NovelToon NovelToon
Wasiat Yang Menyakitkan

Wasiat Yang Menyakitkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Angst / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rani

Enam bulan pernikahan Anindia, badai besar datang menerpa biduk rumah tangganya. Kakak sang suami meninggalkan wasiat sebelum meninggal. Wasiat untuk menjaga anak dan juga istrinya dengan baik. Karena istri dari kakak sang suami adalah menantu kesayangan keluarga suaminya, wasiat itu mereka artikan dengan cara untuk menikahkan suami Nindi dengan si kakak ipar.

Apa yang akan terjadi dengan rumah tangga Nindi karena wasiat ini? Akankah Nindi rela membiarkan suaminya menikah lagi karena wasiat tersebut? Atau, malah memilih untuk melepaskan si suami? Ayok! Ikuti kisah Nindi di sini. Di, Wasiat yang Menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#19

"Ke mana dia sebenarnya? Kenapa tidak menjawab panggilan dari ku?"

Afi sudah menghubungi sang mama tadinya. Wanita tua itu mengatakan kalau Nindi ada di kamar, tidak keluar sama sekali. Tapi, perasaan Afi tidak kunjung membaik walau sudah mengetahui keadaan istrinya.

"Apakah dia baik-baik saja di kamar?"

Hanafi langsung menghubungi mamanya kembali. Tak membutuhkan waktu lama, suara lemah lembut si mama langsung terdengar.

"Iya, Fi? Ada apa lagi sih?"

"Apa Anin sudah makan malam, Ma? Apa tadi saat pulang, dia langsung menjemput kalian di depan pintu? Kalian tidak bicara yang tidak-tidak 'kan padanya?"

Nisa langsung melirik Hana yang ada di sampingnya. Mereka tentu saja sedang merasakan perasaan yang tidak nyaman. Karena sebelumnya, mereka sudah berbohong dengan mengatakan kalau Anindia sedang berdiam diri di kamar. Padahal, perempuan itu sudah tidak ada lagi di rumah saat mereka kembali.

"Ma."

"Tenang saja. Kami tidak sejahat yang kamu pikirkan kok, Fi. Kami gak akan ganggu dia. Untuk makan, dia ... dia belum makan. Dia seperti biasa, tidak bisa di paksa."

"Berikan ponsel mama pada Anin, Ma. Aku ingin bicara."

"Afi! Kamu ini kenapa sih? Dia bukan lagi anak kecil. Kamu juga jangan lupa kalau akhir-akhir ini, dia tidak bisa kita ajak bicara. Kamu lupa dengan perdebatan kami beberapa minggu yang lalu? Kamu ingin sakit mama mu kambuh lagi, ha?"

"Ma. Apa-apaan ini? Aku hanya ingin bicara dengan Anin. Kenapa mama malah marah-marah begitu? Aku hanya ingin mendengarkan suaranya. Itu saja."

"Kamu pikir, dia masih jadi wanita penurut seperti sebelumnya? Jika mama bicara, dia akan mendengarkan dengan sangat baik apa yang mama katakan. Terus, jika mama panggil, dia akan langsung datang. Tidak, Afi. Tidak. Dia gak akan datang jika mama panggil. Pintu kamarnya, gak akan dia buka jika mama minta. Kamu mengertilah kondisi mama sekarang, Fi. Tolong, jangan buat mama menjadi semakin tidak nyaman."

Afi terdiam. Benaknya sedang mencerna setiap perkataan yang mamanya ucapkan. Lalu, benak itu langsung membenarkan perkataan tersebut. Karena memang, sejak wasiat yang menyakitkan itu muncul, Anindia sudah sangat jauh berbeda. Dia tidak sama. dengan Anindia yang dulu lagi. Dia jadi pembangkang sekarang. Jadi manusia yang keras kepala sampai Afi sendiri tidak bisa mempercayainya.

"Baiklah, Ma. Tolong jaga Anin selama aku tidak ada. Tolong, bujuk dia agar mau makan. Aku tidak ingin dia sakit."

