NovelToon NovelToon
SENORITA DEL AMOR

SENORITA DEL AMOR

Status: tamat
Genre:Misteri / CEO / Roman-Angst Mafia / Tamat
Popularitas:27.3k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

Series #1

•••Lanjutan dari novel TAWANAN PRIA PSIKOPAT (Season 1 & 2)•••

Universidad Autonoma de Madrid (UAM) menjadi tempat di mana kehidupan Maula seketika berubah drastis. Ia datang ke Spanyol untuk pendidikan namun takdir justru membawa dirinya pada hubungan rumit yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Rayden Salvatore, terus berjuang untuk menjaga gadis kecilnya itu dari semua yang membahayakan. Sayangnya dia selalu kecolongan sehingga Rayden tidak diizinkan oleh ayah Maula untuk mendekati anaknya lagi.

Maula bertahan dengan dirinya, sedangkan Rayden berjuang demi cintanya. Apa keduanya mampu untuk bersatu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 : Melabrak

...•••Selamat Membaca•••...

Ponsel Maula tak hentinya berdering, panggilan masuk dari Sofia yang begitu khawatir dengan keadaan Maula. Rayden yang tidur di sofa menjawab panggilan tersebut dan memberi pengertian pada Sofia mengenai Maula.

“Ada baiknya kamu antar Maula sekarang, Ray. Dari tadi Om Leo nelfon terus dan aku bingung mau jawab apa.” Rayden mengusap wajahnya dan menatap Maula yang masih tertidur.

“Baiklah, aku akan ke sana.”

Setelah panggilan berakhir, Rayden mengenakan jaket dan menggendong Maula. Malam itu juga dia mengantarkan Maula pulang ke rumahnya, untuk menghindari kesalahpahaman Leo.

Pagi harinya, Maula bangun sambil memegangi kepalanya yang pusing. Matanya mulai membiasakan cahaya matahari pagi.

Dia tidak ingat kejadian apapun semalam, yang dia tahu hanyalah ke klub dan mabuk. Maula mandi dan mengganti pakaian agar lebih segar, kepalanya masih pusing tapi tidak terlalu.

Hari ini libur, dia turun untuk sarapan dan di meja makan sudah ada Sofia.

“Sudah bangun, sarapan dulu yuk. Tadi aku order makanan.” Sofia menyapa dengan ramah, semua makanan itu kesukaan Maula.

“Siapa yang nganterin aku pulang semalam? Dan yang gantiin baju aku siapa?” tanya Maula heran pada Sofia.

Sofia terlihat ragu tapi dia harus berbohong. Rayden semalam meminta agar merahasiakan dirinya.

“Kamu diantar teman kamu, aku nggak kenal juga siapa. Aku yang ganti baju kamu.” Maula mengerutkan dahinya, dari nada bicara Sofia, dia merasa sedikit aneh.

“Tapi aku nggak punya baju itu.”

“Emmm... itu baju aku, baju tidur aku.” Maula mengangguk dan tidak mau ambil pusing. Dia duduk dan memakan sarapan pagi itu, tanpa dia sadari kalau yang mengirimkan makanan tersebut adalah Rayden.

Lagi-lagi Sofia harus berbohong karena permintaan Rayden.

“Ini vitaminnya diminum dulu, biar kamu lebih baik.” Maula mengambil vitamin dari tangan Sofia dan meminumnya, itu juga dari Rayden.

“Kamu pernah pacaran nggak?” tanya Maula tiba-tiba pada Sofia.

“Enggak. Kamu?”

“Pernah sih, ya pacaran saat sekolah dan itu hanya iseng.”

“Kenapa memangnya? Kok kamu tiba-tiba nanya pacaran.”

“Nggak sih, cuma mau minta pendapat sama kamu tapi kamunya nggak pernah pacaran.” Sofia terkekeh.

“Ya mana tau aku bisa kasih saran.” Maula berpikir sejenak lalu menggeleng.

“Nggak jadi. Aku mau keluar nanti, kamu mau nitip sesuatu?”

“Aku juga mau keluar, mau nyari buku.”

“Tapi kita nggak bisa barengan.”

“Gapapa.”

...***...

Rayden membenamkan seluruh tubuhnya di dalam bathub yang penuh dengan air. Menahan napas sambil membayangkan betapa bahagia dia ketika mengetahui Maula juga mencintainya, namun kebahagiaan itu seketika sirna saat dia tahu bahwa mereka tak bisa bersama.

Dari pagi hingga sore, Rayden sama sekali tidak keluar dari kamarnya. Tidak makan maupun minum. Maula datang mengunjungi rumah tersebut, satpam mengatakan kalau Rayden tidak di rumah namun dia tetap ingin masuk.

