Aku Bukan Pembawa Sial!

Setelah selesai sholat Isya di masjid, Ayah Indah bersiap untuk pulang ke rumah. Setelah melipat sajadahnya, ayah Indah beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke teras masjid untuk memakai sandal jepitnya.

"Pak Idris,,,, mau langsung pulang ya pak?"

"Eh pak Adam, iya,,, seperti biasa pak" jawab ayah Indah

"Sama saya juga. Oh iya pak, Indah bekerja di tempat Lidya kerja juga ya? Itu si Lidya cerita katanya sering ketemu Indah"

Kedua bapak-bapak itu tengah berbincang didepan teras masjid, saat setelah mengenakan sandal mereka

"Iya,, baru kerja disana" jawab ayah Indah

"Tapi meski disana baru, Indah sudah di kerumuni sama cowok-cowok kaya pak Idris. Bahkan boss indah pun sepertinya juga suka sama Indah"

"Ah,, kata siapa pak?! itu tidak mungkin. Indah tidak pernah cerita apa-apa kepada kami" jawab ayah Indah

"Saya dengar dari Lidya pak. Kalau saran saya,, mungkin lebih baik Nak indah itu di Ruqyah atau di bawa ke ustad saja dulu pak, biar sialnya di buang. Takutnya nanti malah ada korban lagi" kata Ayah Lidya

"Saya punya kenalan ustad yang suka nyembuhin orang-orang yang ketempelan begitu pak" sahut bapak-bapak lain

"Astagfirullah,,,, bapak-bapak anak saya itu tidak kenapa-kenapa. Itu mitos saja pak, semua sudah takdir" jawab pak Idris

"Bapak gak percaya!! indah itu bahu Laweyan pak! sampai pernikahannya yang ke 7 nanti pasti semua suaminya akan meninggal. Memangnya bapak tidak kasihan sama Indah?!"

"Astagfirullah,, bapak-bapak,, jangan gadaikan iman kita dengan mempercayai mitos seperti itu. Saya hanya yakin dengan apa yang sudah Allah takdirkan untuk indah. tidak ada hubungannya dengan mitos-mitos yang bapak- bapak ucapkan itu. Hal seperti itu karena iman manusia terlalu tipis, sehingga mudah mempercayai mitos!" jawab pak Idris

"Terserah pak Idris, kami hanya menyarankan saja! kasihan indah yang pasti tidak akan ada pria yang berani menikahi indah lagi karena takut kena sial"

Satu persatu bapak-bapak meninggalkan ayah Indah yang masih mematung didepan masjid. ayah indah hanya menatap satu per satu punggung mereka yang semakin menjauh dari pandangannya

"Ya Allah,,, lindungi keluargaku dari semua hal buruk. Aku percaya tidak ada kekuatan yang besar kecuali kekuatanmu" ucap pak Idris yang kemudian berjalan menuju kerumahnya.

Berita soal Indah memang sudah tersebar di kalangan tempat tinggal Indah. Bahkan tidak ada lagi bujang ataupun pria dewasa yang berani mendekati Indah setelah kematian suami keduanya. Semua orang langsung takut, jika harus berdekatan dengan Indah berarti siap untuk menjadi tumbal berikutnya. Meskipun begitu, mereka masih tetap sesekali menggoda indah jika tengah berpapasan ditengah jalan karena memang wajah cantik Indah mampu menyihir semua mata pria yang menatapnya.

Sampainya ayah Indah dirumah,,,,

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam,,, sudah pulang yah? ayo kita makan malam" ucap Indah saat menyambut ayahnya pulang

"Ayo"

Ayah dan Indah pun berjalan menuju ke meja makan. Disana sudah ada ibu dan adiknya yang menunggu didepan meja makan.

"Ayah kenapa? wajah nya murung gitu?!" tanya ibu Indah

"Gak papa. mungkin kecapekan aja" jawab ayah Indah

"Ohh,, ya sudah kita makan sekarang ya. Nanti ibu pijitin ayah setelah ini" ucap ibu Indah

Kemudian Sekeluarga itu pun menikmati makan malam mereka, setelah selesai ayah dan ibu Indah pun bercerita berdua didalam kamar mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi saat di masjid tadi. Sementara indah maupun adiknya sudah masuk kedalam kamar mereka masing-masing.

