Elora Thomas Blossom, merupakan seorang gadis cantik yang sangat Malang, Ia hidup dalam sebuah tekanan yang terus membuatnya sedih. Perceraian kedua orang tuanya sendari kecil, serta mendapat Ibu tiri yang sangat kejam, membuat hidupnya sangat pilu. Ditambah lagi ayah kandungnya sendiri yang tidak pernah menganggapnya, dan hanya menyayangi saudari tirinya saja.
Ia memiliki seorang kekasih yang sangat ia sayangi, mereka akan segera melangsungkan pernikahan. Namun Elora tidak tau mengapa, kekasih yang akan menikahinya itu tiba-tiba membatalkan pernikahannya secara sepihak. Hal itu mampu membuat Elora tambah tersiksa, Ia terus dicaci maki oleh keluarganya.
Sampai akhirnya Ia tidak
Menyangka bertemu seorang CEO yang sangat angkuh, karena Ia telah menolong Ibu sang CEO.
Karena kebaikanya itu, Ibu sang CEO memaksa putranya untuk menikahi gadis itu disaat mereka berdua belum saling mengenal dan saling mencintai.
Dengan terpaksa Elora mau menikah dengan CEO itu dengan tujuan suapaya Ia bisa keluar dari keluarga yang terus menyakitinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kadek Widianingsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11. Batal
Takkk
Takk
Takk
Kaki jenjang itu Melangkah gontai mengenakan sepatu bertumit yang tidak begitu tinggi. raut wajah yang masam dan kusut menghiasi pagi hari Elora Blossom. Ia berfikir masalahnya itu tidak begitu fatal. Namun sayang CEO angkuh itu sama sekali tidak berbaik hati padanya dan membatalkan begitu saja acara yang telah Ia persiapkan dengan matang.
Xander hanya marah jika di kantornya akan terjadi keributan akan tindakan Elora dan juga Jayden yang begitu konyol. Pria itu juga kesal karena ponselnya yang terlalu ribut, Ia tidak bisa membahas kerjasama di group Whatsapp dengan beberapa rekan bisnisnya karena hal itu. Dan menurut Xander itu sangatlah fatal.
Gadis itu dengan kasar membuka knop pintu ruangannya. Pikirannya seakan pecah dengan ancaman Xander yang tidak main-main. Belum lagi Ia memikirkan sosok Zein yang tak menyerah terus mengejar dirinya.
“Elora kau mau kemana?” Tanya Jayden bingung. Ia menatap gadis itu tengah membereskan semua barang-barangnya, yang sepertinya akan di bawa keluar dari ruangan itu.
Elora tidak menjawab pertanyaan Jayden yang sedang menggantung. Ia masih fokus dengan dirinya. Kekacauan yang terjadi juga akibat ulah Jayden, jadi gadis itu juga sangat kesal dengan orang kepercayaan di perusahaan itu.
“Elora, kau tidak menjawabku? Apa mau aku memecatmu dan menyeretmu keluar dari perusahaan ini” ucap Jayden yang tidak tau ada masalah apa dengan gadis itu.
Pria itu sudah mulai ramah dengan Elora karena hasil kerja Elora yang sangat memuaskan hatinya.
“Anda bisa mengecek ponsel anda dan melihatnya di group perusahaan”
Bukannya memeriksa ponselnya, Jayden masih menatap Elora dengan tajam.
“Maaf Tuan, hari ini hari terakhir saya menjadi sekretaris anda. Saya permisi”
*
*
*
“El, sebaiknya kamu berhubungan baik dengan Zein” ucap seorang gadis cantik bernama Ema. Ia adalah sahabat Elora yang sudah lama tinggal di panti asuhan itu.
Elora menatap Ema dengan senyum hangatnya. Ia juga menerima nasehat dari Ema yang selalu sangat baik padanya.
“Iya Ema, tapi hatiku masih sangat perih ketika mengingat nama Zein”
Kali ini Elora memalingkan wajahnya, menatap sekeliling panti asuhan yang terlihat sangat hijau dan asri. Di tempat itulah Ia dan Zein sering menghabiskan waktu bersama.
Terlintas sekilas di benaknya kenangan manis yang terlukis indah di hidupnya ketika sedang menjalin kasih denga pria itu.
“Zein itu orang yang sangat baik. Tidak seharusnya kau membencinya” ujar Ema yang ingin hubungan kedua sahabatnya membaik.
Tak henti-hentinya gadis itu memberi nasehat pada hati Elora yang masih tertancap dengan panah yang sangat dalam. Senyum yang terpatri di wajah indahnya begitu tulus.
“Zein masih mengejarku untuk kembali padanya” Ucap Elora dengan bulir bening yang Ia tahan di sudut matanya.
Bagaimana hatinya bisa ikhlas jika hati Zein terus berlomba untuk selalu menjadi orang nomor satu di hati Elora?
Senyum indah di bibir Ema seketika musnah, disaat Elora mengatakan hal itu. Hati gadis itu begitu sesak mendengar pernyataan yang keluar dari bibir mungil Elora. Namun cepat-cepat Ia kembali mengembangkan senyumannya pada gadis itu dan kembali bercanda ria dengannya melupakan sosok Zein.