Dengan berat hati, Maula diizinkan masuk dan cukup kaget dengan kondisi rumah mewah Rayden yang gelap tanpa penerangan. Semua gorden ditutup seakan rumah itu tidak berpenghuni.

“Kenapa gelap begini?” tanya Maula pada salah seorang pelayan di sana. Dia memang sering main ke rumah itu jika waktu senggang, jadi cukup akrab dengan pelayan di sana.

“Tuan tidak mengizinkan kami meneranginya. Untuk hari ini kami disuruh tidak melakukan apapun.” Maula mengerutkan dahi.

“Dia di mana?”

“Ada di dalam kamar Nona.” Maula mengangguk dan naik ke lantai atas, menuju ke dalam kamar Rayden.

Perlahan tapi pasti. Maula menekan handle pintu dan bunyi derit terdengar menandakan pintu terbuka. Langkahnya pelan memasuki kamar Rayden, sangat gelap, ditambah lagi hari sudah sore hampir gelap.

“Ada apalagi? Saya sudah bilang, jangan ada yang bekerja hari ini,” kata Rayden yang posisinya membelakangi pintu, sambil duduk di lantai dan bersandar ke tempat tidur.

Maula kembali menutup pintu, dia tidak menjawab, melainkan terus melangkah maju. Melihat dengan sisa cahaya yang masuk melalui jendela.

Rayden seketika tahu siapa yang masuk, mencium dari aroma parfum gadisnya.

“Kenapa kau ke sini?” tanya Rayden dengan ketus. Maula berjalan terus mendekat lalu duduk bersimpuh di hadapan Rayden.

“Aku ini bukan orang bodoh Ray, kau menjauhi aku bukan karena keinginan hatimu. Aku memang tidak mengenalmu puluhan tahun tapi aku tau karaktermu. Saat aku sakit, Papa selalu menghindar jika aku menanyakan keberadaanmu dan tiba-tiba kau membentakku dan bilang akan menikah. Apa kau itu dalam tekanan?” Rayden menatap mata indah itu, walaupun dalam gelap, dia bisa melihat betapa khawatir pancaran dari hazel milik Maula.

“Kau bicara seolah tahu aku.”

“Jangan berbelit-belit. Apa papa yang menyuruhmu menjauhi aku?”

“Bukan.” Maula menghela napas dan menggenggam tangan Rayden.

“Aku mencintaimu, Rayden. Aku bisa gila lama-lama memendam rasa begini, kau tau, semalam aku pergi clubbing dan mabuk hingga pagi. Semua karena kepala dan hatiku sakit memikirkanmu. Aku datang ke sini bukan memintamu jujur tapi aku datang hanya untuk mengungkapkan isi hatiku, mau kau percaya atau tidak, aku tidak peduli. Yang penting aku lega karena sudah mengatakannya padamu.” Rayden membalas genggaman tangan Maula, dia meneteskan air mata dan dihapus oleh gadis itu.

“Kau tidak bisa bersama denganku, Piccola. Aku akan memberikan bahaya padamu.”

“Yah. Aku memang sudah menduga semua itu. Pasti Papa yang menyuruhmu menjauh kan?” Rayden tak menjawab, bukan Maula namanya kalau dia tidak mendapat jawaban hari ini.

Karena lelah didesak, Rayden mengemukakan semuanya tanpa terkecuali. Maula begitu geram dengan kelakuan Isabella.

“Aku sudah menemui Ny. Isabella. Dia tidak akan berhenti menyakiti siapapun yang dekat denganku.” Maula tidak menjawab lagi, dia menyalakan lampu dan semua jadi terang.

“Lihat! Lihat pakai matamu, kau itu laki-laki Rayden. Kau mau diancam begitu saja?”

“Dia tidak hanya mengancam, kau lihat bagaimana dia menyakitimu dan aku tidak bisa berbuat apapun.” Maula kembali bersimpuh di hadapan Rayden.

“Aku tidak peduli.”

“Aku lahir atas penderitaan orang lain, semenjak ibuku meninggal, semua gelap dan aku memilih untuk terjun dalam kegelapan itu. Menjadi anak buah Archer dan berkecimpung di dunia bawah yang kejam dan tidak memiliki sisi kemanusiaan. Tak ada cahaya dalam hidupku selama ini, hingga kau datang menawarkan kehidupan baru padaku. Aku merasa bahwa cahaya begitu indah. Untuk beberapa saat, aku nikmati cahaya itu dan seiring berjalannya waktu, aku kembali pada kegelapan lagi.” Rayden terkekeh kecil dan menghapus air mata yang mulai turun, tangannya masih menggenggam tangan Maula.