Pagi menjelang,,,,,

Indah sudah bersiap untuk ke kantor dan pagi ini Indah akan membawa bekal yang sudah disiapkannya pagi-pagi sekali. Setelah sarapan bersama, Indah pamit dan langsung berangkat menuju kantor. Indah berjalan sebentar ke pinggir jalan dan menaiki angkutan kota yang lewat pagi itu.

Sesampainya di kantor,,,,

Indah berpapasan dengan David yang juga sampai bersamaan pagi itu

"Pagi Ndah,,, naik angkot lagi?" ucap David

"Pagi,, iya seperti biasa. Tumben pagi-pagi sudah sampai" ucap Indah

"Eitss,, aku memang berangkat pagi, cuma kalau ada yang perlu lain baru sedikit siang. Oh iya mama dan adikku sangat senang dengan roti yang aku bawakan kemarin. Dan berita bagusnya lagi, Minggu depan dirumah ada acara keluarga, mama menyuruhku untuk memesan roti di kedaimu untuk hidangan" ucap David saat berdiri didepan lift bersama indah

"Alhamdulillah,,,, seneng deh kalau pada seneng sama rotinya" jawab Indah

"Ohh iya,,, kemarin aku juga sempet kasih pak Ibra, cuma gak tau di makan atau enggak" ucap David yang kemudian melangkah bersama indah masuk kedalam lift VIP

Belum sampai Indah menjawab, tiba-tiba Ibra masuk juga kedalam lift itu dan menjadi penengah antara David dan Indah

"Pak Ibra?!"

"Selama Pagi Tuan" ucap David cepat

"Selamat pagi pak" ucap Indah

"Pagi" jawab Ibra datar, lalu David menekan tombol lift menuju lantai paling atas.

"Pagi-pagi sudah berduaan! awas yang ketiganya setan" ucap Ibra menyindir David dan Indah

"kalau kami berdua berarti bapak yang ketiga dong?" ucap Indah dan sontak Ibra menoleh kearah Indah. Meski suara indah begitu kecil, namun masih terdengar jelas ditelinga Ibra. Sementara David menahan Tawa dengan apa yang terjadi saat ini

"Apa yang kau katakan?!" Tanya Ibra dan Indah hanya menunduk

" Tidak ada pak hehe" sahut indah tanpa mengangkat wajahnya

"Wah,, indah cari perkara sama pak Ibra!" Batin David

Ting!

"Kau, ikut keruanganku!" Ucap Ibra kepada Indah

Deg!

Ibra keluar lebih dulu dan disusul Indah juga David

"Wahh,,, cari masalahhh kamu ndah!" ucap David terkekeh

"Lah,,, kan aku cuma menyambung ucapan pak Ibra!" Jawab Indah

"Awasss,,, nanti di terkam pak Ibra, Hrrmmmmmm!!" Ucap David menakut nakuti

"Iihhh malah nakut-nakutin!!" Sarkas indah kesal kepada David

David terkekeh dan melihat wajah indah sedikit pias akibat ucapannya.

"Good luck Indah" ucap David yang kemudian menghilang dibalik pintu ruangannya

Jantung Indah rasa tidak bisa normal saat berjalan menuju keruangan Ibra. Pikirannya sudah berkelana, Indah termakan ucapan David yang bilang jika Ibra mungkin saja akan menerkamnya. Apalagi sudah beberapa hari ini Indah tidak pernah mendengar ataupun melihat Ibra membawa wanita cantik sebagai pemuas dirinya. Pikiran indah sudah terlalu jauh hingga membuatnya panas dingin saat akan membuka pintu ruangan Ibra

"Gimana kalau,,, pak Ibra,,, beneran menerkam ku?! dia,,,, dia terlihat begitu ganas,,,," pikiran Indah

Indah merasa tenggorokan begitu kering, bahkan salivahnya pun terasa ikut mengering.

Ceklekkkk

.

.

.

.

Bersambung,,,,,,,