Hasta dan Jesan menjalin hubungan tanpa di ketahui kedua orang tua Hasta karena sang Mama yaitu Sarah tidak merestui hibungan mereka karena status social yang mana Jesan hanya anak yatim piatu. Akan tetapi, Hasta tetap bertahan sampai tiga tahun lamanya membuat Sarah curiga dan mencari tau keberadaan Jesan hingga Sarah melakukan kekerasan pada Jesan hanya untuk menyuruhnya menjauhi Hasta.
Sarah menjodohkan Hasta dan Anjani sampai mereka menikah, tetapi pernikahan Anjani seperti di neraka baginya karena selama lima tahun mereka menikah Hasta tidak pernah sekalipun membalas cinta Anjani dan memilih kembali bersama dengan Jesan yang selama lima tahun tidak bertemu dan akhirnya mereka dipertemukan lagi. Lalu Hasta memutuskan menikah dengan cinta pertamanya.
Bagaimana kah nasib pernikahan Anjani, apakah gadis itu menerima jika suatu saat dirinya mengetahui pernikahan kedua suaminya?
happy reading😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 (Merasa tidak pantas )
Siang hari tepatnya jam makan siang Jesan benar-benar mengantarkan pesanan Hasta dan saat ini ia berada di perusahaan Nugraha. Jesan menitipkan makanan itu pada seorang resepsionis, tetapi wanita itu menolak dan menyuruhnya memberikannya langsung pada sang CEO.
Jesan pun tidak ada pilihan lain dan langsung menuju lantai 20 tepat di ruangan CEO. Sebelum sampai di depan lif ia bertemu Rama dan langsung memberikan pesanan bos nya padanya, tetapi lagi-lagi ditolak karena Hasta berpesan untuk Jesan agar menemuinya langsung membuat gadis itu bertambah kesal.
Tok
Tok
“Masuk”
Jesan melangkah masuk dan tetap berdiri di depan pintu karena melihat beberapa orang di dalam sedang berbicara dengan Hasta mengenai pekerjaan. Sesekali pria itu melirik Jesan yang tidak pernah menoleh ke arahnya karena ia sedang memandang kagum ruangan Hasta yang begitu bagus dan terlihat mewah.
“Baiklah, sudah waktunya makan siang. Nanti kita lanjutkan kembali,” titah Hasta dan para karyawan pun beranjak pergi keluar satu persatu dari ruangan tersebut diikuti Hasta dari belakang dan segera menutup pintu itu kembali.
Tak
Pintu terkunci dan semua gorden tertutup membuat Jesan panik,”Tuan, kenapa pintunya dikunci?” panik Jesan.
“Kesini dan duduk, letakan makanannya dan siapkan untuk ku,” perintah Hasta.
“Eh, Tuan. Saya hanya mengantar makanan bukan istri anda yang harus menyiapkan makanan,” seru Jesan.
Hasta tersenyum dan mendekat pada Jesan membuat gadis itu memundurkan langkahnya. Gadis itu bertambah panik saat tubuhnya sudah terpojok di dinding dan berusaha menghindar, tetapi dengan cepat Hasta meraih tangannya dan membawanya menuju sofa panjang di dalam ruangannya.
“Duduk yang anteng, aku habiskan makanan ini dulu nanti baru aku bayar,” ujar Hasta mulai mengambil sendok dan makan dengan lahap.
Ingin sekali Jesan protes, tetapi Hasta pasti mengancamnya dan terpaksa ia menunggu,”Kau sudah lama bekerja di restoran itu?” tanya Hasta.
“Baru enam bulan, lulus SMA saya langsung melamar pekerjaan dan diterima di restoran itu,” jawab Jesan yang lagi-lagi tidak menatap Hasta.
“Oh” singkat Hasta.