“Aku mengutarakan isi hatiku pada ayahmu, dia menolak karena aku bisa membahayakan hidupmu. Aku bisa mengerti itu, ayah mana yang ingin anaknya dalam bahaya? Aku menghilang selama empat tahun untuk memutuskan semua kegelapan dan berharap setelah itu aku akan bersinar dengan cahayamu. Aku bahagia Piccola, sangat bahagia bersamamu. Tapi lagi-lagi, cahaya itu langsung redup ketika kau disakiti di depan mataku tanpa aku bisa berbuat apapun. Posisiku lemah saat ini, aku bukan orang yang tepat untuk bersamamu.” Maula memalingkan wajahnya dan menghapus air mata yang turun begitu deras.

“Aku bisa melihat bagaimana ayahmu menjaga kalian dari marabahaya, dia bisa melakukan apapun agar keluarganya aman. Tidak mungkin aku akan masuk hanya untuk memberikan penderitaan tak berujung pada putrinya.” Rayden membawa tangan Maula ke bibirnya dan mencium tangan itu.

“Aku mencintaimu, Piccola. Aku sudah merancang kehidupan masa depan denganmu. Haha semua buyar hanya dalam hitungan detik.”

“Kita bisa merancangnya kembali, dengar Ray.” Maula menangkup wajah tampan itu dan berkata, “Kau harus menjadi orang yang lebih besar dari mereka semua. Kau harus lebih baik dari siapapun, baik dari segi diri maupun materi.”

“Maksudmu?”

“Kembalilah menjadi mafia, kuasai sesuatu yang bisa membuatmu menjadi seorang raja. Kau memiliki kemampuan itu, hanya saja mereka jauh lebih berkuasa dan menggunakan kekuasaan untuk menekanmu. Rebut kekuasaan itu dan berdiri tegak tanpa tekanan dari siapa pun. Aku di sini Ray, aku akan mendukung apapun yang akan kau lakukan.” Maula berkata dengan penuh keyakinan, semangat Rayden yang padam kembali menyala melihat sorot mata gadisnya.

“Bagaimana dengan ayahmu?”

“Kita bisa menjaga jarak sampai aku lulus kuliah dan kau mendapatkan kekuasaanmu. Ya bersikap biasa saja. Setelah waktunya tepat, aku akan membantumu membasmi semua yang membuatmu menderita selama ini. Kita akan menjadi King and Queen Mafia di belahan dunia, menguasai sesuatu yang akan membuat kita menjadi nomor satu.” Rayden tersenyum lalu memeluk Maula.

“Mau menungguku?”

“Tentu, aku akan menunggumu asalkan kau tidak berpaling pada wanita lain.” Mereka berdua tertawa.

Hari mulai gelap, malam turun dengan cuaca begitu cerah.

“Tunggu di sini ya,” ujar Maula yang dibalas anggukan oleh Rayden.

Beberapa menit kemudian, ia muncul kembali dengan dua buah lampion kertas berwarna merah dan kuning keemasan. Ia tersenyum kecil, lalu berjalan ke balkon.

Maula membuka lipatan lampion dan mulai memasang lilin kecil di dalamnya.

“Bukankah aku ini cahaya dalam hidupmu?” ujar Maula yang dibalas senyuman hangat oleh Rayden.

Ia menatap lampion di tangan Maula.

“Ayo,” bisik Maula sambil menarik tangan Rayden. “Kita nyalakan lampion-lampion ini. Biarkan mereka terbang. Mungkin... mereka bisa bawa sedikit luka kita ke langit.”

Rayden menatap Maula dalam-dalam. Wajah gadis itu teduh, dan meski matanya lelah karena tugas kuliah dan shift rumah sakit, ada ketulusan dalam senyum yang ia berikan. Ia bangkit perlahan, menyusul Maula yang kini sudah berdiri di halaman.

Udara masih dingin, namun langit mulai menampakkan bintang. Mereka berdiri di rerumputan basah, kaki Rayden tanpa alas, seperti tak peduli lagi pada dingin yang menggigit.

Maula menyalakan korek api, dan api kecil itu memercik, membakar sumbu lilin dalam lampion pertama. Lampion itu mulai mengembang, cahaya lembut menyinarinya dari dalam, berpendar seperti harapan.

“Siap?” tanya Maula.

Rayden mengangguk.

Mereka lepaskan lampion bersama. Perlahan-lahan, benda itu terangkat, terbang naik ke langit yang masih samar oleh awan tipis. Lampion kedua menyusul tak lama kemudian.

Rayden menatap keduanya hingga menghilang di ketinggian. Ia tak bicara, tapi tiba-tiba pundaknya jatuh—bukan karena beban, tapi karena kelegaan yang diam-diam menyelinap masuk.

“Terima kasih, Piccola,” katanya lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh angin.

Maula mendekat, lalu bersandar di bahu Rayden. Mereka berdiri di sana, dalam diam yang tidak lagi sepi.

Karena malam ini, di bawah langit Madrid, dua lampion membawa lebih dari sekadar cahaya. Mereka membawa kenangan. Luka. Harapan. Dan mungkin, awal dari sesuatu yang baru.

