NovelToon NovelToon
Kumpulan Cerita HOROR

Kumpulan Cerita HOROR

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Dunia Lain / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror / Tumbal
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ayam Kampoeng

Sebuah novel dengan beragam jenis kisah horor, baik pengalaman pribadi maupun hasil imajinasi. Novel ini terdiri dari beberapa cerita bergenre horor yang akan menemani malam-malam mencekam pembaca

•HOROR MISTIS/GAIB
•HOROR THRILLER
•HOROR ROMANSA
•HOROR KOMEDI

Horor Komedi
Horor Psikopat
Horor Mencekam
Horor Tragis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayam Kampoeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2 TEROR LEAK Part 2

Pagi pun datang dengan secercah sinar mentari pagi yang lembut namun terhalang kabut tipis. Pemandangan yang menenangkan sanubari dengan para penduduk desa Banjaran yang mulai aktif di sawah dan ladangnya di pagi hari. Semua itu menjadikan Banjaran seperti lukisan 3 dimensi yang tampak memukau.

Sayangnya, setelah bangun tidur, Bagus disibukkan dengan rasa takut yang berasal dari malam sebelumnya. Masih melekat erat di ingatannya, seperti embun pagi di rumput. Bagus menggerakkan lehernya yang sedikit kaku lalu melangkah keluar kamar menuju dapur.

Bagus menemukan Marni sedang sibuk di sana. Di sebuah dapur tradisional khas Bali. Perpaduan antara modernisasi kompor gas serta tungku perapian di bagian belakang dapur. Bau angit asap dari kayu bakar pastinya menambah cita rasa di setiap masakan. Gadis itu tampak sedang menyiapkan sarapan. Selendang merahnya dia lilitkan di pinggang.

"Tidurmu nyenyak?" tanya Marni sambil melirik ke arah Bagus.

Bagus hanya mendesah dan mengusap wajahnya kasar. "Tadi malam..." Bagus memulai, sambil dia mengamati reaksi Marni. "Ada ritual, ya? Di hutan dekat sini?" tanya Bagus hati-hati.

Marni terdiam sejenak, sendok kayu di tangannya berhenti mengaduk bubur yang meletup-letup di dalam panci. "Ritual itu, namanya Mecaru," jawab Marni singkat tanpa menoleh. "Mecaru itu adalah sebuah ritual penyeimbang. Dan tidak boleh dilihat atau disaksikan orang luar desa Banjaran." terang Marni lagi.

"Tapi kenapa ya, kok rasanya, agak berbeda? Suasananya menurutku agak menakutkan." tanya Bagus heran.

"Karena apa yang mereka seimbangkan memang merupakan sesuatu yang menakutkan, Mas." Marni akhirnya menjawab sambil menatap Bagus.

Mata Marni yang bening itu terlihat sangat kelelahan, seperti yang tidak tidur semalam suntuk.

"Kadang, untuk menahan kegelapan agar tidak menyergap kita, maka kita harus memahami bahasa MEREKA yang juga datang dari kegelapan." terang Marni lagi.

Bagus masih penasaran. Satu hal. Satuuuu lagi, agar menjawab setengah rasa penasarannya. "Jadi, mecaru itu adalah cara kalian untuk berkomunikasi? Begitu?" tanya Bagus.

Marni hanya tersenyum menjawab pertanyaan Bagus. Dan pria itu, hanya mengangguk tanda paham.

Setelahnya, Bagus memutuskan untuk tidak mendesak Marni. Sehabis sarapan, Bagus pun mulai mengeksplorasi desa. Ia datang ke Pura Desa, sebuah bangunan dengan arsitektur megah dihiasi dengan ukiran yang sangat rumit. Di sana, di Pura Desa, Bagus bertemu dengan seorang nenek tua yang sedang menata canang sari (sarana persembahyangan). Bagus menyapa nenek itu dan memperkenalkan diri.

"Saya Ni Luh Pertiwi," katanya dengan suara parau. "Kau anaknya Ratna, bukan? Wajah kalian sangat mirip." ucap nenek itu sambil menelisik wajah Bagus.

Bagus pun terkesiap. "Ibu kenal mama saya?" tanya pria itu tak percaya.

"Semua orang yang pernah tinggal di Banjaran pasti meninggalkan jejaknya," jawab nenek itu sambil tersenyum samar.

"Kau harus hati-hati, anak muda. Jejak ayahmu juga masih tersimpan di sini." ucap nenek Pertiwi lagi.

Sebelum Bagus sempat bertanya lebih banyak, sang nenek telah berlalu pergi, meninggalkan Bagus dengan segudang pertanyaan di benaknya dan teka-teki baru.

Rasa penasaran membuat Bagus meneruskan perjalanan ke pinggir hutan desa Banjaran, tempat di mana dia menyaksikan ritual Mecaru, tadi malam. Daun-daun basah menempel dan membasahi celananya. Di balik sebatang pohon beringin tua, sesuatu yang putih mencolok tampaknya menarik atensi Bagus. Dia lantas mendekat. Sesampainya Bagus di sana, nafasnya tercekat. Bagus menatap di sana. Ada kerangka manusia, bersih dan tampak sengaja ditaruh, ditidurkan di atas batu datar. Kerangka manusia itu, bukanlah kerangka tua yang sudah menguning, tapi masih tampak sangat baru. Dan di dahi tengkorak itu, Bagus melihat goresan aneh yang menyerupai simbol yang pernah dia lihat pada ukiran kayu di kamarnya.