Tidak terasa makanan nya sudah habis dan Hasta memberikan uang cash yang begitu banyak pada Jesan. Akan tetapi, gadis itu menolak dan hanya mengambil sesuai harga makanan. Jesan pamit pergi dan Hasta tidak mencegahnya lagi, pria itu menatap kepergian Jesan dengan perasaan senang.
“Tidak salah aku tertarik dengannya. Zaman sekarang susah mencari wanita tulus dan tidak serakah seperti dirinya,” ujar Hasta.
Jesan kembali ke restoran dan langsung menceritakan apa yang terjadi saat bersama Hasta pada Weni membuat temannya itu tidak percaya dan kembali menyimpulkan sesuatu.
“Jangan-jangan dia tertarik sama lu, Jes,” cetus Weni.
“Ya gak lah. Mana mungkin dia tertarik sama gue yang cuman seorang pelayan restoran. Secara dia kan seorang CEO,” ujar Jesan.
“Ya, kalau dia gak tertarik sama lu ngapain dia nyuruh lu antar makanan ke kantornya. Gini ya, seumpama dia bener-bener suka terus nyatain perasaannya sama lu gimana tuh,” tanya Weni.
“Ya udah pasti gue tolak lah. Gue sadar diri dan punya kaca segede gaban di kontrakan biar gue selalu bercermin kalau ga ada seorang upik abu kayak gue berpasangan dengan pangeran yang sangat tampan dari sebuah kerjaaan besar. Itu Cuma dongeng gak ada di dunia nyata,” terang Jesan sembari membersihkan meja bersama Weni.
“Pesimis amat jadi orang tapi kalau emang bener jangan lupain gue ya. Traktir gue makan sepuasnya di hotel bintang lima ya,” pinta Weni.
“Yang ada bintang tujuh obat puyer nanti gue kasih sama lu. Biar lu bangun dari mimpi dan khayalan lu yang selalu haluin oppa korea,” balas Jesan.
“Ih terserah lah,” timpal Weni dan melangkah pergi dengan membawa piring kotor di atas nampan membawanya ke dapur.
“Gue rasa kebanyakan ngehalu sama baca novel tuh anak ya,” gumam Jesan.
*
*
“Kita ngapain ke sini, Rama?”
Hasta dibuat bingung dengan asistennya yang membawanya ke sebuah kontrakan yang berjejer saling berhadapan dan terlihat sangat sederhana,”Loh, Tuan nyuruh saya menyelidiki tempat tinggal Jesan, kan? Ya di sini tempatnya,” terang Rama.
Tidak lama gadis yang dibicarakan itu muncul dan langsung masuk ke dalam kontrakannya dengan berjalan kaki. Hasta ingin turun, tetapi di cegah Rama.
“Tuan mau nyamperin?” Hasta mengangguk.
“Ini sudah malam hampir jam sepuluh. Tidak enak bertamu di jam segini besok saja anda ke sini lagi. Lagi pula tadi Nyonya telepon dan menanyakan pada saya kenapa Tuan belum pulang? Saya bilang ada meeting mendadak,” ujar Rama.
“Baiklah, kita pulang saja. Terimakasih sudah membantuku hari ini,” ucap Hasta.
Rama melajukan mobilnya meninggalkan kontrakan itu, tetapi ia selalu menghadap ke belakang seolah ingin rasanya ia menemui Jesan sekarang juga. Hal itu tentunya dilihat Rama membuat sang asisten terheran dan bertanya di dalam hatinya. Apa iya, bos nya tertarik pada gadis kecil yang kehidupannya miskin. Padahal yang Rama tau jika Bos nya itu sangat dekat dengan seorang wanita yang merupakan teman kecilnya.
*
*
Pagi harinya benar saja Hasta kembali, tetapi kali ini ia mengendarai mobilnya sendiri tanpa di antar asistennya. Hasta berdiri di depan gerbang kontrakan tersebut membuat para penghuni kontrakan yang keluar satu persatu menatap heran padanya. Bukan hanya para penghuni kontrakan tersebut yang dibuat heran dengan kehadiran Hasta yang berpenampilan sangat berbeda dengan mereka walaupun sama-sama berpakaian kantor.
