NovelToon NovelToon
Perbatasan Dunia : Hukum Pemburu

Perbatasan Dunia : Hukum Pemburu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:844
Nilai: 5
Nama Author: FA Moghago

Langit di seluruh dunia kini hanyalah kanvas retakan. Malam tanpa bintang. Dua puluh tahun yang lalu, peradaban manusia berubah selamanya. Sebuah lubang dari retakan dimensi yang menganga seperti luka di angkasa, memuntahkan makhluk-makhluk dari mimpi buruk.

Mereka datang dari dunia lain, tanpa nama dan tanpa belas kasihan. Mereka menghancurkan gedung pencakar langit, meratakan jalan, dan menyebarkan kepanikan di mana-mana. Separuh populasi musnah, dan peradaban manusia berada di ambang kehancuran total.

Namun, di tengah-tengah keputusasaan itu, harapan muncul. Beberapa manusia, entah bagaimana, mulai bangkit dengan kekuatan luar biasa.Mereka menjadi Pemburu. Dengan kekuatan yang setara dewa, mereka berjuang, jatuh, dan bangkit kembali.

Namun, di balik layar, rumor mulai beredar. Retakan-retakan kecil yang seharusnya stabil mulai menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Seolah-olah mereka adalah mata-mata dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang sedang menunggu di sisi lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1: Retakan di Langit Malam

Langit di seluruh dunia kini hanyalah kanvas retakan. Malam tanpa bintang. Dua puluh tahun yang lalu, peradaban manusia berubah selamanya. Sebuah lubang dari retakan dimensi yang menganga seperti luka di angkasa, memuntahkan makhluk-makhluk dari mimpi buruk.

Mereka datang dari dunia lain, tanpa nama dan tanpa belas kasihan. Mereka menghancurkan gedung pencakar langit, meratakan jalan, dan menyebarkan kepanikan di mana-mana. Separuh populasi musnah, dan peradaban manusia berada di ambang kehancuran total.

Namun, di tengah-tengah keputusasaan itu, harapan muncul. Beberapa manusia, entah bagaimana, mulai bangkit dengan kekuatan luar biasa. Seorang remaja bisa membangkitkan badai api dari tangannya. Seorang perawat bisa menyembuhkan luka-luka yang seharusnya fatal. Seorang tukang las bisa memanipulasi logam sesuka hati. Mereka menjadi Pemburu. Dengan kekuatan yang setara dewa, mereka berjuang, jatuh, dan bangkit kembali. Mereka adalah pahlawan yang mengorbankan segalanya, berhasil mengusir monster-monster dan mengembalikan keseimbangan yang rapuh.

Dua puluh tahun telah berlalu sejak perang besar itu. Kini, lubang-lubang retakan kecil masih muncul di seluruh dunia, tetapi tidak lagi mengancam peradaban. Mereka hanyalah luka-luka yang perlu ditutup. Tugas itu jatuh pada para Pemburu, yang sekarang menjadi pilar masyarakat, dihormati dan ditakuti.

Namun, di balik layar, rumor mulai beredar. Retakan-retakan kecil yang seharusnya stabil mulai menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Seolah-olah mereka adalah mata-mata dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang sedang menunggu di sisi lain.

Arka, seorang Pemburu muda dengan kemampuan unik yang memungkinkannya merasakan energi monster, merasa tidak nyaman. Kemampuannya yang istimewa seperti sebuah lonceng alarm yang terus-menerus berdering di otaknya. Ia merasa ada sesuatu yang akan datang, sesuatu yang jauh lebih buruk dari mimpi terburuknya.

Dunia telah melupakan kengerian dua puluh tahun lalu. Mereka hanya melihat para Pemburu sebagai pahlawan, tanpa menyadari bahwa perdamaian yang ada hanyalah ilusi. Perbatasan antara dunia kita dan dunia lain tidak pernah benar-benar tertutup, dan di balik retakan yang stabil itu, sebuah kekuatan kuno menunggu untuk kembali.

°°°

Malam itu, langit Jakarta tidak seperti biasanya. Seolah semesta berpihak pada kedamaian kota, ribuan bintang bertebaran, membentuk galaksi gemerlap yang terlihat jelas tanpa terhalang polusi cahaya. Pemandangan langka ini menemani seorang pemuda, Arka, yang duduk di sebuah bangku taman. Dengan kemeja putih yang sedikit lusuh dan kaleng soda di tangan, ia menghela napas panjang. Beban hidup seorang sarjana baru setahun lamanya terasa begitu nyata. Lulus kuliah dengan nilai bagus, namun lowongan kerja seakan menghilang ditelan bumi. Pikirannya melayang, memikirkan masa depan yang tak menentu.

Tiba-tiba, kedamaian itu pecah.

Di atas langit, tepat di antara gugusan bintang, muncul sebuah retakan dimensi. Langit yang semula damai kini terkoyak, persis seperti kaca yang hancur berkeping-keping. Dari celah retakan yang menganga itu, muncul raungan mengerikan. Disusul, sesosok monster setinggi gedung pencakar langit keluar dari sana. Monster itu memiliki kulit sekeras batu, dengan tanduk melengkung dan mata merah menyala, menciptakan kekacauan di pusat kota Jakarta.

Arka, yang baru pertama kali melihat peristiwa mengerikan ini secara langsung, terkejut. Kaleng sodanya jatuh, bergulir di aspal. Keringat dingin membasahi pelipisnya saat ia menyaksikan monster itu menggerakkan lengan besarnya, merobohkan gedung di dekatnya. Kepanikan massa pecah, orang-orang berteriak histeris dan berlarian, berusaha menjauhi retakan dan monster yang baru muncul. Arka yang masih syok, tersentak dari lamunannya dan ikut berlari.