Dengan tangan gemetar, Bagus mengeluarkan kamera dari sakunya lantas memotret kerangka manusia tersebut. Bagus pikir, hal ini pasti ada penjelasan logisnya. Mungkin ini kerangka manusia dari upacara Ngaben yang salah diletakkan di sini. Tapi naluri penelitinya berkata lain.

Saat ia berbalik hendak pergi, Mang Dirga, sang dukun tua dari ritual Mecaru tadi malam, sudah berdiri tepat di hadapannya. Wajahnya penuh keriput seperti peta kehidupan dirinya yang penuh lika-liku.

"Kau menemukan si penjaga hutan," kata Mang Dirga, suaranya dalam dan tenang. Dia tidak marah.

"Ini... ini kerangka manusia, kan?" tanya Bagus dengan suaranya bergetar.

"Itu bentuk duniawinya saja. Jiwanya sudah lama pergi. Kerangka ini adalah peringatan untuk mereka yang ingin mengganggu ketenangan kami." ucap Mang Dirga masih dengan nada suara yang tenang.

Namun, mata Mang Dirga menatap tajam pada Bagus. "Kau datang untuk meneliti, tapi yang kau cari bisa jadi adalah kuburan massal dari rahasia desa kami, anak muda." kalimatnya yang satu ini seperti teguran bagi Bagus.

"Apa bapak tahu sesuatu tentang ayah saya?" tanya Bagus. Dia teringat perkataan nenek Pertiwi yang mengenal ibunya.

Setiap kerutan di wajah Mang Dirga kini terlihat semakin mengeras. "Keluarga Marni telah menjagamu sejak kau datang. Tapi bahkan mereka tidak bisa melawan takdir darahnya sendiri. Ayah Marni, Pak Wayan, pergi ke hutan tiga malam yang lalu dan tidak kembali. Kami sudah mencarinya."

Bagus merasa dingin mengalir di tulang punggungnya. Ayah Marni menghilang? Lalu ada kerangka manusia misterius yang tergeletak di dekatnya. Bagus menangkap semua itu sebagai sebuah peringatan.

"Sekarang," ucap Mang Dirga, mendekat, "Leak sudah tahu keberadaanmu. Mereka tertarik pada energi baru, terutama energi mereka yang tidak percaya, seperti kamu. Karena rasa tidak percayamu itu adalah pintu masuk mereka." terang Mang Dirga setengah berbisik.

"Leak? Bukannya itu hanya mitos, ya? Sebuah dongeng pengantar tidur!" ucap Bagus dengan segala logikanya.

Mang Dirga mengeluarkan secarik daun lontar dari sakunya. "Bacalah ini ketika kau sendirian nanti. Tapi ingat, beberapa pengetahuan, sekali kau tau, tidak akan pernah bisa dilupakan."

Mang Dirga menepuk pundak Bagus dan berbalik pergi, menghilang di antara pepohonan seolah-olah diserap oleh hutan itu sendiri.

Bagus berdiri terpaku, kerangka manusia di dekatnya, daun lontar di tangannya. Semua logikanya berperang dengan kenyataan ganjil yang mulai terungkap. Bagus kembali ke rumah Marni dengan langkah gontai. Rumah itu tampak sunyi. Marni ternyata sedang pergi bersama warga lain untuk ikut mencari sang ayah.

Di dalam kamar, dengan jantung yabg masih berdebar, Bagus membuka daun lontar itu. Di sana terdapat gambar-gambar simbolis dan tulisan Bali kuno yang hampir pudar. Satu kalimat terbaca dengan jelas oleh Bagus, "Siapa yang membangunkan Leak dari tidurnya, harus siap memberikan tempat tidur bagi jiwanya sendiri."

Malam itu, Bagus tidak berani menyalakan senter. Setiap bayangan yang bergerak membuatnya selalu terjaga. Dan ketika akhirnya dia tertidur, Bagus kembali bermimpi. Kali ini, dia melihat seorang perempuan cantik dengan mata bersinar seperti api biru, sedang berdiri di tepi jurang, memanggil namanya. Di belakangnya, ada bayangan hitam dengan jejak kaki seperti tangan yang mengarah ke belakang, berjalan mendekati Bagus...

*

1
Mini_jelly
Rasain lu ndra!!!
Ayam Kampoeng: Ndra...
ato Ndro? 🤣🤣
total 1 replies
Mini_jelly
seruuu, 🥰🤗
Mini_jelly: sama2 kak 🥰
total 2 replies
Mini_jelly
Bully itu emg bukan cuma fisik. Ejekan kecil yang diulang-ulang, pandangan sinis, atau diasingkan perlahan-lahan juga membunuh rasa percaya diri. Sadar, yuk."
Sebelum ikut-ikutan nge-bully, coba deh tanya ke diri sendiri. Apa yang akan aku rasakan jika ini terjadi padaku atau adik/keluargaku?
☺️🥰
Ayam Kampoeng: 😊😊😊........
total 3 replies
Mini_jelly
😥😭😭
Ayam Kampoeng: nangis .. 🥲
total 1 replies
Mini_jelly
🤣🤣🤣
Ayam Kampoeng: hadeh ..
total 1 replies
Mini_jelly
me too 🥰❤️
Ayam Kampoeng: ekhem 🙄🤭
total 1 replies
Mini_jelly
udh lama gk mampir, ngopi dlu 🥰
Ayam Kampoeng: kopi isi vanila. kesukaan kamu 🤤🤸🤸
total 1 replies
Mini_jelly
🤣🤣🤣🤣
Ayam Kampoeng: malah ketawa... 😚😚😚💋
total 1 replies
Mini_jelly
semangat nulisnya pasti seru nih 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!