toilet terbuka sendiri, berdecit pelan seperti keluhan dari besi berkarat. Liora masuk. Bau lembap menusuk hidung, lampu di langit-langit berkedip-kedip. Gadis itu berhenti di tengah ruangan, memandangi lantai tegel yang dingin.

“Kenapa berhenti?” tanya Liora pelan.

Gadis itu diam. Tubuhnya menegang, pundaknya bergetar kecil.

Liora mendekat, menepuk bahunya.

“Hey, kamu baik-baik saja...”

Ketika gadis itu menoleh, wajahnya sudah berubah.

Kulitnya retak, darah mengalir dari mata dan mulutnya.

“ARRGGHHH!!” Liora menjerit....dan terbangun dari tidurnya.

“Putri?!” Dreya langsung menghampiri, diikuti oleh Vaelis.

“Putri Liora, Anda kenapa?” tanya Vaelis, suaranya dalam dan khawatir.

Liora memegang dadanya yang berdegup kencang. “Aku… mimpi buruk.”

Dreya menatapnya cemas. “Tentang apa, Putri?”

Liora menelan ludah. “Aku bermimpi bertemu Gadis itu.”

Keduanya saling berpandangan. Dreya menunduk. “Maksud Anda, mahasiswi yang hilang tiga bulan lalu?”

Liora mengangguk. Mimpi itu terlalu nyata, bau, suara, bahkan dinginnya udara toilet… semuanya terasa hidup.

Pagi itu, langit kampus masih kelabu. Liora duduk di taman sambil menatap kopi yang tak disentuh. Temannya, Dinda, melirik.

“Kamu pucat banget, Li. Kurang tidur ya?”

“Sedikit.” Liora tersenyum paksa. “Cuma mimpi aneh aja.”

Ia tidak berani menceritakan mimpi itu. Siapa yang akan percaya kalau dia, seorang mahasiswa baru, bisa melihat arwah?

Namun, ada sesuatu yang tak bisa dia abaikan.

Rasa ingin buang air kecil yang ia tahan sejak pagi, karena toilet yang muncul dalam mimpinya adalah toilet nyata di gedung lama.

Tapi akhirnya, dorongan tubuh mengalahkan rasa takut.

Dengan langkah ragu, Liora berjalan ke toilet itu sendirian.

Udara di sana dingin dan pengap. Lampu berkelap-kelip seperti berjuang melawan kegelapan.

Liora masuk ke bilik paling ujung. Begitu selesai, ia tertawa kecil dalam hati...

“Lihat kan? Nggak ada apa-apa. Cuma mimpi bodoh.”

Namun, tawa itu berhenti seketika saat pintu toilet menutup sendiri.

BRAKK!

Liora menoleh. “Hah?”

Ia memutar gagang. Terkunci.

Diputar lagi, tetap tak bisa dibuka.

“Hey! Ada orang? Tolong buka pintunya!”

Tak ada jawaban.

Detik berikutnya, udara berubah dingin menusuk. Cermin di depan wastafel berembun, dan dari balik pantulan cermin, muncul siluet seseorang.

Gadis itu.

Wajahnya sama persis dengan yang di mimpi.

“Pergi… jangan ganggu aku!” Liora memejamkan mata, menunduk ketakutan.

Namun suara lirih memecah udara.

“Tolong aku…”

Liora membuka mata perlahan. “Tolong apa?”

“Tolong… temukan aku…”

Suara itu bergetar, penuh duka. Gadis itu mengangkat tangannya, menunjuk ke lantai tegel tempat ia berdiri.

Liora menatap ke bawah. “Ada apa di sana?”

Sebelum sempat melangkah, tangan hitam berlendir menembus lantai, melilit lehernya.

“AAARGHH...!” Liora tersedak, tubuhnya terangkat. Di depan matanya, muncul hantu lain, lebih besar, berwajah busuk dengan kuku panjang menancap di kulitnya. Nafas Liora tersengal, matanya berair, tangannya memukul-mukul makhluk itu.

“Lepaskan dia!”

