Pertempuran Wanita Jelek

Alana menarik napas panjang, hari ini rasanya sungguh sangat lelah, sejak tadi dia berdiri menemani Zayn menjamu para tamu undangan di pesta pernikahan.

Memperkenalkan diri sebagai istri Zayn sembari bibir terus mengulas senyum.

Kini Alana duduk untuk mengistirahatkan tubuhnya, lagi pula pesta pernikahannya juga akan segera berakhir tamu undangan mulai berpulangan.

Alana juga akan pulang ke rumah setelah pesta selesai toh ini hanya sebuah pernikahan dadakan, bukan pernikahan pada umumnya yang membawa sang istri untuk ikut bersama suaminya. itu tidak mungkin.

Jadi dia akan pulang ke rumah setelah pernikahan ini. Rumah. Ya, walau pun dia tinggal di Jerman untuk bekerja keras mencari uang, tentu saja masih ada campur tangan keluarganya, terutama sang kakak dan suaminya yang memberikannya tempat tinggal yang baik dan nyaman di negara ini.

Alana menatap jauh Zayn yang masih menjamu beberapa tamu undangan, Alana masih merasa semua seperti mimpi jika dia menikah dengan pemuda itu.

“Ibu, Kak Nara aku sudah menikah dengan kak Vino, apa yang akan kalian lakukan jika tahu pernikahan kami,” batin Alana keluarganya pasti syok jika tahu ia menikah dengan Vino.

Suara dering ponsel dalam genggaman Alana berbunyi membuatnya tersentak.

Jantung Alana seakan terjun bebas ke dasar perut saat suara ponselnya berdering. Dan itu pasti sang ibu, yang selalu rutin meneleponnya untuk bertanya kabar.

Dengan perasaan gugup Alana menjawab panggilan ibunya.

“Ya hallo bu. Apa kabar?" sapa Alana dadanya terasa sesak mengingat menyembunyikan hari penting ini pada ibunya.

“Ibu baik-baik saja sayang. Bagaimana kabarmu?”

“Nana baik-baik saja Bu.”

“Kamu sedang apa Na? Kok kedengaran suara musik?”

Alana tersentak, gawat ibunya bisa mendengar suara lantunan musik dari pesta pernikahan. Oh, astaga dia lupa mencari tempat yang aman. Ibu posesifnya pasti akan terus mengoceh.

“Anu bu ... Ini bu, Alana sedang jalan-jalan bersama Gisel, lalu makan di restoran, biasa bu anak muda,” jelas Alana berbohong agar ibunya tidak khawatir dengan keadaannya.

“Na, jangan banyak keluar malam, kamu anak gadis jaga diri kamu, jangan suka ngumpul-ngumpul,” ibu Salma mulai ngerocos cemas.

“Iya, bu. Cuma jalan-jalan, sama makan aja.”

“Ingat pesan ibu jangan pacaran sama bule di sana.” ucap ibu Salma di usia putrinya sekarang pasti akan merasakan percintaan anak muda.

Tuh kan, ibu Alana mulai dengan kecemasannya dengan lawan jenis.

“Iya bu, Nana akan jaga diri.”

“Ingat pesan ibu. Kalau di ajak keluar ngumpul-ngumpul sama teman trus ada cowok, lalu di traktir makan sama cowok, makan aja makanannya, tapi jangan di minum minumannya, ntar siapa tahu di kasi obat bius,” pesan ibu Salma kebiasan anak muda yang suka berkumpul dan agar putrinya terhindar dari modus lelaki yang punya tipu daya.

Hanya makan ngak minum, pesan macam apa itu. Alana pun memutar mata malas akan pesan ibunya yang berlebihan.

“Ibu, jadi gimana dong kalau makan aja ngak minum seret dong bu,”

“Ya, gimana kalau minumanya di kasi obat bius biar kamu ngak sadar trus dia apa-apain,” ucap ibu Salma dengan pikiran bak sinetron.

“Ya ampun, bu Nana baik-baik saja di sini.” Alana menepuk jidatnya akan pikiran-pikiran liar ibunya tentang dunia para bule-bule.