“Dari tadi aku liat penghuni kontrakan laki-laki semua? Masa iya Jesan penghuni satu-satunya wanita di kontrakan itu?” gumam Hasta.
Tidak lama Jesan keluar berbarengan dengan seorang pria yang mengendarai motor besar dan Hasta memperhatikan mereka dengan perasaan kesal. Apakah dirinya cemburu melihat Jesan bersama dengan pria lain?
“Berangkat neng?” tanya pria itu.
“Iya bang, duluan ya,” jawab Jesan.
Pria itu mengendarai motornya melewati Hasta yang menatap tajam ke arahnya dan pria itu balik menatap Hasta di balik helemnya,”Kayak pernah liat? Di mana ya,” gumam pria itu dalam hatinya.
Hasta kembali melihat ke arah Jesan yang masih belum sadar akan kehadirannya. Bagaimana ia tahu keberadaan Hasta kalau saat ini gadis itu berjalan sambil memainkan ponselnya membuat dirinya bertabrakan kembali dengan Hasta.
Bug
“Eh, maaf. Maaf sa … Loh Tuan? Kenapa ada di sini?” pekik Jesan.
“Sengaja pengen ketemu kamu,” ujar Hasta yang langsung menarik tangan Jesan menuju mobilnya membuat gadis itu terkejut dan langsung memarahi Hasta saat itu juga di dalam mobil. Pintunya sengaja di kunci membuat Jesan yang hendak keluar pun sulit. Rasanya Jesan sudah tidak tahan lagi dengan sikap pria yang ada di hadapannya dan ia pun memukul pria itu dengan tas kecilnya membuat Hasta sedikit memekik kesakitan.
“Tuan, ini mau nya apa, hah! Kenapa ngikutin saya terus? Ga ada kerjaan banget!” pekik Jesan dengan wajah yang amat kesal.
“Saya Cuma mau ngobrol sama kamu,” ujar Hasta.
“Gak bisa saya harus kerja, Tuan. Saya mohon buka pintunya. Kalau tidak saya akan terlambat dan akan dimarahi pak Angga, Tuan,” Jesan terus saja memohon dengan menyatukan kedua tangannya.
Hasta tidak menghiraukannya malah pria itu melajukan mobilnya dan Jesan hanya pasrah,”Saya antar kamu sekarang,” ucap Hasta.
Tiga puluh menita berlalu akhirnya mereka sampai, tetapi pintu mobil tak kunjung dibuka oleh Hasta,”Aku ingin memberikan ini untuk mu, nanti malam pakai ya aku akan menjemputmu. Ada sesuatu yang ingin aku katakan jangan menolaknya, ku mohon,”
Hasta memberikan sebuah paper bag dan diterima oleh Jesan lalu gadis itu melihat sebuah gaun yang sangat indah membuatnya tersenyum, tetapi senyuman itu luntur seketika lalu ia memberikan kembali pada Hasta.
“Maaf, Tuan aku merasa tidak pantas memakai ini. Kalau ada sesuatu yang ingin di katakan, bicaralah sekarang juga. Lima menit lagi aku harus absen dan masuk kerja,” tolak Jesan.
“Ba-baiklah. Aku hanya ingin mengatakan jika aku … tertarik dan mulai menyukaimu,” ujar Hasta.
“Tuan, sepertinya anda salah minum obat, kalau begitu saya permisi,” balas Jesan dan langsung membuka pintu setelah ia mencuri kesempatan menekan tombol pembuka di sebelah Hasta.
Brak
Hasta terkejut dengan penolakan Jesan,”Sa-salah minum obat? Aku kan gak sakit ngapain minum obat?” gumam Hasta menyandarkan kepalanya nya di jok mobil sembari memijit pelipis alisnya dan menarik napas sangat dalam karena penolakan Jesan.
*
*
Bersambung