Suara berat menggema. Sebuah cahaya biru meledak di ruangan, dan sosok tinggi berjubah gelap muncul. Vaelis.

Dengan mantra dari Azzarkh, Vaelis menebaskan energi ke arah hantu jahat itu. Suara jeritan mengguncang dinding. Toilet bergetar. Akhirnya hantu jahat itu terjengkang dan menghilang.

“Putri!” Dreya datang tergesa.

Liora jatuh terduduk, memegangi lehernya yang memar. “Aku… hampir mati…”

Vaelis berlutut di hadapannya. “Tenanglah, Putri. Sekarang Anda aman.”

Tapi pandangan Liora tidak tertuju pada Vaelis, melainkan pada gadis hantu itu yang berdiri di sudut ruangan, menatap mereka dengan mata basah.

Liora berdiri perlahan, mendekat. “Terima kasih… kau menyelamatkanku.”

Gadis itu hanya menunduk, lalu air mata darah jatuh di pipinya.

Beberapa saat kemudian, setelah Vaelis menenangkan ruangan dengan segel Azzarkh, barulah semuanya terungkap.

Liora menatap gadis itu. “Siapa namamu?”

“Arwen…” jawabnya lirih.

Nama itu pernah ia dengar, mahasiswi yang hilang tiga bulan lalu tanpa jejak.

Arwen mengangkat tangannya, memperlihatkan bayangan samar dari masa lalu.

Pemandangan itu menari di udara seperti kabut yang hidup.

Hari itu, tiga bulan lalu… Arwen pamit dari kelas untuk ke toilet. Ia berjalan santai, tidak tahu bahwa enam mahasiswa lelaki sudah menunggunya di lorong. Begitu ia keluar dari bilik, salah satu dari mereka menutup mulutnya dari belakang, menyeretnya masuk lagi.

“Lepaskan aku!” Arwen menendang, mencakar, tapi mereka terlalu kuat.

Satu tamparan keras membuat kepalanya membentur dinding.

Darah mengalir. Mereka tertawa.

Dan ketika Arwen mencoba berteriak lagi, tangan mereka mencekik lehernya sampai suara itu terhenti.

Tubuhnya tergelincir lemah.Setelah itu, para pria itu bergiliran menjamahnya dengan buas. Tanpa mereka sadar, gadis itu sudah tidak bernyawa, setelah puas, barulah salah satu dari mereka sadar, dengan ketakutan dia berkata, “Kita… kita membunuh dia.”

Dengan panik dan takut, malam itu. Menggali lantai toilet dan mengubur jasad Arwen di bawah tegel dingin itu.

Liora menatap lantai yang ditunjuk Arwen, tubuhnya merinding.

“Dunia manusia ini… begitu kejam,” gumamnya pelan.

“Putri…” Vaelis menunduk hormat. “Apa yang hendak Anda lakukan?”

Liora menatap Arwen. “Aku akan bantu. Mereka harus membayar semua ini.”

Sore hari, Liora berdiri di koridor fakultas. Dari kaca jendela, ia menatap ruang kelas di mana enam mahasiswa sedang bercanda.

Arwen melayang di sampingnya, menunjuk satu per satu.

“Mereka.”

Wajah Liora mengeras. Kalau bukan karena ia harus menjaga identitasnya, mungkin mereka sudah jadi abu sekarang. Tapi ia menahan diri. Dunia manusia punya caranya sendiri untuk menghukum.

Tiba-tiba suara nyinyir terdengar dari belakang.

“Ngapain kamu ngintipin cowok, Liora? Lagi naksir ya?”

Itu Selena, saudara tirinya.

Liora menoleh dengan ekspresi datar. “Bukan urusan kamu. Mending urus tuh bibir, lipstiknya bisa buat kaca retak.”

Ucapan itu membuat Selena terdiam, sementara Liora melangkah pergi dengan angin dingin menyusul di belakangnya.

Malam itu, Liora menatap cermin di kamar asramanya. Di pantulannya, Arwen berdiri di belakangnya, tersenyum samar.