“Iya sudah, jaga dirimu, dan jangan lupa. ingat pesan ibu, jangan pacaran dengan bule. Jangan terima minuman dari laki-laki,” pesan ibu Salma.

“Iya, Iya, Nana akan ingat pesan ibu, ibu jaga kesehatan.”

Panggilan terputus Alana menarik napas berat, ibunya begitu mencemaskan dirinya. Ya bagaimana tidak dia adalah anak bontot di tambah pernah mengalami kecelakaan parah hingga dia terlihat begitu rapuh. Ibunya selalu cemas akan keadaannya.

Sebenarnya Alana memaklumi perasaan ibunya. Ibu mana pun pasti akan cemas jika anak gadisnya tinggal sendiri jauh di negara orang, tanpa perlindungan keluarga.

Dan naasnya lagi dia malah telah menikah tanpa sepengetahuan ibunya rasanya Alana ingin menangis, ibunya pasti sangat kecewa dengan apa yang ia lakukan, kepercayaan yang ibunya berikan telah ia rusak.

Alana akan beranjak dari tempat itu, dia akan pulang, karena pesta pernikahan telah berakhir. Namun Alana terkejut saat melihat pemuda tampan telah berdiri di hadapannya. Memasang wajah dingin. Astaga Sejak kapan pemuda itu berada di sini. Apa dia mendengar semua pembicaraan dengan ibunya.

“Kau bilang orang tuamu sudah tidak ada, meninggal!” hardik Zayn dengan suara menggelegar.

Meninggal ... oh, Alana ingat saat itu Zayn menanyakan di mana orang tuannya, saat Gisel akan menjawab Zayn langsung menebak jika telah meninggal.

“Kak Zayn.” Alana menjadi gugup.

“Lagi-lagi kau berbohong!” tuding lelaki itu dengan wajah dingin. “Demi menikah denganku kau sampai berbohong kau tidak punya orang tua,” berang Zayn menganggap Alana melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya. Benar-benar licik itu pikir Zayn.

“Dia tega mengatakan orang tuannya meninggal, sama seperti tentang Laura perempuan yang ia maksud itu memang juga kebohongannnya hanya karangan. Sekarang aku semakin percaya dia bekerja sama dengan pamanku dan bisa melakukan apa-pun, dasar licik. Aku akan memberinya pelajarannya.”

“Kakak salah paham pada saat itu, kakak salah menyimpulkan. Ayahku memang telah meninggal tapi akuk masih memiliki ibu. Ibuku ada di Indonesia, kakak,” jelas Alana.

“Sudahlah, aku tidak akan percaya padamu,” ucap Zayn menarik pergelangan tangan Alana lalu melangkah pergi membuat tubuh Alana terhuyung mengikuti Zayn.

“Kak kita mau ke mana?” tanya Alana tak mengerti mengapa di paksa ikut.

“Pulang bersamaku!” ucapnya dingin.

Deg ...

Paru-paru Alana seakan kering, dia tak bisa bernapas mendengar Zayn akan memaksanya untuk pulang bersama.

“Pulang,” gumam Alana, ini tidak mungkin.

“Kak aku tidak bisa pulang bersama kakak,” tolak Alana mencoba menahan langkah kakinya namun tarikan tangannya semakin kuat.

“Kenapa bukankah aku mengatakan aku tidak akan melepaskanmu jika kau tidak menemukan perempuan itu. Jadi sampai kau menemukan perempuan itu kau berada dalam pengawasanku,” dengus Zayn.

“Kau akan selamanya terjebak bersamaku karena perempuan itu tidak ada, hanya bualanmu,” batin Zayn penuh keyakinan.

“Kita lihat saja aku akan bermain-main denganmu, dan membuatmu mengakui jika kau adalah orang suruhan pamanku,” batinnya lagi dengan senyum seringai menghiasi wajahnya.

Wajah Alana memucat, bak tak teraliri darah membayangkan akan apa yang terjadi di rumah Zayn nanti. Dia mengira dia hanya akan menikah dengan Zayn, tidak akan tinggal bersama. Ya tuhan, bagaimana ini? Dia akan tinggal bersama seorang lelaki.