5 jiwa yang tertransmigrasi untuk meneruskan misi dan mengungkap kebenaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kurukaraita45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Sahabat Lama
Petunjuk :
Semua yang terjadi bukanlah kebetulan, pasti ada sebab tertentu bagi hidupmu.
...ΩΩΩ...
Ini kali kedua, bagi Daisen sepanjang perjalanan hadirnya di sekolah meng-hack sistem sekolah.
Flashback on
"Daisen! Apa-apaan kamu?" Pertyca berteriak membentak Daisen.
Sedang Daisen, diam tak berkutik. Di depannya terpajang komputer dengan tampilan penghackan. Dia kepergok, ternyata Pertyca memperhatikannya sedari awal, hampir saja ia dapat semua komputer yang isinya seputar sekolah.
"Kamu tau? Ini salah Daisen! Saya gak habis pikir sama kamu, kamu gak pantas diberi surat peringatan satu, harus lebih dari itu. Saya sita sementara semua barang milik kamu, yang menyangkut komputer, laptop dan sebagainya. Selama 3 bulan, benar-benar ya kamu."
Daisen berlutut di depan Pertyca. "Maaf Bu! Saya siap jika Ibu menyita semua benda saya yang berkaitan dengan komputer, laptop ataupun handphone. Asalkan Ibu jangan beritahu hal ini dengan guru-guru yang lain, saya mohon Bu. Atau bila perlu Ibu sekalian SP1 saya dan hukum saya selama 3 bulan itu. Saya mohon Bu," papar Daisen.
Pertyca mengambil nafasnya dalam. "Baik, tapi kamu harus patuhi aturan saya selama 3 bulan ke depan. Kalo kamu melanggarnya sekalipun, saya akan beritahu hal ini kepada satu persatu guru di sekolah ini. Itu artinya, jika 1 kali kamu ngelanggar maka saya akan beritahu hal ini kepada satu guru, begitupula seterusnya. Kamu siap?"
Daisen menelan ludahnya dengan kasar. Berat baginya jika harus menerima hal itu. Tapi semakin berat pula baginya jika rahasianya dibocorkan. "Saya akan berusaha mematuhinya Bu!" Pertyca langsung berlalu dari hadapan Daisen, setelah mendengar persetujuan dari anak itu.
Flashback off
"Kali ini gue harus berhasil, Bu Pertyca gak boleh sampai tau lagi, atau siapapun itu." Daisen mulai membuka komputernya.
Dia menekan tombol demi tombol yang ada di papan keyboard, tampilan layar biru pada komputer telah menjadi tujuan pandangan matanya. Detik demi detik berlalu, berbagai kode berjalan di otaknya hingga pada saat... Ya. Berhasil. Dia mendapat semua data-data rapot siswa yang tidak pernah dipublikasikan. Bahkan, dari awal sekolah berdiri semua datanya telah berhasil ia dapatkan.
Daisen segera keluar dari ruangan labolatorium tersebut, dengan sembunyi-sembunyi. Langkahnya terhenti saat melihat sepasang kaki dengan rok selutut tertatih di depannya. "Jangan bilang kamu melakukan hal yang sama seperti saat itu." Perempuan itu berkata, lalu diakhiri dehaman.
Daisen menoleh ke atas, ternyata lagi-lagi ia terciduk. "Bu-" Tenggorokan Daisen tercekat.
"Ini SP2 untuk kamu, dan saya gak habis pikir sama kamu. DAISEN!" Teriak Pertyca begitu keras.
"Bu maaf, saya gak akan ulangi hal ini lagi."
"Apa yang kamu dapat?" Pertyca murka dengan Daisen. "Jawab saya Daisen!"
Kali ini. Benar-benar tak ada ampun bagi Daisen. "Sekali lagi kamu melakukan hal ini, saya tidak akan segan-segan untuk melaporkanmu kepada Bu Marseny dan mempermalukan kamu dengan kelakuan kamu ini di depan umum."
Jika sudah berhadapan dengan Pertyca, siapapun tak dapat melawannya, terlebih Daisen yang terkenal seorang pendiam. "Selama 1 bulan ini kamu di rumah, tak ada alasan keluar apapun itu. Saya sendiri sebagai wali kelas kamu akan mengunjungi rumahmu setiap hari, ditugaskan juga teman-temanmu yang lainnya. Kamu mengerti Daisen?"
