Peringatan! Harap bijak dalam membaca. Ini karya dipersembahkan untuk hiburan emak yang sudah berusia 21+ dan sudah menikah! Dibawa 21 harap jangan baca! Dosa tangung sendiri!
Sequel dari Dipaksa menikahi tuan muda duda
Ashanum Ananda Wijaya terpaksa menerima perjodohan dengan pria yang sama sekali tak ia kenal setelah pergaulan bebasnya diketahui sang papa yaitu Raka Wijaya. Asha harus mengorbankan cintanya menikahi pria sederhana yang bukan tipenya yang tak ada daya tarik sama sekali yang hanya berkerja sebagai guru ngaji di pondok pesantren dan sebagai ob di rumah sakit ternama dikota Malang.
Dibalik kesederhanaannya Asegaf Albramata adalah seorang pengusaha muda yang sukses disegala bidang, namun ia menyembunyikan semuanya karena berbagai alasan.
Asha sangat membenci Ega karena adanya dia, ia harus kehilangan cinta pertamanya.
Nb : Jangan lupa follow ig:Duwi Sukema author ya, agar tahu visual juga novel author lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon duwi sukema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Meminta hakku
Setelah kepergian Nathan kini tinggal Asha dan Ega yang masih berdiri di teras depan rumahnya, karena hari ini minggu mereka tak melakukan aktifitas apa pun.
"Kamu tak kerja hari ini?" tanya Asha sambil duduk di kursi anyaman yang berada di teras.
"Tidak, hari ini minggu jadi libur," jawab Ega dengan menyalakan kran untuk menyiram bunga-bunga yang ia tanam.
Aneh biasanya seorang ob tidak ada hari libur tapi kenapa dia bisa libur pikir Asha. Kenapa juga aku memikirkan dia tidak penting juga batin Asha.
"Oh libur, oya dimana orang tua kamu? Kenapa saat kita menikah tak ada saudara kamu yang datang, atau jangan-jangan kamu menipu bunda dan papa ya, kalau kamu sebenarnya sudah punya istri," cecar Asha dengan berbagai pertanyaan.
"Kamu menuduhku?!" tanya Ega dengan mengangkat salah satu alisnya. "Jika aku sudah menikah kenapa juga aku menerima hinaan darimu, lebih baik aku hidup bersama istriku tak menikahi kamu. Perlu kamu ketahui jika aku bukan tipe laki-laki yang suka berganti-ganti pasangan, bagiku menikah hanya satu kali seumur hidupku," tegas Ega dengan memberikan penekanan.
"Lalu dimana orang tuamu?"
"Mereka sudah tiada, apa kamu mau aku ajak ke makamnya," tawar Ega.
"Tidak perlu, aku percaya denganmu," ucap Asha sambil bermain ponsel.
***
Pagi hari Asha sudah siap-siap dengan jas putih yang ia kenakan untuk magang di sebuah rumah sakit harapan sehat dengan membawa tas salempang di sebelah kanannya.
"Mas, aku dengar kamu kerja di rumah sakit harapan sehat, benarkah itu? Kata papa kamu kerja jadi ob disana, aku harap kita nanti tak saling menyapa disana, anggap saja kita tak kenal," ucap Asha memberikan ancaman pada Ega. "Satu lagi jangan campuri urusan pribadi kita, urus saja sendiri-sendiri kecuali jika ada papa atau bunda," ucapnya lagi.
"Segitunya kamu malu memiliki suami yang hanya seorang office boy, apa kamu tak menghargai seorang suami seharusnya kamu bersyukur Sha, masih memiliki suami yang baik seperti aku," ucap Ega.
"Seperti kamu, buat apa aku bangga? Kamu itu sama saja lelaki yang hanya mengincar harta keluarga Wijaya saja," hina Asha.
"Cukup Sha!" teriak Ega.
"Itu memang kenyataannya kan, kamu mau menikah denganku karena ingin imbalan harta papaku. Semua kebaikan kamu hanya kamu buat menghasut agar papa dan bunda suka sama kamu. Seharusnya kamu juga tak membawa-bawa nama pondok pesantren milik Abah Jafar hanya untuk kepentingan pribadi kamu saja," cibir Asha dengan ekspresi wajah sinisnya.
"Aku menikahimu karena ingin ta'aruf Sha, mencari istri yang sholeh. Kata abah kau begitu, makanya aku menerimamu," ucap Ega. "Perlu kamu tahu aku mulai mencintaimu Sha," ucapnya lagi.
"Persetan dengan cinta," tegas Asha. "Kamu itu sama saja, bilang cinta padaku agar aku bisa luluh olehmu lalu kau akan memeras harta keluargaku, tak akan ku biarkan itu," sinisnya.
Ega yang merasa sakit hati dihina oleh Asha segera menarik paksa tangan Asha menuju kamarnya hingga terjatuh di atas ranjang.
