Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kodok Kecil Pemberani
Salsa Liani jantungnya langsung berdebar. Pagi ini, “penglihatan” anehnya ternyata menjadi nyata. Kali ini, dia tidak yakin apakah itu lagi-lagi halu atau memang benar-benar terjadi.
Tubuhnya bereaksi lebih cepat daripada pikirannya. Dengan insting super cepat, Salsa mendorong Reyhan menjauh dari tumpukan sepeda yang oleng.
Sayangnya, karena kostum kodoknya yang tebal dan berat, Salsa tidak sempat menghindar sepenuhnya. Tumpukan sepeda roboh menimpa kaki kirinya, dan dia terjatuh terhuyung-huyung ke tanah.
“Kodok Kecil!” teriak Reyhan, panik. Dia segera menyingkirkan sepeda-sepeda yang menimpa Salsa dan menahan tubuhnya agar tidak cedera lebih parah.
Suara ribut itu menarik perhatian banyak orang. Beberapa orang baik hati datang membantu menyingkirkan tumpukan sepeda.
Tiba-tiba, sebuah SUV berhenti di pinggir jalan. Dari mobil turun seorang pria paruh baya berwajah tegas dan postur kokoh, kulitnya cokelat kemerahan dan garis-garis halus di wajahnya menandakan pengalaman hidup.
“Coach Bima!” Reyhan segera memanggil. “Tolong bantu!”
“Dia menolongku dan malah kakinya tertimpa sepeda!”
Coach Bima langsung memahami situasinya. Tanpa membuang waktu, dia membuka pintu belakang SUV dan berkata tegas, “Cepat! Angkat dia ke mobil, kita bawa ke rumah sakit!”
Sementara itu, dua bocah yang tadinya bikin onar juga jatuh tumpukan sepeda dan menangis histeris. Meski begitu mereka hanya menderita sedikit lecet di tangan dan dahi, tapi tidak serius.
Ibunya datang terlambat, wajahnya panik dan marah. “Nak! Kenapa bisa begini?!”
Dia melihat Salsa dan Reyhan, langsung marah. “Kalian berdua, apa yang kalian lakukan? Kalian dorong anakku dari sepeda?!”
Reyhan yang memeluk Salsa menegang. Sebelum dia sempat bicara, seorang warga yang melihat kejadian itu menegur ibu bocah itu:
“Kami melihat sendiri! Anak-anakmu yang lompat-lompat di tumpukan sepeda sampai semuanya roboh, bukan karena siapa-siapa!”
Seorang pedagang balon di dekat situ menambahkan, “Apalagi bocahnya sempat pukul-pukul si kodok kecil ini. Panas-panas begini, dia kerja part-time, ga gampang loh!”
Ibu kedua bocah itu malah makin naik darah. “Mereka masih kecil, nggak ngerti apa-apa!”
Coach Bima menatapnya tajam, menahan amarah. “Kalau bukan karena gadis kecil ini menolong Reyhan, mungkin kita kehilangan calon atlet juara dunia di depan mata!”
Reyhan adalah bibit atlet renang Indonesia di nomor gaya kupu-kupu, baru terpilih untuk ikut kejuaraan dunia. Coach Bima hampir meledak, bayangkan kalau kaki Reyhan cedera sekarang!
Orang-orang di sekitar yang tahu situasinya langsung mengubah pandangan dari jijik menjadi marah. Anak-anak dan ibunya dikerumuni, tidak boleh pergi begitu saja.
“Pastikan dia mendapat perawatan! Biaya, kompensasi, semua harus tanggung jawab ibu ini!” tegas warga.
Di bawah pengawasan kerumunan, bocah-bocah dan ibunya dibawa ke Klinik Melati, klinik kecil tepat di samping Kantor Polisi di Jalan Nusantara, untuk penanganan cepat dan pencatatan kejadian.
Sementara itu, Coach Bima dan Reyhan melaju ke Rumah Sakit Nusantara. Reyhan memastikan Salsa baik-baik saja. Dia membuka kostum kodok tebal itu dan terkejut saat melihat Salsa, ternyata seorang gadis muda yang tampak lelah dan kaget.
Salsa menutup matanya, kelelahan, dan Reyhan pun menghela napas lega, meraba hidung dan pernapasannya. Gadis kecil ini, pikirnya, kerja kerasnya luar biasa—dan kalau tadi tidak ada dia hampir saja terjadi tragedi padaku.
Reyhan Pratama baru saja mencondongkan tubuh mendekati Salsa Liani, tiba-tiba terdengar dengkuran halus dari sisi penumpang.
“Hah… udah tidur aja, ya?” gumam Reyhan dalam hati sambil tersenyum tipis.
Dia ambil tisu, menyeka keringat di wajah Salsa, lalu menempelkan es kompres baru di dahinya.
Mungkin karena merasakan dingin dari kompres es, Salsa tiba-tiba membuka mata lebar.
“Hah! Aku lagi kerja, kok bisa tidur nyenyak banget gini?
Ini pasti bakal kena masalah besar…deh!"
Reyhan buru-buru menjelaskan apa yang terjadi tadi di jalan.
“Kamu tadi kakinya kena tumpukan sepeda. Aku dorong kamu keluar dari situ. Sekarang kita ke RS Nusantara biar dicek, ya.”