"Kalau mama bisa sih pasti akan mama lakukan, Hanafi. Sayangnya, mama gak bisa."

"Ah, sudahlah. Dia bukan anak kecil lagi, Fi. Yang harus kamu jaga sekuat tenaga. Dia itu orang dewasa yang sudah tahu mana baik dan mana buruknya. Dia tahu yang terbaik untuk dirinya, Hanafi."

"Sudahlah. Tidak perlu terlalu kamu pikirkan. Dia akan baik-baik saja. Jaga dirimu sendiri di sana. Selamat bersenang- senang, Afi." Nisa langsung memutuskan sambungan telepon dengan cepat.

Setelahnya, dia langsung melepas napas lega karena telah berhasil membuat anaknya percaya dengan apa yang sudah ia katakan. Hana yang ada di samping Nisa langsung angkat bicara.

"Bagaimana, Ma? Apa semuanya akan baik-baik saja?"

"Iya ... kamu tenang saja. Semua akan baik-baik saja."

"Beneran suka bikin masalah itu perempuan. Ke mana sih perginya?"

"Ah, palingan dia pulang ke rumah ayahnya. Biarkan saja. Dia gak akan mampu pergi ke mana-mana selain ke sana."

"Heh ... benar juga apa yang mama katakan. Dia itu wanita miskin. Gak kerja. Cuma jadi beban kak Afi saja. Mana mampu dia pergi jauh selain ke rumah ayahnya."

"Hm. Itu kamu tahu."

*

Sementara itu, di kediaman Desi, Afi masih terdiam di balkon dengan mata yang terus fokus pada layar ponsel. Sudah puluhan pesan singkat yang dia layangkan ke nomor kontak Nindi. Tapi sayangnya, tidak satupun mendapat jawaban. Jangankan di balas, di baca saja tidak.

"Kamu pasti sangat marah padaku, Anin. Aku tahu itu. Kamu marah sampai tidak ingin membaca pesan yang aku kirimkan."

"Maafkan aku. Besok pagi, aku pasti akan kembali."

"Afi."

Suara Desi terdengar sangat lembut dari arah belakang. Hanafi menoleh dengan malas. Trank. Mata Afi langsung membulat sesaat setelah melihat Desi yang ada di depannya.

"Astaga." Afi berucap sambil membuang pandangan dengan cepat.

Wajah bahagia Desi pun langsung berubah sesaat setelah mendengar apa yang baru saja Afi ucap ketika melihat diri. Namun, Desi tidak akan mundur. Dia malah memilih untuk terus maju.

"Kenapa, Fi? Apa yang salah?"

"Tolong, pakai baju yang baik, mbak."

Ya. Semua gara-gara pakaian yang Desi kenakan malam ini. Wanita itu sedang memakai piyama. Oh, bukan piyama melainkan, lingerie yang sangat seksi dengan warna merah menyala.

"Baju ... yang baik? Maaf, Afi. Aku ... kalau malam memang suka berpakaian begini kalau ingin tidur. Ini, cukup nyaman buat aku," ucap Desi beralasan.

Tentu saja niat Desi sebelumnya adalah untuk menggoda Afi. Namun, karena tanggapan Afi yang tidak sama dengan apa yang ia harapkan, dia malah langsung memberikan alasan seperti barusan.

"Iya ... kalau kamu tidak suka dengan apa yang aku pakai. Aku akan ganti. Tapi sebaiknya, kamu segera masuk. Udara malam tidak baik, Fi. Kamu bisa sakit."

"Iya. Sebentar lagi," ucap Afi tidak melirik Desi sedikitpun.

Kesal hati Desi bukan kepalang. Padahal, dia yakin kalau tubuhnya sudah sangat menggoda. Bagaimana bisa Afi tidak tertarik akan apa yang telah dia suguhkan.

'Sial. Kenapa dia tidak tertarik sedikitpun? Katanya, kucing suka ikan. Kok ada kucing yang tidak suka dengan ikan segar?'

