Menikah dengan pria yang membuat hidupnya bagai di Surga membuat Ayu benar-benar bucin dan berjanji untuk tidak akan menikah lagi jika suaminya meninggal dunia duluan atau sebaliknya ia tidak akan membiarkan suaminya menikah lagi jika ia yang meninggal duluan. Namun apa boleh di kata kebahagiaannya tak berlangsung lama, Ayu meninggal setelah melahirkan putri pertamanya. Seperti Janjinya ia pun menjadi arwah penasaran untuk menjaga suaminya dari godaan wanita lain. Namun siapa sangka bayi mungilnya masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu membuat ia harus merelakan suaminya untuk menikah lagi dengan adiknya Hera. Awalnya ia tidak keberatan karena ia tahu benar Hera, pribadinya yang sangat baik bagai malaikat membuatnya mengikhlaskannya hingga ia rela melepaskan suami tercintanya. Namun kehadiran seorang wanita tua di rumahnya membuatnya sadar jika Heralah penyebab kematiannya???, lalu bagaimana kelanjutan hubungan Hera dan suami Ayu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Hera
Malam itu Adi di buat panik. Keadaan Hanin semakin kritis. Meskipun ustadz Aziz sudah datang untuk mengobatinya namun kondisinya masih belum stabil. Ustadz Aziz bahkan menyarankan agar Hanin di bawa berobat kepada Kyai Ali, guru dari Ustadz Aziz.
Adi pun menurut, ia mengantar Hanin ke Pondok pesantren Kyai Ali.
Siang itu, rumah tampak sepi. Mbak Yati pergi ke pasar untuk belanja bulanan, sementara Reina tertidur di kamarnya.
Hera duduk di ruang tamu memainkan ponselnya. Sementara itu Ayu memilih tidur di samping Reina.
Suara bel rumah terdengar membuat Ayu terbangun.
Ia pun bergegas untuk melihat siapa yang datang.
Seorang wanita paruh baya tampak duduk di samping Hera, keduanya terlihat sedang membicarakan sesuatu dengan begitu serius.
Karena penasaran Ayu pun berusaha keluar untuk mendengarkan percakapan mereka. Namun barh beberapa langkah Mardi muncul dan langsung menariknya pergi.
"Apa-apaan si Lo, datang-datang main tarik aja, emang gue layangan!" gerutu Ayu dengan mimik wajah kesal
"Masih mending lo gue selamatin, bukannya berterima kasih malah marah-marah gak jelas!" sahut Mardi bertolak pinggang
"Selamatin gimana maksudnya, emang gue jatuh, emang gue dalam bahaya, atau ada penjahat gitu??" jawab Ayu dengan mimik wajah penasaran
"Dasar hantu nggak peka gitu aja nggak tahu," Mardi mendorong Ayu hingga nyaris jatuh
"Anj*r, Ya emang gue kagak tahu Mardi, makanya lo kasih tahu dong. Kenapa lo narik gue pergi, kan gue kepo sama si Hera dia tuh bicarain apa gitu, soalnya kan gue takut dia ngerjain sesuatu yang bisa mencelakai Mas Adi sama Reina," Ayu kemudian duduk dengan wajah manyun
Mardi pun menyusulnya dan duduk disampingnya.
"Oke baiklah, aku akan memberitahumu alasannya. Jadi yang datang ke rumah lo itu adalah seorang dukun . D U K U N. Jadi lo untuk sementara waktu Jangan muncul dulu sampai dukun itu pergi, karena kalau nggak lo bisa ditangkap sama dia lalu dijadikan sebagai budaknya, atau kalau gak lo bisa di kurung untuk di jadikan jimat!" Mardi memasang wajah seram untuk menakut-nakuti Ayu
"Oh gitu, Kok lo bisa tahu sih. Terus bagaimana caranya gue bisa tahu kalau orang itu dukun atau bukan?!"
"Pertama lo bisa cium dari aromanya. Biasanya para dukun itu aromanya membuat hantu jadi bersin-bersin, yang kedua lo bisa lihat dari bawaannya, setiap dukun itu memiliki makhluk penjaga atau makhluk gaib yang selalu ia bawa saat ia pergi kemanapun. Yang ke tiga ciri khas dukun itu selalu memiliki aura gaib yang menarik kaum seperti kita untuk mendekatinya. Mungkin sekarang lo belum bisa mengenalinya tapi jam terbang akan mengajari mu," jawab Mardi
Ayu mengangguk paham.
"Oh,"
"Hera bawa dukun ke rumah untuk apa??"
"Kita lihat saja nanti?" sahut Mardi
Malam harinya Reina tiba-tiba rewel. Ia terus menangis tanpa henti hingga membuat Ayu panik.
"Aduh gimana ini mbak Hera, kok Reina gak diam-diam!" ucap Mbak Yati
Hera melirik kearah Reina, ia terlihat cuek tidak seperti biasanya.