Ega segera mengunci pintu kamarnya, lalu ia mulai mendekati Asha yang masih berada di atas kasur dengan sedikit meringis menahan sakit pada kepalanya.
Ega semakin dekat, mendekatkan tubuhnya. Ia tak bisa diam saja jika harga dirinya di rendahkan terus menerus.
"Kamu mau apa?" tanya Asha.
Asha mulai ketakutan, ini pertama kalinya ia melihat wajah laki-laki yang selama satu minggu ia nikahi berubah menjadi lebih kejam dan dingin, yang biasanya ia lembut dan selalu mengalah.
"Aku, aku mau meminta hakku. Kenapa? Apa kamu keberatan?" ucap Ega. "Aku akan memaksa kamu," tegas Ega dengan menarik semua pakai Asha hingga jas yang dikenakan sobek.
Ega segera melepas semuanya hingga terjadilah persatuan tubuh mereka untuk pertama kalinya. Ega merasa senang ternyata Asha masih menjaga kehormatannya.
Asha hanya bisa menahan sakit dan menangisi semua nasibnya dengan meringkuk dibawa selimut.
Ega yang melihat Asha seperti itu merasa terluka hatinya, telah menyakiti istri yang kini mulai ia cintai. Ega segera memeluk Asha dari belakang, namun Asha segera memberontak melepaskan pelukan Ega dengan sekuat tenanganya.
"Kamu jahat, kamu jahat," teriak Asha sambil sesenggukan.
"Maafkan aku dek, aku tak bisa mengontrol emosiku. Hingga aku membuat kamu begini," lirih Ega.
"Keluar! Kamu keluar!" hardik Asha. "Aku benci kamu!" Aku benci," teriak Asha semakin menjadi menangis sekanjang-kencangnya.
Ega segera memunguti pakainya lalu keluar kamar meninggalkan Asha untuk sendiri.
Ega yang telah selesai membersihkan diri, lalu memcoba melihat Asha, namun pintu terkunci dari dalam.
Ega segera membuka ponselnya memesankan jas online untuk magang Asha besok. Tak mungkin jika dia memakai jas yang telah ia rusak tadi.
"Kenapa aku bisa kelewatan batas, kenapa aku memaksanya, pasti dia tambah membenciku," lirih Ega yang frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.
****
Beberapa hari kemudian Asha selalu saja menghindar dari Ega, bahkan Asha lebih sering mengurung diri di kamarnya setelah kejadian beberapa hari lalu.
Tok! Tok!
Asha yang mendengar suara ketukan pintu, ia lebih memilih memasukan tubuhnya ke dalam selimut dan berpura-pura memejamkan matanya.
"Sha, kamu sudah tidur belum? Mas belikan pizza kesukaan kamu tadi, ayo makan dulu! Mas perhatikan kamu tak pernah makan," ucap Ega.
Ega yang tak mendengar suara apa pun dari dalam kamar ia segera mencoba membuka pintunya ternyata tak terkunci, ia segera mendekat lalu duduk ditepi ranjang.
"Maafkan aku, jika boleh mengulang waktu itu aku tak akan melakukannya Sha, aku pasti akan menunggu kamu menyerahkan sendiri semua ini. Tolong jangan diam kan seperti ini, aku merasa sangat bersalah," lirih Ega membelai kening Asha.
"Aku sangat mencintai kamu, aku akan menunggu kamu sampai kamu mau menerimaku," ucap Ega dengan membenarkan selimut milik Asha.
Setelah kepergian Ega, kini ia menyadarkan tubuhnya dengan sedikit duduk. Aku harus bagaimana? Aku tak mencintai dia sama sekali, tapi bagimana jika aku hamil bagaimana dengan nasib anak ini nanti batin Asha dengan menangis.
Asha menoleh ke sampingnya ada sebuah papar bag ia segera membukanya.
Matanya tak percaya melihat jas rancangan sebuah desainer langganannya. Apa dia membelikannya untukku, kenapa dia itu ngak bisa menghemat sama sekali sich. Pasti dia membeli ini dengan gajinya satu bulan batin Asha.
Asha melihat sebuah kertas berbentuk love ia segera membacanya.
Rinduku layaknya gerimis yang sewaktu-waktu menjadi hujan deras dan membadai. Tak ada harta yang ku unggulkan untuk memanjakanmu, kasih, tapi aku punya seribu cara membuatmu selalu tersenyum. Senyummu adalah semangatku, dan tangismu membuat hatiku tertusuk duri. Ribuan rintangan tak akan mampu membuatku menyerah, kecuali kamu yang memintaku. Sesaat rasa cintaku muncul untukmu, saat itulah perasaanku mengalahkan logika. Setiap matahari terbit, aku merasa kamu ada disisiku sekarang ini. Maafkan aku Asha, aku mencintaimu, jika kau tak mau jadi istriku aku berharap kamu bisa jadi temanku.
Asegaf Albramata