Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KHILAF
Devandra mengabaikan Clarisa yang sedang tersungkur karena Devandra mendorongnya cukup keras.
Melihat Devandra pergi tanpa sepatah katapun membuat Clarisa sakit hati dan sedih.
Saat Devandra buru buru pergi dia tanpa sengaja di tubruk oleh William yang akan pergi ke kamar mandi.
"Maaf pak, saya tidak begitu memperlihatkan jalan," ucap William menunduk
Mendengar hal tersebut Devandra tampak tak mau ambil pusing dan berjalan dengan terburu buru sekilas William melihat tanda merah di leher Devandra.
Lelaki yang sudah dewasa pun pasti faham apa yang sudah dilakukan oleh Devandra tersebut.
Saat akan masuk ke toilet William melihat Clarisa keluar dari ruangan sambil mata berkaca kaca.
William sedikit bingung lalu mengabaikannya.
William keluar dari toilet dan ada panggilan dari penjara di mana Aurora di tahan namun William mengabaikannya.
Saat William akan kembali ke acara makan malam , William berjalan melewati Clarisa yang sedang menangis, melihat hal itu William memberikan Clarisa sapu tangan dan memberikannya.
Clarisa sejenak merasa tertegun dan mengambil sapu tangan tersebut lalu mengusap air matanya dengan sapu tangan tersebut.
"Terimakasih," ucap Clarisa sambil tersenyum dan mengulurkan tangan ke arah William
"Aku Clarisa,,, apa kamu karyawan disini,"
William menerima uluran tangan Clarisa dengan senang hati, telapak tangan Clarisa terasa sangat lembut dan halus, sangat berbeda sekali dengan tangan Aurora.
"Perkenalkan aku William, manager perusahaan disini," ucap William sedikit berbangga hati.
"Wow sorry,,,, senang berkenalan denganmu and thank you buat sapu tangannya, aku kembalikan besok di kantor ya," ucap Clarisa dengan tersenyum kecil dan terlihat sangat cantik dan anggun dimata William.
William merasa sangat terpesona melihat kecantikan Clarisa.
Bibirnya yang sangat manis , kulitnya yang mulus dan postur tubuhnya yang ideal.
Membuat darah William berdesir dan jantungnya tak karuan.
'Aku ingin memilikinya, ucap William dalam hati.
Melihat William yang bengong dan terpana, membuat Clarisa mengangkat tangan dan menepuk bahu William
"Hello hello kamu kenapa bengong, are you ok" ucap Clarisa sedikit heran.
"Oh sorry, hehehe aku ok kok," jawab William dengan tersenyum simpul.
Clarisa menangguk dan pamit untuk kembali ke acara lagi, sementara William melihat kepergian Clarisa dengan kagum.
Kakinya yang panjang dan berjenjang sangat membuat dia kagum.
William mencoba menyadarkan diri.
"Sadar William kamu siapa, dia itu pacarnya Bos kamu,, ayo sadar bagai langit dan bumi," ucap William sambil memukul kepalanya pelan.
Sementara Devandra menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke penjara tempat dimana Aurora sekarang berada.
Jantung Devandra berdetak cukup kencang.
Dia sama sekali tidak mau orang yang di bencinya mati begitu mudah.
Sesampainya di tempat Aurora dia mencari polisi kenalannya yang saat ini merupakan mata matanya.
Sementara Aurora, ditemukan tidak sadarkan diri Mushola.
Aurora terlihat pucat, bahkan dia mengeluh kepalanya pusing dan berkunang kunang.
Aurora memulai membuka mata dan perlahan lahan kesadarannya mulai kembali.
Dia melihat sekeliling ruangan, dia terheran kenapa dia ada di klinik penjara.
"Bu Aurora sudah sadar," ucap Dokter yang memeriksanya.
Aurora mengangguk lalu memejamkan mata sebentar.
"Berapa lama ibu telat datang bulan," ucap Dokter lagi.
Aurora merasa kaget dan syok , dia tak menyangka dokter akan menanyakan hal tersebut.
Mulut Aurora terbuka pertanda akan menjawab, namun Dokter mengucapkan hal lagi yang membuat Aurora kaget
"Ibu hamil,,,apa ibu gak sadar ," ucap Dokter sambil melihat Aurora dengan tatapan nelangsa.
Mendengar hal tersebut Aurora meneteskan air mata dan mengusap perutnya.