“Kau mencintai aku bukan seperti mencintai Archer kan?” Maula terkekeh dan menatap Rayden.

“Menurutmu?” Rayden mencubit hidung Maula dengan gemas dan tertawa bersama.

...***...

Keesokan harinya, Maula datang menemui Isabella ke rumahnya. Cukup jauh dari lokasi kampus, tapi dia memang berniat untuk menemui wanita tua itu.

Kedatangan Maula disambut hangat oleh Isabella, tapi tatapan Maula cukup mengerikan untuk dibilang sekedar seorang tamu.

“Tidak perlu basa-basi denganku, aku ke sini bukan untuk menjadi tamu kehormatanmu. Dengar ya wanita tua, yang tidak akan lama lagi bersatu dengan kotak kayu lalu terkubur di tanah.” Isabella membulatkan matanya mendengar perkataan tajam dari Maula. Gadis itu melanjutkan dengan nada tajam, “Kau bukan lagi berurusan dengan Rayden, tapi kau berurusan denganku. Kau pikir kau berkuasa hah? Ayahku juga punya kuasa dan jangan sampai aku berpikir untuk menggunakan metode Rat Torture padamu ya.”

Isabella tersenyum mengakui keberanian gadis itu. Datang sendirian ke rumahnya dan memberikan ancaman.

“Kau begini hanya karena Rayden?”

“Bukan. Tapi karena kau sudah membuat aku masuk rumah sakit, dengar ya nenek tua, aku tidak pernah membiarkan siapa pun lepas setelah menyakitiku. Apa yang kau banggakan hah? Sudah tua tapi otak tidak dipakai, buang saja otakmu ke dalam tong sampah, kalau kau keberatan, biar aku yang membantu mengeluarkan otakmu. Aku cukup ahli dalam hal itu, anakmu yang mengajarinya,” sengit Maula, Isabella mengepalkan tangannya lalu Maula menarik kuat tangan itu hingga Isabella tersungkur dan posisinya seperti bersujud di kaki Maula.

“Tanganmu tidak cukup kuat untuk memukulku. Jangan pernah berurusan denganku, kau menyuruh orang untuk menyakitiku dan aku datang sendiri untuk menyakitimu. Bilang pada Archer, buatkan pelindung perut untukmu sebelum aku menarik keluar isi perutmu itu.” Maula menghentakkan kakinya dan mengibaskan rambut, langkahnya tegas pergi dari rumah tersebut.

Isabella menatap kepergian gadis itu dengan mata memerah, bukan karena tangis tapi amarah.

...•••Bersambung•••...

...~MAULA MAXIMILLIAN~...

...~RAYDEN SALVATORE~...

......................

......................

1
Radella
good
Syaqilla
awesome
Naxed2448
👍
Dewi Dejiya
awesome
Dinda Kirana
Awesome
Khadijah Jaelani
amazing
Iguana Scrub
luar biasa
adi_nata
motor itu kenapa tiba tiba ada ? sudah ada di rumah itu sebelumnya atau diantar seseorang ?
adi_nata: ya .. mungkin memang imajinasiku yang terbatas jadi terkadang agak bingung menangkap alur cerita. cuma bisa fokus pada satu titik keterangan.
🌺Shella BTS🌺: Oh ya beda pandangan ya, tapi kalo dri segi alur sih, mereka kan beberes di rumah dulu dan Rayden sempat bilang kalo rumahnya deket. Jadi ke supermarket ya pake kendaraan Rayden, deket lah bolak balik ke rumah dia 😁
total 6 replies
Khaira Delisya
ada lanjutannya gak Thor🥹🥹
Vebi Gusriyeni: Ada kakak, judulnya SENORITA PERDIDA
total 1 replies
adi_nata
lha dianya sendiri juga biadab.
Vebi Gusriyeni: Namanya juga psikopat
total 1 replies
adi_nata
seorang gadis belia bisa melalukan tindakan brutal semacam ini. luka seperti apa yang mendorongnya ?
adi_nata: oke siap author Vebi
Vebi Gusriyeni: Hehe aman, ntar baca aja dari awal biar gak bingung ya ☺ btw nanti kalo ada salah alur atau kekeliruan di tengah cerita bisa kasih respon dan saran, ntar aku perbaiki. Makasih udah kasih dukungannya ☺☺
total 4 replies
Yuyun Asrifani
Suka🥰
Bunda Rian Putra
terbaik
Ukhty Hawa
Baca dari season 1 sampai ke series ini benar2 menghayati, terbawa suasana hingga susah move on dari tokohnya 👍
Cherry Clode
good
Miami Zena
Awesome
Sader Krena
Amazing
Inay Inayah
keren
Flo Teris
awesome
Alya Nurhidayat
Best
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!