Di tengah kepanikan, dari berbagai penjuru kota, datanglah para Pemburu. Mereka muncul seperti pahlawan, melompat dari atap gedung, terbang dengan kekuatan mereka, atau berlari dengan kecepatan supersonik menuju pusat kekacauan. Senjata dan kemampuan unik mereka menyala, siap menghadapi ancaman yang datang. Melihat kedatangan mereka, sebagian warga merasa lebih tenang, tetapi tidak bagi Arka. Ia terus berlari, menjauh dari keramaian, dari ancaman, dan dari semua hal yang membuatnya takut.

Arka terus berlari, melewati jalan-jalan yang macet oleh kendaraan yang ditinggalkan, hingga akhirnya tiba di rumahnya di pinggir kota. Membuka pintu, ia langsung mengunci dan menyandarkan punggungnya di sana. Ia menutup mata, menarik napas dalam, dan menghembuskannya perlahan.

"Akhirnya..." gumamnya.

Ia memasuki kamar, menjatuhkan diri di kasur, dan menghela napas lega. Dadanya masih berdegup kencang, tidak bisa mempercayai apa yang baru saja ia saksikan. Selama ini, ia hanya mendengar cerita tentang retakan dimensi dan monster di berita, tetapi melihatnya secara langsung adalah pengalaman yang sama sekali berbeda. Kengerian itu, teriakan orang-orang, dan kekuatan para Pemburu... semuanya terasa begitu nyata. Di bawah selimut, Arka berusaha melupakan kengerian itu dan berharap hari esok akan kembali normal.

°°°

Pagi harinya, matahari yang cerah menerobos masuk melalui celah gorden, membangunkan Arka. Ia bangkit, melupakan kengerian malam sebelumnya, dan langsung menuju dapur. Aroma roti panggang dan kopi segera memenuhi ruangan. Arka duduk di depan televisi yang menyala, menikmati sarapannya sambil menatap layar kaca.

Di layar, berita pagi disiarkan. Gambar-gambar mengerikan dari malam sebelumnya diputar berulang-ulang, menayangkan kekacauan yang terjadi di berbagai kota di seluruh dunia. Kerusakan parah, bangunan yang runtuh, dan yang paling menonjol, pertarungan epik antara monster-monster besar dengan para Pemburu. Video-video amatir menunjukkan bagaimana para Pemburu menggunakan kekuatan dahsyat mereka, melemparkan serangan energi, mengayunkan pedang yang menyala, dan terbang di udara untuk menjatuhkan para monster.

Arka menyaksikan dengan pandangan kosong. Perasaannya campur aduk. Di satu sisi, ia merasa lega karena dunia masih memiliki para Pemburu untuk melindungi mereka. Di sisi lain, muncul rasa iri yang dalam. Ia telah menghabiskan separuh hidupnya berjuang di bangku sekolah dan kuliah, berharap mendapatkan pekerjaan yang layak. Tapi apa yang didapatnya? Kesulitan. Sementara para Pemburu, dengan kekuatan unik mereka, bisa mendapatkan kekayaan, kehormatan, dan status pahlawan hanya dengan melawan monster. Hidupnya yang kacau seakan berbanding terbalik dengan kehidupan para pahlawan itu.

Di tengah tayangan itu, berita beralih ke wawancara dengan Ketua Lembaga Pusat Pemburu, seorang pria tua yang bugar dengan setelan jas hitam elegan. Namanya Harsa Baskara. Wajahnya yang tenang dan karismatik memancarkan aura kebijaksanaan. Harsa mulai berbicara, membahas peristiwa retakan yang terjadi, dan memberikan himbauan kepada seluruh warga untuk tetap berhati-hati.

"Dua puluh tahun lalu, kita hampir kehilangan segalanya. Namun berkat kekuatan dan pengorbanan, kita berhasil bertahan," ujarnya dengan suara yang mantap. "Peristiwa semalam adalah pengingat bahwa perdamaian yang kita nikmati sangatlah rapuh. Lembaga Pusat Pemburu akan terus berjuang untuk memastikan keamanan setiap warga negara. Tetaplah waspada dan laporkan setiap kejanggalan yang Anda temukan."

Mendengar kata-kata itu, Arka terdiam. Ia mematikan televisi dan menyelesaikan sarapannya dengan pikiran yang terusik. Kata-kata Harsa Baskara, ditambah dengan pemandangan Pemburu yang bertarung, memicu pertanyaan baru di benaknya. Mengapa ia tidak memiliki kekuatan itu? Mengapa takdirnya begitu berbeda? Pertanyaan-pertanyaan itu menggerogoti pikirannya, memicu keinginan baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia, yang selama ini hanya ingin hidup normal, kini mulai merenungkan sesuatu yang lebih besar.

1
muhamad andri
Baru baca di noveltoon liat ini penasaran, bagus juga, biasa ada dimashwa korea alus kek gini.
jangan dikasih kendor thor😁🔥
Yusi Yustiani
Baru baca, kebanyakan tema pemburu sama monster dari alam lain itu latar tempatnya dari negara luar. ini keren authornya ngambil dari Indonesia. aplikasi pertarunganya juga enak dibaca, semangat Thor🔥🔥🔥
Yusi Yustiani
Next Thor dipercepat 👌
Nafa Nafila
Keren nih latarnya dari Indonesia.Tentang retakan dimensi sama pemburu monster, nama nama organisasi pemburu nya juga khas banget👏🔥
Nafa Nafila
Ditunggu updatenya Thor 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!