'Ah, tunggu saja. Aku yakin kalau kamu tidak akan tahan jika aku terus memberikan godaan padamu. Lihat saja, Hanafi. Aku akan buat kamu kecanduan padaku,' ucap Desi dalam hatinya lagi.

Lalu, saat ingin beranjak masuk ke dalam, Desi malah berpura-pura terpeleset yang tiba-tiba saja jatuh ke dalam pelukan Hanafi. Suasana berubah sedikit hangat. Dua gunung kembar Desi yang menggoda menempel pada dada Afi. Tubuh seksi itu sungguh mengiurkan.

Detak jantung Afi pun tiba-tiba cepat. Tapi, itu hanya sesaat saja. Karena tiba-tiba saja, wajah Nindi datang menghampiri pikiran Afi. Ternyata, cinta masih mampu membuat Afi sadar akan keadaan.

Segera, Afi melepaskan tubuh Desi yang menempel pada tubuhnya. "Ya Tuhan. Mbak, tolong masuk segera. Angin malam tidak baik."

"Tapi-- "

"Aku akan masuk sebentar lagi, Desi."

Desi hanya mampu menatap tajam ke arah Hanafi yang kini sudah membelakanginya. Sungguh, perasaan Desi saat ini sedang bercampur aduk. Ada malu, kesal, marah. Semua berbaur menjadi satu.

Desi menggenggam erat tangannya.

'Kurang ajar. Kenapa aku malah menerima penolakan? Jika itu mas Ali, sedikit saja aku goda pasti langsung berhasil. Sedikit saja aku perlihatkan tubuhku, dia akan mabuk bukan kepalang. Tapi ini-- Tidak bisa. Aku tidak akan menerima kekalahan. Aku tidak kalah. Akan aku buat kamu mabuk padaku cepat atau lambat, Hanafi.'

1
Jumiah
bs jd itu lain anakx ali suamix ..
anak selingkuhan desy..
Jumiah
ntt desy selingkuh hamil baru tau rasa mm x afi...
Jumiah
nindi ajukan sdh gugat ceremu ...
kmu pasti bisa melewatix ,ad x
dukungan ayah mu nin...
sdh gk layak dipertahan kan rmh tangga mu nin...
Jumiah
anin pergilah sejauh mungkin ...
tinggalkan afi .sdh gk ad yg pantas
pertahan kan ,jangan paksakan untuk
melewati kerikil2 itu ...
Jumiah
nindi kmu hrus tegas jangau mau di dua kan ..
Jumiah
gk usag banyak gaya afi klo memang mau nikah lg cerekan dulu nindi...
semoga pd menyesal ntt x setelah pisah sma nindi...biar tau rasa
Patrick Khan
.emak km sukses bikin mental afi down... desi km gk sadar afi gk doyan km😏😏😏
Lee Mbaa Young
Semoga cpt cerai, kl pun hanafi gk bisa balik lagi ma mantan semoga dpt wanita yg baik gk kayak Desi.
Lee Mbaa Young
Lah pelakor merusak rumah tangga orang kok mau bhgia. mimpi saja kau.
itu karma mu.desi enak kan, dah rahim rusak gk bisa punya anak pelakor lagi. iuhh amit amit.
mnikah diatas derita wanita lain kok mau bhgia, nyadar lah kau itu pelakor.
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
.akhir nya nenek lampir ketauan jg kan😏😏belom tau busuk nya desi km nek lampir..
Lee Mbaa Young
eh laporkan dokter nya ke polisi krn mau mmbuat laporan palsu.
Lee Mbaa Young
Semoga nnti beneran sakit parah tu tua bangka.
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
aku suka😍😍😍
Patrick Khan
.kak anin apa nindi si.. typo ya.. 🙏😁😁anindia kadang anin kadang nindi ..
Patrick Khan: ayo up lg aja kak..
total 4 replies
Cindy
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!