“Bagaimana keadaan anak-anak Ema? Aku sudah beberapa hari ini tidak berkunjung kemari.” Tanya Elora, Ia berusaha mengalihkan pembicaraan mengenai Zein, agar dirinya tidak terus terpaku dengannya.
“Mereka semua baik-baik saja El, mereka juga sering menanyakanmu yang tak kunjung datang menemui mereka”
Elora menjadi merasa bersalah dengan anak-anak itu karena sudah sekian hari tidak berkunjung kesana. Sekarang pun Ia tidak bisa menemui mereka, karena anak-anak panti sudah waktunya untu beristirahat, Elora tidak ingin mengganggu mereka.
Tak lama kemudian, zein yang tadinya mereka bicarakan datang menghampiri mereka dengan balutan setelan casual yang sangat indah di tubuh idealnya.
Pria itu mengembangkan senyuman yang membuat dua gadis itu tersipu atas ketampanan yang Ia miliki. Tapi Elora buru-buru menampar dirinya agar tidak terhipnotis lagi oleh Zein. Bagaimanapun hubungan mereka sudah berakhir, dan tidak akan pernah menyatu lagi.
“Zein, sudah lama kau tidak datang kemari” sapa Ema dengan senyum yang dua kali lipat lebih manis dari sebelumnya.
“Iya Ema, aku sangat sibuk dengan aktivitas padatku akhir-akhir ini” ucap Zein tersenyum kikuk karena juga mendapati Elora disana.
Sedangkan Elora. Ia hanya diam melihat Ema dan Zein tengah berbincang ringan. Ia enggan untuk melirik ke arah Zein meski Zein berkali-kali mencuri pandang ke arahnya.
Sepertinya seorang Zein juga memiliki kepala yang sekeras batu. Angan-anganya untuk memiliki Elora kembali sangatlah besar. Bahkan Ia sangat tidak suka dengan pria yang menjemput Elora tadi pagi.
“Ema. Aku harus pulang. Ini sudah agak malam” pamit Elora.
Zein yang tadinya tengah terduduk tiba-tiba ikut berdiri.
“El, biarkan aku yang mengantarmu. Bukankah aku masih ada tempat di hatimu sebagai seorang sahabat”
Pertahanan Elora yang kokoh pun terpaksa dihancurkan karena Zein terus memaksanya. Ia juga tidak ingin ada keributan di panti asuhan itu. Ia hanya mengangguk menyetujui tawaran Zein dan berjalan mendahului pria itu.
Ema yang melihat punggung mereka hilang memegang dadanya yang sesak, dengan senyum mengembang yang perlahan runtuh menyaksikan adegan itu.
“Zein.... andai kau tau bagaimana hatiku”
Didalam perjalanan tidak ada sepatah katapun keluar dari bibir mereka. Suasana canggung dan dingin menyeruak layaknya sebuah lautan yang berubah beku menjadi es.
Keheningan itu pecah, ketika Zein menghentikan mobilnya tepat didepan rumah Elora.
Ia keluar dari bangku kemudi lalu berlari kecil membukakan pintu untuk tuan putri yang bersemayam di dalam hatinya.
Gadis itu masih sangat enggan memberikan senyumannya. Ia seperti seorang yang tidak pernah mengenal Zein sebelumnya.
“Terimakasih sudah mengantarku Ze” ucap elora yang disambut senyuman hangat dari pria tampan itu.
“Tidak masalah Elora. Aku bisa mengantarkanmu setiap hari jika kau mau. Bukankah sekarang kita sudah menjadi sahabat?” Ucapnya sambil menunjukkan jari kelingkingnya pada Elora.
Gadis itu hanya mengembangkan senyum tipisnya, kemudian Ia meraih kelingking Zein untung mengaitkan dengan kelingking dirinya sebagai tanda sekarang mereka telah bersahabat.
Zein tersenyum puas, berusaha menghibur hatinya yang pilu menyamar menjadi seorang sahabat yang ingin selalu berdekatan dengan Elora.
“Zein? Kau mengantarkan Elora” tanya Davirra yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah bergabung dalam posisi yang sangat canggung antara Elora dan Zein.
Zein kemudian mengalihkan pandangannya menatap Davirra dengan jijik. Gadis itu menghentakkan kakinya kasar melihat kembali kemesraan mereka yang sempat memudar.
“Tentu saja aku hanya mau mengantarkan Elora” jawab Zein yang kian membuat Davirra seperti cacing kepanasan. Ia ingat waktu itu Zein menolak dirinya untuk mengantarkannya pulang.
“Zein, aku turut prihatin dengan pernikahan kalian yang gagal. Namun sepertinya jika kalian kembali bersatu akan membuat nyonya Bella semakin berani bertindak untuk menghancurkan hubungan kalian kembali”
“Ibu?”
pak jahe pasti kasihan sama davira🤭🤭🤭