Ditinggalkan oleh ayah kandungnya sejak masih bayi, dan hanya dibesarkan oleh sang ibu membuat ia menjadi sosok yang mandiri.
Namun di usia yang ke 19 tahun ibunya telah meninggal dan memaksa dirinya hidup sebatangkara, nasip Areta sungguh buruk ia di jual oleh wanita yang baru dikenalnya kepada mafia bengis tanpa ampun.
Ia mencoba kabur namun dengan mudah ia tertangkap kembali, hingga mafia itu mengikat jiwanya dengan menikah dengan Areta agar gadis itu tidak melarikan diri.
Benci, marah dan dendam itulah perasaan Areta Marla kepada Kian Egan.
Apakah akan ada benih-benih cinta diantara mereka?
Inget jangan menilai buku dari judul apalagi cover. Setting luar negeri tapi kota menurut fantasi dari Author jadi kalau ada ****** ****** harap maklum. Novel ini dibuat dengan sangat hati-hati agat tidak meninggalkan kesan fulgar. Buat mami-mami yang tidak berkenan dengan s*ks bebas, diharap
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi wu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#Tidak Bisa Bersembunyi
Mr. Mafia bab 11
Pagi pun menjelang, matahari telah bersiap merajai hari mengambil alih tugasnya untuk menyediakan sumber daya utama untuk mahluk di bumi.
Areta dengan napas terengah berjalan menuju rumahnya, ia menutup pintu rapat-rapat dan mengunci diri di kamarnya.
Sudah empat hari lamanya gadis itu pergi dari rumah di mana ia tinggal sejak kecil, ia bisa bernapas lega karena dapat kembali lagi di tanah kelahirannya ini.
Areta tidak tahu jika bahaya besar telah menantinya, Kian merencanakan sesuatu yang besar untuk dirinya jika ia tertangkap.
***
Kian telah sampai di kediaamannya, ia telah mengetahui siapa yang membantu Areta untuk pergi dari rumah ini, kamera cctv yang selalu standby selama 24 jam, dan akhirnya berbicara, Irene sebagai tersangka utama atas kejadian ini. Dan membuat Kian murka.
"Irene! Irene ....!" Kian berteriak, suaranya mampu membuat bulu kuduk semua orang berdiri karena takut, matanya begitu memerah karena diselimuti kemarahan yang amat sangat kepada Irene.
Irene yang mendengar panggilan itu langsung berlari menuju laki-laki kejam itu. Dengan wajah yang ketakutan, Irene berkata, "A-ada apa Kian–"
"Duduk!" perintah laki-laki itu kesal.
Irene duduk dengan begitu tegang, hawa membunuh yang Kian tampakkan sangat membuatnya ketakutan. Silda yang menyaksikan hal itu hanya bisa tersenyum sinis, atas apa yang terjadi dengan Irene.
Kian berdiri tepat di depan wanita itu, ia mendekatkan wajahnya dengan mata merah seolah mengeluarkan api yang siap melahap tubuh Irene.
"Jawab pertanyaanku! Kau yang telah membantu peliharaanku pergi, bukan?!" Suara Kian tampak mengintimidasi Irene yang tengah ketakutan.
"Jawab!" Teriakan Kian membuat tubuh Irene terperanjat dan kaget.
Lalu tiba-tiba wanita itu bersujud di bawah kaki Kian untuk diberi ampunan oleh laki-laki itu.
"Dia yang memaksaku, Kian. Aku sudah melarangnya, dan akhirnya ia berhasil meluluhkan hatiku." Irene malah berbalik menyalahkan gadis malang tersebut, namun nyatanya ialah yang membuat Areta pergi dari rumah ini.
"Bagaimana caramu membantunya?!"
"Aku menyuruhnya berjalan melewati lorong rahasia kita, Kian."
Kian menekan dagu Irene dengan begitu kuat sehingga membuat wanita itu kesakitan. "Aku mempercayaimu selama ini! Itu karena Jams, Ayahmu adalah orang kepercayaanku, dan ia menitipkanmu untukku dan memintaku menjagamu sebelum dia mati, dan kau malah menusukku dari belakan, 'ha?!"
Irene menangis sejadi-jadinya karena begitu ketakutan. "Maafkan aku, Kian ...."
"Perbaiki kesalahanmu! Dan jangan kau ulangi kesalahan dan membuatku marah, Irene!" dengus Kian.
Kian menatap Silda, yang membuat prempuan itu terpanah oleh anak panah yang siap menusuk matanya.
"Hubungi Yosiana! Minta alamat Areta, ia pasti kembali ke rumahnya!" perintah Kian kepada Silda dan membuat wanita itu terbirit dan mengambil ponselnya.
"Ya ... ia kembali ke rumahnya, Kian. Aku telah memberinya tiket," ungkap Irene, menutupi kesalahannya.
"Kau sudah memikirkan ini masak-masak?! Jangan-jangan dalang di balik pelariannya di mall, itu ulah kau?!"