"Biar aku telpon Mas Adi saja, mungkin Rei kangen sama papahnya,"
Hera mengambil ponselnya dan segera menelpon Adi. Satu jam kemudian Adi pun tiba di rumah. Dia segera berlari menghampiri Rena dan menggendongnya.
"Reina sayang kenapa, kangen ya sama papah, cup, cup!" suara Adi terdengar begitu lembut
Ia menimang-nimang bayi mungilnya sambil mengajaknya berbicara.
Tidak seperti biasanya, Reina tak kunjung diam meskipun Adi sudah menimangnya. Ia bahkan tak mau minum susu saat Adi berusaha memberinya susu.
"Aduh, Reina kenapa ya Ra, kok dia gak mau diem gini, apa dia sakit, atau kangen sama Ayu??"
"Coba aku ambil pakaian kak Ayu, kali aja dia diem kalau udah nyium ketek emaknya," sahut Hera
Adi mengangguk setuju. Hera segera pergi ke kamar Adi untuk mengambil baju Ayu. Namun sebelum ke kamar Adi ia masuk ke kamarnya terlebih dahulu dan mengambil sesuatu. Ia mengambil sesuatu dari laci meja riasnya kemudian tersenyum licik.
"Semuanya baru di mulai, aku sudah tidak sabar menunggu hasilnya," Hera tersenyum licik
Ia kemudian keluar dari kamarnya menuju kamar Adi.
Hera meletakkan sesuatu di bawah bantal Adi. Ayu yang terus mengawasinya tampak kaget saat melihat kelakuan aneh Hera.
Sebuah kain putih di letakan di bawah bantal dengan mulut Hera yang bergerak-gerak seperti membaca mantera.
"Apa yang kamu letakkan Hera. Apa aa sesuatu yang kamu sembunyikan dariku. Kenapa kamu berubah seperti ini. Apa yang sudah membuat mu jadi begini. Apa kehidupan ku membuat kamu iri sehingga kamu melakukan hal-hal gaib seperti ini??"
Tidak lama Hera keluar dari ruangan itu. Ayu yang penasaran dengan apa yang diletakkan Hera pun segera menggambil benda yang di sembunyikan Ayu di bawah bantal. Matanya melotot saat melihat bunga melati dan sebuah bukur bertuliskan huruf jawa.
"Buat apa semua ini Hera??"
Saat Ayu berusaha mengambilnya, tiba-tiba ia merasakan tangannya seperti terbakar hingga ia langsung melempar bukur itu.
"Aww!"
Ayu mengibaskan tangannya kemudian meniupnya untuk menghilangkan rasa panas yang membuat jari-jarinya seketika melepuh.
"Benda apa itu kenapa aku tidak bisa menyentuhnya,"
Tiba-tiba Mardi muncul dan melirik kearah Bukur yang tergeletak dilantai.
"Hmm!"
Ia kemudian berjalan menghampiri Ayu.
"Tangan lo gak papa??" Mardi menarik jemari Ayu untuk melihat kondisinya.
"Gosong!" jawab Ayu dengan mimik wajah memelas
"Gak papa, dua jam lagi bakal balik seperti semula. Anggap aja itu sebagai permulaan," Mardi kemudian berjalan keluar di ikuti Ayu.
Namun rasa penasaran membuat Ayu berbelok ke ruang tamu.
Ia penasaran apa yang dilakukan Hera selanjutnya. Kali ini ia mengamati adiknya itu dari balik tirai.
"Maaf ya Mas, lama!" Hera berlari kecil mendekati Adi
Senyumnya terus mengembang saat menatap iparnya itu
Suara tangisan Reina membuat senyumnya semakin mengembang. Ia tahu jika drama baru akan di mulai. Dari kesedihan Reina ia berusaha mendapatkan simpati dari Adi.
Sikapnya yang keibuan dan kepeduliannya kepada bocah itu akan membuat Adi luluh dan perlahan melupakan istrinya Ayu.
"Aku tahu Mas Adi belum bisa move on, tapi setidaknya Reina akan membuatnya berpikir untuk mencari seseorang yang bisa merawatnya, dan itu adalah aku?"
mgkin klo udh nemu yg pas dan ccok agak nya ayu akan tenang dan g gentanyangan lagi
apa setiap kali dpt lwt makanan apa ya jd ceoet kena juga itu si adi
rasuki suster itu
dan bilang jauhi dia serta menarik apa yg sudah di kirimkan sm hera wow keren dehh
jgn biarkan dia sng dan jgn birkan dia mengiasi semuanya
lawan ayuu
hera aq juga g iklas klo sam hera deh
ayu lawan hera aq suka itu apa misteri ya knp ayu ttp gntanyangan gtu
moga aja ini lekas terungkap knp ayu masih saja bisa kalyapan sdkn hanin g
adi ceoetan sadar yaaa