Salsa merasakan sakit di kaki kirinya, langsung merintih sambil pegang kepala.
“Aduh, gaji hari ini bisa hangus! Mbak Tia pasti bakal marah, aku bisa dipecat!”
Dia menarik lengan Reyhan.
“RS Nusantara kan rumah sakit besar dan mahal… nggak usah kesitu… mending ke klinik aja, deh.”
Coach Bima yang duduk di depan, cuma bisa geleng-geleng sambil senyum geli.
Kasihan juga si kodok kecil ini, hidupnya pasti nggak gampang.
“Tenang aja, Reyhan bakal tanggung jawab kok,” ucap Coach Bima sambil tertawa hangat.
“Kalau Reyhan dapat bonus dari kejuaraan dunia, kamu nanti dibagi separuhnya! Bayarannya lumayan loh!”
Salsa buru-buru geleng.
“Nggak usah… nggak usah…
Dua bocah tadi kan penyebab kecelakaannya, nanti biar aku minta orang tua mereka yang bakal bayar obat dan ganti rugi.”
Reyhan menatap mata Salsa yang jernih dan sedikit panik itu, senyum tipis muncul di bibirnya.
“Coach Bima benar, kalau bukan karena kamu, karierku bisa hancur total. Bonus aku… nanti untuk kamu aja.”
Salsa sempat terdiam. Eh… sejak kapan aku jadi nggak peduli sama duit?
Kalau ada yang mau kasih duit, aku malah nolak… dasar bodoh!
“Eh… ya… baiklah… makasih…”
Wajahnya memerah seperti kepiting rebus, suara hampir nggak terdengar.
Reyhan langsung membuka ponselnya, menambahkan Salsa sebagai kontak, meminta nomor rekening salsa, lalu transfer Rp12.000.000 dengan catatan: “Hadiah terima kasih untuk si kodok kecil pemberani.”
Salsa melotot. Cepat banget sih ini!
Seperti mimpi…
Seorang atlet renang ganteng, jagoan kejuaraan, malah transfer duit ke aku!
Reyhan tersenyum tipis, menekan tombol “terima” di ponsel Salsa.
“Ini bonus dari negara. Nanti kalau aku dapat hasil bagus di kejuaraan, bonus berikutnya juga aku transfer ke kamu. Nggak boleh nolak, ya.”
Salsa terdiam, malu tapi juga ngarep banget. Dia sampai kehilangan kata-kata.
Mobil akhirnya sampai RS Nusantara. Reyhan turun duluan, membukakan pintu samping untuk Salsa.
“Yuk, kodok kecil, aku gendong ke dalam.”
Dada Salsa langsung panas. Wah… kuat banget punggungnya.
Dia buru-buru menunduk, sekilas tercium aroma sabun dan citrus dari leher Reyhan, bikin pipinya Salsa jadi makin merah.
Untung cuma sebentar, Reyhan segera menempatkan Salsa di kursi roda dan mendorongnya ke radiologi.
“Ini cuma cedera ringan. Istirahat dua minggu aja cukup. Jangan kena air, ya. Istirahat total dulu aja. Nanti setekah satu minggu ganti perban lagi.”
Salsa manut, mengangguk.
“Makasih, Dokter.”
“Orang tua dua anak tadi udah ikut ke klinik, polisi juga sudah catat kronologi, nanti semua diurus. Jangan khawatir,” jelas Dokter Kinar sambil menatap Reyhan.
“Sekarang kamu urus administrasi rumah sakit aja.”
“Eh… administrasi?? Aku nggak dimasukin rawat inap kan?”
Dokter Kinar mengedip nakal.
“Yah, buat pengamatan tiga hari aja. Siapa tahu ada cedera lain yang nggak kelihatan. Kalau pusing atau berasa mual, harus langsung bilang suster ya.”
Salsa mengelus dahinya. Hmm… bisa sekalian periksa mata juga ngga ya.
Coach Bima datang dengan dua kantong makanan lengkap nasi, lauk, sayur, plus sup tulang besar.
Belum lagi susu, teh, dan banyak banget snack.
“Rasanya nggak bakalan habis-habis, ini sih,” gumam Salsa sambil tersenyum hangat.
Coach Bima tersenyum lembut.
“Makannya yang banyak ya, biar cepat kuat. Nanti kalau aku sempat, aku bakal bawain lagi.”
Sementara itu Reyhan menatap Coach Bima dengan sedikit takjub karena biasanya Coach Bima itu galak banget, sekarang malah bisa lembut banget sama Salsa.
Coach Bima menoleh ke Reyhan, tiba-tiba wajahnya berubah tegas.
“Reyhan! Hanya makan yang bergizi, habis itu latihan lagi!”
Salsa tersenyum sambil menatap Reyhan, yang cuma bisa mengangkat bahu, pasrah.
Setelah makan siang, Reyhan dan Coach Bima pamit.
“Kamu istirahat aja dulu. Nanti malam aku datang lagi bawa makanan, ya.”
“Ah nggak usah repot, ini aja masih banyak, nanti aku bisa minta tolong suster buat bantu panasin. Kamu fokus latihan aja, Reyhan.”
Sore nanti, setelah istirahat, Salsa ingin mendaftar ke poliklinik mata.
hebaaaaaatt Salsa 👍👍👍
lanjutt thor💪
ganbatteee😍