"Bu-bukan!" seru Irene, menyanggah semua omongan Kian.
"Boss ... ini alamat gadis itu." Silda memberikan sebuah kertas kepada Kian dan langsung disambar oleh laki-laki itu.
"Tunggu aku kelinci kecil!" umpat Kian lirih, lalu berjalan keluar rumah menuju ke kota di mana Areta tinggal.
***
Tak membutuhkan waktu yang lama, Kian telah sampai di kota Boegenfille, ia memerintahkan semua pengawalnya untuk menunggunya di suatu tempat, agar tidak membuat masyarakat ketakutan karena kehadiran puluhan orang mafia.
Kian menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Areta, kediaman yang sederhana dengan pagar kayu yang rapuh di halamannya.
Kian sejenak memperhatikan rumah itu, gorden dan pintu rumah itu tertutup rapat seolah tidak ada si empunya rumah.
Kian pun mencari dan memutar otak, ia meminta tolong kepada salah satu tetangganya agat Areta mau membukakan pintu untuknya, karena jika Areta tahu dia yang mengetuk pintu, pasti Areta tidak akan membukakan pintu untuknya.
Orang yang ia pilih adalah ibu Della tetangga sebelah rumah Areta.
"Maaf, nyonya." Kian menghampiri sosok Della yang tengah menyiram tanaman di depan rumahnya.
Melihat lelaki gagah dan tampan, membuat ibu Della terpana sejenak dan memandang dengan saksama seluruh tubuh Kian.
"Iya ... Tuan Muda."
"Apakah Areta telah kembali ke rumah?" Kian berkata sambil pandangannya tertuju kepada rumah Areta.
"Areta telah pergi dari sini, empat hari yang lalu. Anda siapa kalau boleh saya tahu." Della terus menatap Kian.
"Saya adalah suami Areta," jawab Kian, santai.
Della pun kaget dan tidak sengaja menjatuhkan selang yang ia bawa untuk menyirami tanaman rumahnya.
"Su-suami?" Della memperjelas kalimat Kian.
"Ya ... ia berkata bahwa ia akan pulang sebentar ke rumahnya, tapi saya sudah menunggunya sejak kemarin, ia belum juga pulang, bisakah anda membantu saya, mengetuk rumah Areta."
"Kenapa anda tidak mengetuk rumahnya sendiri?"
"Ya ... karena kami bertengkar kemarin, saya takut jika saya yang mengetuk pintu rumahnya, ia tidak akan membukanya."
"Oh ... masalah rumah tangga rupanya, baiklah saya akan membantu anda, Tuan."
Mereka pun berjalan menuju rumah Areta yang tampak sunyi itu, Della dengan polosnya mengetuk pintu rumah Areta.
Tok tok tok tok....
"Areta, apakah kau telah kembali?" ucap Della pelan.
Areta yang ketakutan mendengar pintu rumahnya terketuk, ia langsung menyaut ketika mendengar suara Della.
"Iya bu, aku telah kembali."
Saat Areta membuka pintu untuk Della, matanya tiba-tiba terbelalak seolah manik matanya akan keluar dari tempatnya bersemayam. Ia seperti melihat hantu yang berdiri di belakang Della.
"Ada yang mencarimu, Tuan muda ini berkata, bahwa kau adalah istrinya."
Kian tersenyum sinis, menatap mata gadis yang ketakutan itu.
"Su-suami?" Areta gugup menjawab pertanyaan Della.
"Aku ikut senang jika kau sudah menikah, Areta. Aku bisa bernapas lega, karena ada yang menjagamu," tutur Della santai, ia tidak melihat urat ketegangan di mata Areta.
"Ta-tapi ...."
"Namanya berumah tangga pasti ada cek coknya, jika bertengkar, jangan pernah sampai kau melangkahkan kakimu dari rumah suamimu, apalagi ia sangat tampan seperti aktor." Della berkata dengan santai, padahal ia tidak tahu jika bahaya besar telah menanti Areta.
"Terimakasih, nyonya telah memberikan nasehat kepada istri saya," sahut Kian dengan suara ramah tamahnya.
"I-istri ...."
Kian tersenyum seolah ada secuil dendam di dalam goretan bibirnya yang menyungging itu.
"Aku pergi, selesaikan urusanmu dengan suamimu, Reta!" Della beranjak pergi meninggalkan Areta yang telah tertangkap oleh mafia kejam seperti Kian.
***
"Hai ... kelinci kecil, dunia ini terlalu kecil untukmu lari dariku, bahkan meskipun kau bersembunyi di dalam tanah, aku dengan mudah akan menemukanmu!" ucap Kian lirih.
•
•
•
Bersambung ~
Jika kalian suka, jangan segan-segan tekan Like, Komen dan Vote, 'Yak!
Terimakasih dan Papay
kalau boleh di ganti aja visual nya 🤔
sekali lagi maaf😊😙