Daisen menganggukan kepalanya. Ia serasa benar-benar muak dengan semuanya. Pertyca seolah tidak tau apapun, padahal Daisen pikir i adalah satu dalang dari semuanya.
...ΩΩΩ...
"Lo ketauan?" Rayn menggebrak meja dengan kasar.
"Kenapa lo gak minta bantuan kita sih? Lo juga udah coba alatnya bukan?" Tanya Akashi.
Daisen berdecak pelan. "Gue pikir aman aja awalnya, gue juga udah berhasil copy semua data rapot itu. Ini datanya ada sama laptop gue, cuman gue kataun pas keluar. Dan gue gak habis pikir sama Bu Tyca."
"Lo di hukum apa?" Tanya Rayn.
"Gue kena surat peringatan 2 dan di score selama 1 bulan dari sekolah. Setiap hari Bu Tyca akan kunjungi rumah gue buat ngasih tugas, dan akan nugasin teman-teman lain juga."
Rayn memijat keningnya dengan kasar. "Kita ambil sisi positifnya aja. Lo nanti kabarin sama 3 cewe itu Shi." Rayn segera mengambil laptop milik Daisen.
"Lo pindahin dulu datanya ke laptop gue, gue mau atur semuanya nanti."
"Urusan kuliah lo gimana?" Daisen mengkhawatirkannya.
"Itu aman aja, ini lebih penting dari apapun. Ini menyangkut masa depan banyak orang, sedangkan kuliah cuman buat masa depan gue."
Daisen menuruti perkataan Rayn, dia segera memindahkan data-data tersebut ke dalam laptop milik Rayn.
...ΩΩΩ...
Usai pertemuannya dengan Akashi dan juga Daisen, Rayn segera pulang ke rumahnya. Menggunakan kendaraan roda dua yang selalu ia gunakan untuk kuliah.
Dia mengendarai kendaraan 60km/jam. Hingga hampir menabrak motor lainnya yang juga dengan kecepatan yang hampir seimbang.
Srett...
Pengendara turun dari motor hitamnya, begitupula dengan Rayn yang turun dari motor berwarna abunya. Pengendara melepaskan helm miliknya, menyimpannya di atas motor, dan tiba-tiba menarik kerah baju milik Rayn.
"Lo cari masalah sama gue! Gue terima tantangan dari lo!"
Rayn tau betul siapa yang tengah berhadapan dengannya saat ini. Lelaki arogan dan ambisius itu. Rayn berdecih, dia melepaskan tangan orang itu dari kerah bajunya.
"Bukannya lo sendiri yang mulai?" Tanya Rayn dengan tersenyum smirk.
"Bodoh lo! Dasar tukang ngatur!"
"Renjana!" Rayn membentaknya.
"Apa? Orang bodoh! Suka ngetur lo!" Renjana mendorong Rayn.
Tapi Rayn hanya tersenyum smirk dan tak menanggapi apapun dari Rayn.
"Lihat aja siapa yang akan menang, lo atau gue!"
Rayn menghindar dari Renjana. Dia tak memperdulikan apapun lagi.
Sedang di sana seseorang merekam perlakuan buruk Renjana.
Rayn mengemudi motor dengan cepat, menghindari Renjana yang bukan untuk dia hadapi.
Wanita itu datang menghampiri Renjana yang masih menetralkan dirinya. Dia memperlihatkan rekaman video tersebut dan tersenyum kemenangan.
Renjana melongo, pasalnya bukan hanya video tersebut yang membuatnya terkejut, tapi juga dengan orangnya.
"Hany?"
"Hai Renjana! Sahabat kecilku, apa kabar?" Usai memperlihatkan vide tersebut Evelyn menyimpan ponselnya di saku.
"Kenapa bisa dapat itu?"
"Kalo kamu berani ancam Rayn, aku akan sebarkan video ini dan laporkan ke orang tuamu."
Renjana bungkam. 'Aku bisa jadi Evelyn, dan Renjana adalah sahabat kecilnya. Hubungan mereka terlalu dekat,' batin Evelyn.
"Okei aku gak akan ancam dia lagi." Renjana segera memarkirkan motornya, dan pergi dari sana.
"Tapi? Kenapa aku tiba-tiba peduli dengan Rayn? Padahal tadi cuman kebetulan lewat." Evelyn bergumam.
"Gak! Aku gak mau kayak dulu lagi..."
...-ToBeContinued-...