Dia menangis lagi dan memikirkan nasib anaknya yang akan ditanggungnya kelak.
Melihat Aurora menangis, Dokter menggeleng gelengkan kepala dan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.
Selanjutnya dokter tersebut meninggalkan Aurora di klinik seorang diri, karena dokter tersebut merasa bahwa Aurora perlu menerima semua ini dan menenangkan diri.
"Wanita itu hamil pak," ucap polisi yang duduk di sebelah Devandra.
Mendengar hal tersebut Devandra menatap tajam polisi tersebut dan tersenyum bahagia.
"Amazing,,,, kini semua terlihat impas dan semakin menarik," Devandra mengangguk angguk dan terlihat puas.
Sebelum Devandra pergi, dia ingin mampir sejenak dan melihat kondisi Aurora.
Dia mengintip di celah pintu dan melihat Aurora mengelus elus perutnya dengan tersenyum bahagia.
Sama sekali Aurora terlihat tidak tertekan dan sedih, melihat hal itu Devandra makin muak dan mengepalkan tangan kembali.
Acara makan malam tersebut telah usai, saat William akan beranjak pulang, Lestari asisten William menghampiri William.
"Bapak mau pulang," ucap Lestari dengan lembut
William menggelengkan kepala dan memberitahu Lestari bahwa akan lembur di kantor, mendengar hal tersebut Lestari sebagai asisten merasa tidak enak jika membiarkan William di kantor seorang diri.
Hingga akhirnya Lestari menawarkan diri untuk menemani William dikantor, siapa tau membutuhkan keahliannya, dan William pun mengiyakan niat baik Lestari.
Waktu menunjukkan pukul 01.00 WIB. Lestari mencoba mengintip ruangan William dan melihat William begitu sibuk, Lestari ingin meminta izin untuk pulang namun dia merasa tidak enak sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk minta izin pulang.
Mendengar Lestari meminta izin pulang, William pun mengiyakan sampai akhirnya William pun meminta Lestari membuatkan kopi sebelum Lestari pulang.
Saat Lestari mengantarkan kopi ke William tanpa sengaja, kakinya tersandung oleh kabel yang ada di bawah hingga akhirnya kopi tersebut jatuh tepat di depan William.
William segera beranjak berdiri dan kaget sambil mengusap usap celananya.
"Maaf pak, saya gak sengaja," ucap Lestari sambil menunduk mengusap celana William.
Tanpa mereka sadari mereka saling pandang memandang.
Hembusan nafas mereka saling terdengar satu sama lain.
William mencoba mengalihkan dan mengembalikan kesadarannya namun, melihat pakaian Lestari yang seksi membuat William hilang kesadaran.
Bagaimana tidak gunung kembar Lestari terpampang nyata seakan meminta untuk di raih dan di genggam.
William mulai hilang kesadaran dan meraih wajah Lestari lalu meraup bibirnya yang tebal.
Melihat hal tersebut Lestari begitu kaget dan tercengang, namun Lestari begitu pasrah karena dia diam diam sudah menaruh hati pada William sejak lama.
Lestari sangat menikmati percumbuan William, mengingat Lestari sudah lama tidak merasakan hal seperti ini semenjak perceraian dia dan mantan suaminya 3 tahun silam.
William mencumbui leher Lestari dengan rakus.
"emmmmmm emmmmh Lestari mulai merasa hilang kendali, dan dengan sadar Lestari melepas kaitan gunung kembarnya lalu William melepas penghalang gunung kembar Lestari.
Dengan sekali tarikan baju yang menempel pada Lestari pun terlepas, hal itu membuat William semakin tertantang melihat gunung kembarnya.
William meremas gunung kembar Lestari, sehingga membuat Lestari memejamkan mata dan menarik kepala William menuju gunung kembarnya seakan memberi sinyal agar William bersedia untuk menjadi bayi kecilnya.
William seakan mendapatkan kesempatan yang langka.
William menyeruput pucuk gunung kembar Lestari bergantian ke kanan dan ke kiri.
Sementara Lestari menggigit bibirnya sambil memejamkan mata.
"Pak Will,,, oh pak Will,,, sakiiiiit, ahhh ahhh ahhh ," ucap Lestari sambil mencoba membenamkan kepala William untuk menuju kearah bagian bawahnya.
Saat tangan Lestari mencoba melepaskan ikat pinggang William , William mulai tersadar dan melepaskan diri dari Lestari.
"Stoppppp,, Stppp , " Ucap William.