“Aku akan memberitahu orang tuamu,” ucap Liora. “Mereka akan tahu kebenarannya.

Keesokan harinya, suasana kampus mendadak gempar.

Polisi datang membawa alat forensik, memasang garis kuning di depan toilet fakultas. Beberapa mahasiswa berkerumun, berbisik-bisik ketakutan.

“Katanya ditemukan jasad di bawah lantai toilet…”

“Serius? Jangan-jangan itu Arwen?”

Liora berdiri di kejauhan bersama Glydis, wajahnya tenang tapi matanya menyimpan badai.

Ia telah menghubungi orang tua Arwen semalam, menyamar sebagai saksi yang “kebetulan melihat kejadian” dan baru berani bicara.

Dan kini, saat lantai dibongkar, bau busuk menyengat.

Di bawah lapisan tegel itu, terlihat kerangka dengan sisa seragam kampus.

Tangis pecah. Orang tua Arwen menjerit histeris memeluk tanah yang baru dibuka.

Liora menunduk, air matanya jatuh tanpa ia sadari.

“Semoga kau tenang sekarang, Arwen.”

Tak jauh dari situ, polisi membawa enam mahasiswa dengan borgol di tangan.

Wajah mereka pucat, menyesal, tapi itu tak akan pernah cukup untuk menebus nyawa yang mereka rampas.

“Awalnya kami cuma mau bercanda… dia melawan… kami panik…”

Kalimat pembenaran itu hanya membuat udara terasa lebih kotor.

Liora mengepalkan tangan.

“Manusia… kadang lebih kejam dari arwah yang paling gelap sekalipun.”

Malam turun lagi.

Di taman kampus, Liora berdiri sendirian di bawah pohon. Angin membawa bisikan lembut.

“Terima kasih…” suara Arwen bergema samar, lalu perlahan menghilang ke udara.

Vaelis muncul dari balik bayangan.

“Putri, waktunya saya kembali ke Azzarkh. Roh Arwen telah tenang, dan roh jahat itu sudah diamankan.”

Liora menatap langit. “Baiklah, Vaelis. Sampaikan pada Raja Azrakel, tugasku di dunia manusia belum selesai.”

Vaelis menunduk. “Seperti kehendak Anda, Putri An Yu.”

Angin berputar, cahaya biru membungkus tubuh Vaelis sebelum ia lenyap ke dalam kabut.

Liora memandangi kampus yang kini tampak begitu sunyi.

Dunia manusia memang indah di permukaan, tapi di bawahnya, banyak kegelapan yang tak berbeda dari neraka Azzarkh.

Ia tersenyum tipis, lalu berjalan menuju Paviliun Yasha, tempat tinggalnya di dunia ini.

Di belakangnya, bayangan Arwen sempat muncul sesaat, tersenyum, sebelum menghilang selamanya.

1
Cucu Doank
liora dah mulai berubah , 😄
Cucu Doank
bagus, akhirnya keadilan di tegakkn..
Kustri
☕teman u/menulis thor
Kustri
☕💪💪💪
Lyza Yessy
bs gak ya sang raja jd bucin😁
Lyza Yessy
semangat up ya kak author 💪💪💪😊😊
Irsyad layla
tolong diperiksa lagi typonga ya thor
Lyza Yessy
aku tunggu up nya thor, semangat up nya ya thor💪💪😊
Kustri
☕semangat UP yaa
Kustri
👍👉👉👉
Kustri
hehee... kirain pengen balik ke dunia nyata, ealah malah betah

krn di dunia nyata kamu g diperhatikan, g disayang
Kustri
kira" yg diperjuangkan apa yaa🤔

apa mungkin bgmn cara'a spy kembali ke dunia sebenar'a, bgtukah thor🤭💪
Kustri
apa liora dijadikan tumbal🤔😩
Lyza Yessy
d tunggu up nya thor
Maria Mariati
hellehhhh 🤣🤣🤣
Ririn Wati
great
Ben Aben
goodddddddd......
Syifa Nabila
suka semua novel karya author
Nanda
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
M.S Inisial
menarik Thor, genre baru y thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!